All Chapters of Dibuang Suami Kere, Dinikahi Dokter Tajir : Chapter 91 - Chapter 100

110 Chapters

Bab sembilan puluh satu

"Awas kalau kamu berani buka mulut. Jika kamu berani buka mulut, maka kamu akan di penjara dan dijatuhi hukuman gantung! Mau kamu, ha!" ujar wanita tersebut dengan nada suara lembut tapi penuh penekanan dan ancaman."Ti_tidak, Nya..., Saya tidak berani," ucap pelayan itu dengan rasa takut yang amat dalam."Bagus. Sekarang lakukan pekerjaanmu! Jangan terlalu dipikirkan! Anggap tidak pernah terjadi apa-apa! Paham, kamu." "Paham, Nyah."Nyonya Sulastri berlalu meninggalkan dapur untuk bergabung lagi dengan keluarga yang lain.Bu Desi yang berada di kamarnya merasakan kantuk yang amat berat. Tidak seperti biasanya. Biasanya setelah dia meminum obat herbal itu, keringatnya keluar, dia juga jadi bersemangat menjalani aktifitas sehari-harinya. Tidak seperti hari ini. Matanya benar-benar mengantuk tidak tertahan."Mungkin aku kelelahan dan kurang tidur karena seharian aku hanya menangis memikirkan
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

Bab sembilan puluh dua

"Sabarlah, Nak. Ibumu sudah tenang, jangan buat dia tidak tenang meninggalkanmu." Nyonya Sulastri membelai rambut Silvia. Namun yang dibelai tidak lagi merasakan kehangatan mertua yang sudah zalim. Malahan, dia curiga kematian ibunya ada hubungannya dengan mertuanya. "Aku akan cari tahu, Ma. Jika terbukti Mama terlibat dengan kematian ibuku, tidak ada maaf untukmu, Ma. Akan aku penjarakan kamu," batinnya. Dia sempat melihat kerlingan mata mertuanya itu kepada pelayan yang menangis tanpa henti. Jika tidak ada sesuatu, tangis pelayan itu tidak akan mengganggunya."Nak, sebaiknya sekarang kita urus pemakamannya," ucap Pak Hermansyah."Iya, Nak. Ikhlaskan kepergian ibumu, lebih baik kita urus pemakamannya sekarang," sambung Bu Iyes dengan lembut kepada Silvia.Silvia tidak bisa menahan pilu. Dia masih ingat bagaimana perjuangan ibunya dalam melawan penyakit kankernya. "Ibuku ingin hidup lebih lama lagi, dia sangat bersemangat untuk kesembuhannya. Tidak mungkin dia pergi secepat ini," rat
last updateLast Updated : 2024-05-06
Read more

Bab sembilan puluh tiga

Dia segera berbalik, dengan menautkan kedua alisnya dia bertanya. "Apa maksud Papa bicara seperti itu, Pa? Kenapa Papa menuduh mama seperti itu? Jika orang lain mendengar, mereka akan mengira itu benar, Pa! Jangan ulangi lagi bercanda seperti itu, Pa! Gak lucu...." Dia berpura-pura marah untuk menutupi ketakutannya.Setelah membuang napas kecil Pak Efendi berkata. "Maafkan Papa. Tapi ingat, Ma. Jika Mama terlibat, Papa akan lepas tangan." Efendi Kusuma pun berlalu meninggalkan Nyonya Sulastri yang sudah berkeringat dingin. Bergegas dia membuka pintu kamar, lalu masuk dan menutup daun pintunya lagi. Dia mondar mandir mencari ide untuk lepas dari masalah kematian ibu kandung Silvia."Semua gara-gara pelayan itu. Jika dia tidak terlihat mencurigakan, pasti Silvia tidak akan memanggil Dokter forensik," gerutunya.Sementara Silvia masih menangisi ibunya yang sudah diangkat oleh dua orang petugas rumah sakit. Silvia bertekat untuk menghukum orang yang sudah sengaja menghilangkan nyawa ibuny
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

Bab sembilan puluh empat

Begitu Silvia sampai di rumahnya, dia merebahkan badan di sofa empuknya. Suasana berkabung masih begitu terasa. Semua kerabat dan keluarga masih berada di kediaman Silvia.Semua orang yang ada di ruangan itu hanya diam. Tak ada seorang pun yang bersuara. Hanya angin kesedihan yang memenuhi ruangan itu. Dari pancaran mata mereka semua Silvia menangkap ada kejanggalan. "Tidak mungkin mereka semua bersedih seperti seperti ini karena kehilangan ibu kandungku. Ada apa ini? Sepertinya ada masalah lain, dari raut wajah mereka juga ada kecemasan yang ingin mereka tunjukkan," batin Silvia.Silvia tidak mau hanya menerka tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada ibunya, yaitu Bu Iyes. Karena sekarang ini hanya Bu Iyeslah orang yang bisa dia percaya. "Bu. Ada apa ini? Kenapa aku melihat semua orang seperti yang aneh gitu?"Sebelum menjawab pertanyaan Silvia, dia melihat lagi ke wajah semua orang, lanjut ke suaminya dan kembali menghadap ke Silvia yang se
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Bab sembilan puluh lima

Begitu Silvia sampai di rumahnya, dia merebahkan badan di sofa empuknya. Suasana berkabung masih begitu terasa. Semua kerabat dan keluarga masih berada di kediaman Silvia.Semua orang yang ada di ruangan itu hanya diam. Tak ada seorang pun yang bersuara. Hanya angin kesedihan yang memenuhi ruangan itu. Dari pancaran mata mereka semua Silvia menangkap ada kejanggalan. "Tidak mungkin mereka semua bersedih seperti seperti ini karena kehilangan ibu kandungku. Ada apa ini? Sepertinya ada masalah lain, dari raut wajah mereka juga ada kecemasan yang ingin mereka tunjukkan," batin Silvia.Silvia tidak mau hanya menerka tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Akhirnya dia memutuskan untuk bertanya kepada ibunya, yaitu Bu Iyes. Karena sekarang ini hanya Bu Iyeslah orang yang bisa dia percaya. "Bu. Ada apa ini? Kenapa aku melihat semua orang seperti yang aneh gitu?"Sebelum menjawab pertanyaan Silvia, dia melihat lagi ke wajah
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Bab sembilan puluh enam

Matanya membola melihat Silvia dan Dokter Dana, rasa bersalah begitu terpancar di matanya. Tampak sekali langkah kakinya yang begitu berat berjalan ke arah Silvia sambil menatap nya tanpa berkedip. Mata itu sudah bengkak, namun masih mengalir air matanya dengan deras. Dengan gemetar tangannya memegang jeruji besi yang menjadi pembatas antara wanita yang berada di dalam sel dan Silvia yang sedang memandang wanita itu dengan tatapan tajam dengan mulut ternganga yang ditutupi dengan kedua telapak tangan.Ingin rasanya Silvia memakai orang yang ada di dalam sana. Tapi mulutnya terkunci. Matanya yang penuh dengan amarah mulai memerah dan berair.rasa dendam, benci dan kecewa bercampur menjadi satu.Wanita yang sedang memegang jeruji besi itu seakan menarik beban yang sangat berat di kakinya, sehingga dia tidak kuasa menahan tubuhnya yang pada akhirnya luruh juga ke lantai. Dia mencoba mengeluarkan suaranya untuk berkata."Silvia..., Maaf kan Mama, Nak..., Eghngeee...." Tangis wanita itu pec
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab sembilan puluh tujuh

"sayang. Kamu sudah bangun?" ucap Perdana sambil membelai kening Silvia yang sedang membuka matanya secara perlahan."Aku tertidur ya, Mas? Kenapa tidak bangunin aku?""Sekarang kan sudah bangun," jawab Perdana sambil tersenyum. "Yuk kita makan, supnya sudah siap, mungkin sudah dingin juga. Tapi tenang saja, tinggal di angatin sebentar di oven."Perdana membantu istrinya untuk bangun. Mereka pun menuju meja makan untuk menyantap hidangan yang sudah disiapkan oleh Perdana."Umm, wanginya enak sekali. Pasti rasanya enak.""Makanya cobain dong, Mas suapin, Ya?" Perdana menyendok nasi dan sup lalu menyuapi Silvia. Begitu mencobanya, matanya membulat, lalu bibirnya tersenyum."Kenapa, Sayang. Enak, gak?""Ini enak, Mas. Cuma agak kurang garam dan micin saja. Tapi aku suka banget. Rempah-rempahnya terasa. Jadi kayak alami gitu. Enak banget ini, Mas.""Mas memang sengaja tidak menambahkan micin, kar
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab sembilan puluh delapan

"Aku tidak peduli jika aku harus dihukum mati. Bukankah semua orang juga akan merasakan yang namanya mati.""Meski pun begitu, Mama tidak berhak meracuni ibuku." Serangah Silvia yang sangat kesal."Sebenarnya Mama tidak berniat meracuni ibumu. Waktu itu, Mama memergoki dia sedang menelepon seseorang. Dia bilang kalau dia hanya pura-pura sakit kanker, agar dia bisa tinggal bersama kamu." Nyonya Sulastri memberikan penjelasan kepada Silvia."Itu tidak benar kan? Mama pasti berbohong!" Bentaknnya."Tidak. Mama tidak berbohong. Saat itu dia bilang kalau misinya tinggal beberapa bulan lagi. Lalu dia bilang, kita akan bisa menguasainya setelah anaknya lahir. Mama sangat takut. Mama yakin, yang dia maksud beberapa bulan lagi tu adalah masa kehamilan kamu. Itulah alasannya kenapa Mama menyuruh orang untuk menculik kamu, sebenarnya tidak lain karena Mama mau melindungi kamu dari wanita jahat itu. Mama tahu kalau mantan suamimu dan mantan mertuamu sudah menjadi orang yang baik, itu sebabnya Mam
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab sembilan puluh sembilan

"Ini awal yang baru buat kita, Sayang. Semoga keluarga kita selalu rukun seperti ini," ucap Perdana sambil memegang dan mencium punggung tangan Silvia. "Ayo kita photo bareng dulu bersama anggota baru keluarga kita," ucap Tiara setengah berteriak. Kebetulan saat itu ada suster yang masuk untuk memeriksa kesehatan Silvia. Sekalian saja Tiara minta tolong untuk di photo bersama keluarga besarnya di rumah sakit itu.Beberapa kali jepretan dengan beberapa kali Silvia junior berpindah tangan. Silvia junior seolah mengerti kalau dirinya sedang menjadi idola. Sikecil yang imut dengan bibir merah itu sesekali tersenyum seolah dia mengerti kalau dia sedang di foto.Saat Perdana melapazkan Iqamat di telinganya sewaktu dia selesai mandi pertama juga seolah mengerti dan mengamini. Matanya yang mungil seolah menatap setiap orang yang menggendongnya, meski sebenarnya tatapannya belum sampai ke objek yang ditujunya.Silvia bahagia melihat kehadiran putri kecilnya membuat keluarga besarnya bahagia.
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

100

"Rima! Apa yang kamu lakukan dengan orang ini!" Bentaknya setelah memastikan kalau orang yang dilihatnya ternyata benarlah istrinya."Siapa orang ini!" tanya lelaki tua itu tak kalah emosi.Rima begitu terperanjat karena tidak menyangka akan dipergoki oleh suaminya di depan umum. Setahunya, suaminya selalu pulang diatas jam sembilan malam. Dia hanya fokus untuk bekerja demi masa depan anak semata wayang yang sangat disayangi Pazel, meski bukan anak kandungnya.Tapi entah kenapa hari ini dia harus bertemu dengannya disaat dia sedang mencari uang tambahan dari pria kaya."Bang Pazel? A-abang lagi apa di sini?""Saya suaminya!""Katamu kamu janda! Dasar perempuan jalang!" Bentak laki-laki itu sambil melotot kearah Rima."Hei! Jaga mulut Bapak!" bentak Pazel yang tidak rela istrinya direndahkan di depan dia. Tetapi laki-laki yang sudah berumur sekitar enam puluh tahunan itu berlalu tanpa menoleh lagi ke belakang.Rima yang malu karena dilihat dengan tatapan jijik oleh orang-orang, hanya m
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status