"Selamat pagi menjelang siang, Pak," sapa Aeera setelah berhadapan dengan Alarich, berdiri tegap di depan meja kerja sang suami. Tubuhnya menegang, cukup takut dengan tatapan tajam Alarich yang menghunus ke arahnya. Dia tahu dia salah karena terlambat menemui suaminya, akan tetapi-- hei, siapa perempuan yang bisa menahan godaan dari menggosip? "Ini sudah siang," dingin Alarich, menatap Aeera dengan tajam–mengeluarkan aura mengintimidasi yang pekat dan mengerikan. Aeera meneguk saliva dengan kasar, menatap takut-takut pada sang suami. "Waktu yang kuberikan padamu hanya tiga puluh menit, sedangkan kau pergi selama tiga jam lebih," datar Alarich, menekuk jari telunjuk–isyarat agar Aeera mendekat ke arahnya. Dengan langkah gugup serta kaku, Aeera berjalan ke arah Alarich. Wajahnya ditekuk, muram serta panik secara bersamaan. Pasti Alarich akan menghukumnya. Yah, apalagi? Alarich memang suka menghukumnya. "Pak …-""Kita hanya berdua." Alarich menegur pelan, tetapi meskipun begitu ber
Last Updated : 2024-02-12 Read more