“Sienna, kamu masih marah sama Mama karena masalah yang dulu?” terka Nancy yang tidak tampak menyesali perbuatannya sedikit pun. Ia akui jika dulu ia memang sudah terlalu emosional sampai menggunakan kekerasan. Namun, semua itu terjadi karena ia merasa tindakan putrinya sudah melewati batas hingga berani menggoda putra tirinya. Nancy hanya ingin putrinya menyadari kebodohannya, tetapi tindakan kerasnya itu malah membuat hubungan mereka semakin merenggang. “Sienna, Mama ingin kamu tahu kalau—" “Sudahlah, Ma. Aku tidak mau membahasnya lagi. Aku capek,” sela Sienna. Ia memalingkan wajahnya dengan cepat karena manik matanya sudah basah oleh tumpukan cairan bening. Ia juga sengaja menutup layar gawainya agar ibunya tidak melihat wajahnya. “Sienna, Mama belum selesai bicara,” hardik Nancy. Nada suaranya mulai terdengar meninggi karena kesal dengan sikap putrinya. Namun, Sienna tidak peduli. “Aku capek, Ma. Aku tidak tahu bisa datang atau tidak Minggu nanti, lihat keadaan saja,” ucapnya
Baca selengkapnya