Home / CEO / Kekasih Bayaran Tuan Presdir Arogan / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Kekasih Bayaran Tuan Presdir Arogan: Chapter 151 - Chapter 160

319 Chapters

Bab 151 - Pakar Cinta

“Perangkap apa maksudmu?” gerutu Lucas yang mulai terlihat kesal.Akan tetapi, Oliver malah kembali menertawakan kebingungannya. “Lucas, Lucas … ternyata kamu bisa menjadi bodoh juga ya,” ledeknya.Lucas pun berdecak malas. “Apa kamu tidak bisa bicara dengan lebih jelas?” protesnya.Perlahan tawa Oliver terhenti. Ia menyeka sudut matanya yang berair dengan punggung tangannya, lalu ia berkata, “Lucas, apa kamu tidak sadar kalau hatimu sudah dicuri oleh sekretarismu itu, hm?”“Apa maksudmu?” desis Lucas tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun.Oliver terlihat sangat gemas dengan ketidaktahuan Lucas. “Maksudku … kamu sudah jatuh cinta dengannya. Apa kamu tidak sadar?” celetuknya dengan tegas.Gerakan tangan Lucas yang sedang memutar gelas di tangannya terhenti seketika. Ia menatap Oliver dengan sorot mata tajam yang membesar.Ya, Lucas sangat syok saat ini. Ia sempat terdiam cukup lama dan bergumam di dalam hati, ‘Aku … jatuh cinta dengan gadis itu?’“Kenapa? Kamu tidak percaya kalau kamu
Read more

Bab 152 - Jatuh Cinta Itu Tidak Menakutkan

Melihat wajah terkejut Lucas, suara tawa kecil meluncur kembali dari bibir Oliver. “Tidak perlu sekaget itu. Jatuh cinta itu tidak semenakutkan itu,” ledeknya.Netra Lucas memicing tajam. “Memangnya kamu pernah jatuh cinta?” cibirnya sembari mendengkus remeh.Selama ini Lucas sering melihat Oliver dekat dengan banyak wanita. Ia ragu pria itu pernah jatuh cinta dalam arti yang sesungguhnya.Begitu banyak wanita yang dikencani sahabatnya tersebut. Lucas yakin Oliver tidak mungkin jatuh cinta sebanyak itu selama ini.Oliver tampak salah tingkah mendapatkan pertanyaan tersebut. Ia pun berdeham pelan dan berkata, “Cinta bagiku sudah seperti makanan sehari-hari, Luke. Rasanya sudah hambar.”Lucas berdecih remeh. “Bukan hambar, tapi kamu hanya belum pernah menemukannya yang bisa membuatmu menetap,” timpalnya.Oliver mengedikkan bahunya dengan acuh tak acuh. “Mungkin kamu benar,” balasnya.“Berhentilah mempermainkan perasaan wanita, Oliver. Hati-hati, kamu belum ketemu batunya,” ujar Lucas me
Read more

Bab 153 - Aku Tidak Mau Menjadi Sekretarismu Lagi!

“Aku? Kamu tidak mengenalku?”Pertanyaan konyol yang diajukan wanita asing di seberang ponselnya itu semakin menambah kekesalan Lucas. Ia merasa sedang dipermainkan.Akan tetapi, Lucas tetap mempertahankan kesabarannya dan bertanya dengan penuh selidik, “Apa kamu sudah mencuri handphone sekretarisku, Nona?”“Siapa dia, Luke? Jadi dia pencuri?” gumam Oliver yang merasa penasaran.Ia pun ikut menempelkan telinganya pada gawai Lucas, tetapi Lucas malah mendorong pelipisnya dengan satu jarinya karena merasa risi.“Ck, ck, jangan menuduh sembarangan, Zombi Kutub!” tukas wanita itu dengan suara yang terdengar kesal.“Aku … tidak mencuri handphone-nya. Mana mungkin pengacara muda cantik sepertiku … akan mencuri handphone teman sendiri.” Wanita itu kembali berbicara, tetapi suaranya terdengar semakin tidak jelas.‘Ternyata Pengacara Bentley,’ batin Lucas yang merasa cukup lega. Tadi ia sempat mengira terjadi sesuatu hal yang bur
Read more

Bab 154 - Mabuk

“Ada apa, Luke?” tanya Oliver saat melihat perubahan raut wajah Lucas.Akan tetapi, Lucas tidak menggubrisnya. Saat ini seluruh benak Lucas dipenuhi dengan kalimat yang baru saja didengarnya dari gadis itu. Lucas masih tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.Namun, ucapan orang mabuk biasanya adalah kejujuran yang tak terelakkan dan hal ini membuat Lucas merasa sangat marah!“Coba kamu katakan sekali lagi, Sienna,” desis Lucas yang terdengar dingin.Akan tetapi, Lucas malah mendengar decihan sinis dari gadis itu. “Sienna Sherwood!” teriaknya, murka.“Huh … kenapa kamu menyebalkan?” sungut Sienna di seberang teleponnya.Tidak ada rasa takut sedikit pun yang diperdengarkan gadis itu meski kemarahan Lucas tersulut akibat pernyataannya tadi.Dengan suara yang masih terdengar meracau tidak jelas, Sienna kembali berkata, “Padahal … biasanya kamu selalu menolak untuk mengulangi ucapanmu. Kenapa … kenapa kamu malah menyuruhku untuk mengulangnya?”“Ck, mabuk saja kamu bisa banyak protes,”
Read more

Bab 155 - Panggilan Kesayangan

“Apa Anda yang tadi memanggilku ‘Tuan Zombi’?” selidik Lucas kepada sang manajer restoran.Wajah pria gemuk paruh baya itu memucat. “Ma-maafkan saya, Tuan Zom … ah, maksudku Tuan Muda Morgan. Saya tidak tahu kalau Anda yang dimaksud gadis itu,” cicitnya.Perlahan wajah manajer itu tertunduk. Ia khawatir Lucas akan menuntutnya karena mengira ia telah menghinanya.Akan tetapi, Lucas malah bertanya, “Kenapa Anda bisa memanggil saya seperti itu?”“Saya … saya hanya melihat nama pada layar handphone tamu itu saja, Tuan. Saya sama sekali tidak bermaksud menghina Anda. Sungguh,” jawab sang manajer dengan penuh ketakutan.Ekspresi Lucas seketika menggelap. “Dia … menamai nomorku dengan sebutan itu?” gumamnya.Pria paruh baya itu mengangguk dengan cepat. Ia dapat melihat kilatan kemarahan yang terpatri pada sepasang netra Lucas. Manajer restoran itu berpikir jika gadis yang menjadi tamunya itu akan mendapatkan masalah besar atas pengakuannya ini!“Luke, aku rasa sebutan itu cocok denganmu,” le
Read more

Bab 156 - Bukan Seekor Kucing Manis

“Apa? Aku?” Oliver menunjuk dirinya sendiri.“Ya, memangnya siapa lagi di sini kalau bukan kamu?” balas Lucas dengan kesal.“Tapi─”Oliver hendak mengajukan protesnya, tetapi Lucas kembali berkata, “Sebaiknya kamu jangan macam-macam dengannya.”“Ck, kamu pikir aku sebiadab itu sampai menyentuh wanita yang lagi mabuk?” gerutu Oliver yang merasa dicurigai seperti seorang penjahat kel*min.Lucas hanya menyeringai sinis, kemudian menarik Sienna agar bangkit dari tempat duduknya. “Ayo, Sienna. Kita pulang,” ujarnya.“Hum ….” Sienna melenguh pelan.Perlahan gadis itu membuka matanya. Samar-samar ia melihat bayangan wajah Lucas di hadapannya. Sudut bibirnya melengkung tipis, lalu ia bergumam, “Zom … bi … Ku … tub?”Lucas merasa kesal. Gerakan tangannya yang sedang menopang Sienna hampir terlepas, menyebabkan tubu
Read more

Bab 157 - Dipertemukan Takdir

“Aduh yang lagi kasmaran. Dunia pun terlupakan. Apalagi teman.”Sindiran cukup pedas meluncur dari bibir Oliver saat menyaksikan bagaimana Lucas menatap Sienna dengan lembut.Lucas menoleh ke arah Oliver, yang masih tersenyum jahil.“Diamlah, Oliver,” balas Lucas dengan nada setengah kesal, tetapi tidak bisa menyembunyikan senyum tipis yang muncul di sudut bibirnya. “Kamu selalu punya waktu untuk mengganggu, ya?”Oliver terkekeh dan mengangkat bahu. “Tentu saja, itulah gunanya teman, bukan? Lagipula, siapa yang bisa melewatkan pemandangan langka seperti ini?”Lucas hanya menggelengkan kepala, sementara Oliver terus tertawa kecil. Meskipun tersindir, tetapi Lucas memutuskan untuk mengabaikannya. Ia kembali menatap Sienna, yang masih setengah sadar. Lucas pun menyadari bahwa ia telah menemukan sesuatu yang lebih berarti daripada pekerjaannya."Si Bos besar kita ternyata punya sisi lembut juga," Oliver masih lanjut mengejeknya.Ekor mata Lucas kembali tertuju pada Oliver. “Apa lagi yang
Read more

Bab 158 - Semakin Dilarang, Semakin Antusias

“Masih berapa lama lagi kamu di sana?” teriak Lucas yang telah berdiri cukup lama di ambang pintu restoran.Ia melihat Oliver yang tidak bergerak sedikit pun untuk membantunya membawa Anna keluar dari restoran itu.“Ck, iya!” balas Oliver dengan kesal.Ia pun menarik tubuh Anna agar beranjak dari tempat duduknya. Ia mencoba memapah tubuh gadis itu, tetapi Anna melangkah dengan gontai dan membuat tubuh Oliver hampir terjungkal ke depan.Anna terbangun karena hal tersebut. Gadis itu langsung melayangkan pukulan pada kepala Oliver!“Hei! Apa kamu tidak bisa jalan dengan benar?” protes gadis itu pada Oliver yang masih melongo syok.Oliver memegang puncak kepalanya yang kini berdenyut-denyut. “Gadis sialan! Apa dia berpura-pura mabuk, huh?” geramnya.“Oliver, apa kamu mau aku tinggal?” teriak Lucas lagi.Oliver pun terpaksa mengurungkan niatnya untuk memaki gadis itu. Baru
Read more

Bab 159 - Pengakuan Sienna Part 1

“Aku tidak mabuk! Aku masih mau minum!” teriak Sienna yang malah merengek.“Padahal hari ini hari ulang tahunku, tapi kamu malah membohongiku,” Gadis itu malah menangis seperti anak kecil yang tidak dituruti keinginannya. "Lucas Morgan ternyata seorang pembohong!" serunya dengan suara yang bergetar oleh emosi dan alkohol.Lucas menghela napas panjang, rasa frustrasi dan kekesalan bercampur di dalam kepalanya. Ia tahu bahwa malam ini tidak akan mudah, tetapi tidak menyangka akan seburuk ini. "Sienna, dengarkan aku. Aku tidak bermaksud membohongimu," ucapnya dengan lembut, sambil mendekatinya.“Sekarang sudah terlalu malam dan kamu sudah sangat mabuk. Aku rasa sebaiknya kita merayakannya dengan cara lain saja besok. Jadi … ayo, kita pulang sekarang. Oke?”Sienna mengangkat wajahnya dengan bibir yang merengut masam. Ia kembali menunjuk dada Lucas dan berkata, “Kamu… memang Zombi Kutub yang… menyebalkan dan jahat! Aku … tidak mau bicara denganmu lagi ….”Upaya Lucas membujuk Sienna ternya
Read more

Bab 160 - Pengakuan Sienna Part 2

"Kamu tahu, Sienna, kadang kamu membuatku benar-benar bingung," ujar Lucas, mencoba menahan senyum di tengah kebingungannya menghadapi sekretarisnya tersebut.Sienna tertawa kecil lagi, suara tawanya mengalun lembut di malam yang sepi itu. Namun, ia tidak menanggapi kebingungan pria itu karena ia tidak merasa telah mengatakan hal yang rumit.“Aku adalah sekretarismu, Lucas Morgan. Aku … juga adalah kekasih bayaranmu. Tapi, sepertinya kamu lupa kalau aku …,” Sienna menepuk dadanya sendiri dan memandang Lucas dengan sorot mata teduh, lalu lanjut berkata, “aku … juga manusia yang punya kehidupan sendiri.”Lucas mendengus. “Giliran kamu saja …. bilang kamu manusia dan aku zombi, huh?” protesnya untuk ke sekian kalinya.“Aku bukan zombi sepertimu karena aku … masih perlu istirahat. Aku tidak bisa bekerja 24 jam penuh seperti kamu, Lucas Morgan,” celetuk Sienna sembari tertawa geli dan menambahkan, “makanya aku manusia dan kamu … zombi.”Lucas tertegun.
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
32
DMCA.com Protection Status