All Chapters of Hasrat Pernikahan Suami Arogan: Chapter 121 - Chapter 130

191 Chapters

Berdamai Dengan Masa Lalu

“Jadi?” Lewis menaikkan sebelah alis, dengan tatapan terus tertuju pada Laura. Entah benar-benar tidak paham atau sekadar menelisik alasan yang diberikan wanita cantik di hadapannya. Dengan tenang, Lewis kembali menyuapi ibunda Harper tersebut. Laura tak menolak. Dia menerima suapan yang diberikan Lewis. Sambil mengunyah, si pemilik mata biru itu kembali bicara. “Begini, Lewis.” Laura mencoba menjelaskan. “Pertama, aku harus menunggu hingga Harper diperbolehkan naik pesawat. Kedua, aku ingin menuntaskan rasa rindu terhadap ayah. Mengirimkan bunga setiap akhir pekan atau saat ada waktu luang. Kau tahu aku tidak melakukannya ketika kandungan makin membesar. Mungkin ini terdengar sedikit egois, tapi ….” Laura terdiam sejenak, setelah menelan makanan yang tadi dikunyah. Tatapan wanita cantik berambut pirang itu
Read more

Berusaha Menemukan Kenyamanan

“Laura?” Emma dan Grace menyebut nama Laura secara bersamaan. Kedua wanita itu cukup terkejut, melihat Laura datang ke sana dengan pria lain dan membawa bayi. “Ibu,” sapa Laura, seraya mengarahkan perhatian sepenuhnya pada Grace. Meskipun selama ini wanita itu selalu menunjukkan sikap berbeda, tetapi Laura tak pernah menaruh rasa benci. Bagaimanapun juga, Grace adalah ibu kandungnya. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Grace, diiringi tatapan sendu. Laura mengangguk samar. Sekilas, dia menoleh pada Emma yang tampak sangat keheranan. Namun, Laura tak mengatakan apa pun, pada wanita yang memiliki kemiripan identik dengannya. Dia tetap fokus pada Grace, yang terlihat kurus. “Apa Ibu baik-baik saja?” tanya Laura kemudian.“Ya,” jawab Grace lugas. “Aku hanya merindukan ayahmu,” ucap wanita itu, seraya mengalihkan perhatian pada Lewis yang menggendong Harper. Laura paham dengan makna dari tatapan sang ibu. Tanpa diminta, dia memperkenalkan pria di sebelahnya. “Ini Lewis Bellingham. Dia calo
Read more

Perpisahan Berakhir Tangis

“Bu.” Emma melayangkan tatapan protes pada Grace, yang mulai menyantap makanan di piring. “Jangan membahasnya di sini,” ujar saudara kembar Laura tersebut. “Apanya yang salah? Memang begitu, kan?” balas Grace tak acuh. “Jamie datang setelah pemakaman James. Dia mengatakan sendiri padaku, ingin meminang Emma. Aku tahu siapa Samuel Riise Carson, meskipun tidak mengenal putranya secara langsung,” jelas wanita paruh baya tersebut. “Ya, aku juga sudah beberapa kali bertemu dengan Jeremy Carson. Kami pernah menjalin kerja sama bisnis. Menurutku dia pria yang tampan dan kharismatik, meskipun ….” Laura tak melanjutkan kata-katanya, setelah mendengar Lewis berdehem pelan. Ibu satu anak itu tersenyum, seraya menoleh pada pengusaha tampan yang tak lama lagi akan menjadi suaminya. 
Read more

Love At First Sight

Setelah menempuh perjalanan udara sekitar tujuh sampai delapan jam, Laura dan Lewis akhirnya tiba di tempat tujuan mereka. Boston. kota terbesar di Massachusetts. Sedan hitam yang menjemput Laura dan Lewis ke bandara, berhenti di pinggir jalan depan rumah yang terletak di salah satu kawasan elite kota itu. Lewis bergegas turun, lalu membukakan pintu untuk calon istrinya. “Terima kasih, Alex,” ucap sang pengusaha, pada sopir yang juga turut keluar dari kendaraan. “Sama-sama, Tuan. Selamat datang kembali di sini,” balas Alex, yang segera membuka bagasi. Dia begitu cekatan mengeluarkan barang-barang milik sang majikan.“Langsung saja bawa masuk,” titah Lewis penuh wibawa. “Baik, Tuan,” sahut Alex. Seakan tak terbebani sama sekali, pria dengan perawakan tegap itu mengangkat dua koper besar menaiki undakan anak tangga menuju pintu masuk. Sementara itu, Laura sibuk mengedarkan pandangan ke sekitar. Keadaan di sana jauh berbeda dengan Inggris. Meski begitu, Laura menyukai suasana tempat
Read more

Tempat Tujuan yang Sama

Sesuai yang sudah direncanakan, Lewis menemui kenalannya untuk membahas segala hal yang berkaitan dengan pesta pernikahan. Dia berdiskusi terlebih dulu, sebelum membawa Laura pergi melihat lokasi yang akan dijadikan tempat pesta. Perundingan itu diikuti Laura melalui sambungan video call. Lewis melarangnya ikut pergi, berhubung mengkhawatirkan kondisi kesehatan Harper. Pria itu takut jika sang bayi terlalu kelelahan, akibat perjalanan jauh kemarin. Meskipun hanya melalui sambungan video call, tetapi Laura dapat mengikuti perbincangan dengan baik. Dia menyimak dan sesekali menanggapi serta mengemukakan pendapat. Sekitar satu jam kemudian, pertemuan itu berakhir dengan kesepakatan yang langsung didapat. Lewis langsung kembali ke rumah. Dia juga ingin beristirahat beberapa saat. Bercengkrama dengan Laura dan Harper, akan membuat suasana hatinya jadi lebih ceria. Namun, niat tersebut sirna, ketika ponselnya berdering. Satu pesan masuk dari nama kontak bernama Dakota Anderson.[Apa kau
Read more

Andaikan

“Astaga, Lewis. Kau tidak perlu melakukan itu. Sudahlah,” cegah Laura, yang berdiri di dekat stroller. Dia merasa tak enak dengan apa yang akan calon suaminya lakukan.“Tidak, Sayang. Kau harus masuk dan menemaniku. Kau sudah tahu apa yang menjadi hobiku di sela semua rutinitas pekerjaan. Aku tidak ingin melewatkan hal ini. Namun, aku juga tidak akan membiarkanmu pulang seorang diri,” tegas Lewis. Pria itu bersikukuh pada pendiriannya. “Memangnya kau datang jam berapa kemari? Sampai-sampai kehabisan tiket masuk lagi,” tegur pengusaha tampan itu pada Dakota. Dakota tidak terima terus disalahkan Lewis. Namun, dia tak bisa membantah lebih keras dari yang sudah dilakukannya tadi. “Mereka mengatakan sudah menyediakan tiket tambahan yang akan dijual langsung saat acara. Akan t
Read more

Tak Disengaja

Dari jarak beberapa langkah, Christian memperhatikan setiap gerak-gerik wanita yang berdiri di sudut ruangan. Dia tak tahu apa yang sedang wanita itu lakukan, hingga seorang pria datang menghampiri. Pria yang tak asing lagi bagi Christian. “Lewis Bellingham?” gumam ayahanda Mairi tersebut, bersamaan dengan Delila yang kembali setelah menghubungi Alfred. “Tuan ….”“Laura …,” ucap Christian tanpa sadar, saat wanita yang sejak tadi diperhatikannya mulai berbalik. Mendengar nama itu disebut Christian, Delila langsung mengarahkan perhatian pada sosok yang menjadi fokus sang majikan. Seketika, wanita paruh baya tersebut diam membeku. Rasa rindu terhadap Laura, sedikit terobati hanya dengan melihat mantan istri Christian tersebut. “Nyonya Laura.” Tan
Read more

Rahasia Masa Lalu Lewis

“Apa maksudmu, Delila?” Christian menatap tak mengerti.“Entahlah, Tuan. Aku tidak yakin wanita seperti Nyonya Laura akan membiarkan dirinya dihamili pria lain, saat masih berstatus sebagai istri Anda,” jawab Delila. Ucapan Delila, terus mengusik Christian. Hingga malam tiba, dia tak juga bisa memejamkan mata. Padahal, Mairi sudah terlelap sejak beberapa jam yang lalu. Christian berdiri di dekat jendela kaca. Dari sana, dia dapat melihat pemandangan Kota Boston di malam hari. Begitu indah berhiaskan lampu kelap-kelip. Christian tahu Laura ada di salah satu sudut kota itu. Entah di mana tepatnya. Namun, setelah mendengar apa yang Delila katakan tadi, pria tampan berambut gelap tersebut jadi berpikir ulang. “Itulah bodohnya dirimu, Christian.” Dia bergumam pada diri sendiri. Sang pemilik Lynch Company tersebut menyadari kesalahannya, yang selalu mengambil keputusan saat dikuasai amarah. Sama seperti saat dirinya menikahi Laura. Dia tak mempertimbangkan apa pun, selain balas dendam.
Read more

Tamu Tak Diundang

“Dakota Anderson?” ulang Laura. Ingatannya langsung tertuju pada wanita cantik berambut cokelat gelap, yang ditugasi membeli tiket saat pameran. Laura manggut-manggut pelan, seakan memahami sesuatu. “Apa kau tahu siapa wanita itu?” tanyanya, beberapa saat kemudian. “Setahuku mereka bersahabat. Entah pertemanan seperti apa, yang membuat suatu hubungan sampai kandas di tengah jalan. Ah, aku tidak bermaksud menakutimu. Namun, tak ada salahnya berhati-hati terhadap wanita itu.” Mara sedikit menjauh dari Laura, untuk mengamati gaun hasil rancangannya secara saksama. Setelah dirasa sempurna, transgender cantik tersebut kembali mendekat.“Lewis pria baik. Aku yakin dia tak akan melakukan kesalahan yang sama. Dari caranya memperlakukanmu, kurasa dia serius dengan hubungan kalian. Jadi, seharusnya tak ada masalah. Kau hany
Read more

Mengawasi Diam-diam

“Hai, Sayang,” sambut Laura dengan wajah yang tiba-tiba ceria, saat menggendong Harper. Dia mencium gemas sang putri. “Terima kasih, Adelle,” ucapnya. Wanita bernama Adelle yang tadi membawa Harper ke sana, segera membalas dengan anggukan disertai senyum. Meskipun bertugas menjaga bayi itu selama pesta berlangsung, tetapi dia tak berani terus berada di dekat sang majikan. “Panggil saja jika sudah selesai, Nyonya,” ucapnya sopan, seraya undur diri. Laura mengangguk. Dia kembali fokus pada bayinya. “Apakah itu putri Anda, Tuan?” tanya Dawson basa-basi. “Um, iya,” jawab Lewis yakin. Namun, tidak dengan raut wajah Laura, yang kembali memperl
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status