“Astaga, Lewis. Kau tidak perlu melakukan itu. Sudahlah,” cegah Laura, yang berdiri di dekat stroller. Dia merasa tak enak dengan apa yang akan calon suaminya lakukan.“Tidak, Sayang. Kau harus masuk dan menemaniku. Kau sudah tahu apa yang menjadi hobiku di sela semua rutinitas pekerjaan. Aku tidak ingin melewatkan hal ini. Namun, aku juga tidak akan membiarkanmu pulang seorang diri,” tegas Lewis. Pria itu bersikukuh pada pendiriannya.“Memangnya kau datang jam berapa kemari? Sampai-sampai kehabisan tiket masuk lagi,” tegur pengusaha tampan itu pada Dakota.Dakota tidak terima terus disalahkan Lewis. Namun, dia tak bisa membantah lebih keras dari yang sudah dilakukannya tadi. “Mereka mengatakan sudah menyediakan tiket tambahan yang akan dijual langsung saat acara. Akan t
Dari jarak beberapa langkah, Christian memperhatikan setiap gerak-gerik wanita yang berdiri di sudut ruangan. Dia tak tahu apa yang sedang wanita itu lakukan, hingga seorang pria datang menghampiri. Pria yang tak asing lagi bagi Christian. “Lewis Bellingham?” gumam ayahanda Mairi tersebut, bersamaan dengan Delila yang kembali setelah menghubungi Alfred.“Tuan ….”“Laura …,” ucap Christian tanpa sadar, saat wanita yang sejak tadi diperhatikannya mulai berbalik.Mendengar nama itu disebut Christian, Delila langsung mengarahkan perhatian pada sosok yang menjadi fokus sang majikan. Seketika, wanita paruh baya tersebut diam membeku. Rasa rindu terhadap Laura, sedikit terobati hanya dengan melihat mantan istri Christian tersebut. “Nyonya Laura.” Tan
“Apa maksudmu, Delila?” Christian menatap tak mengerti.“Entahlah, Tuan. Aku tidak yakin wanita seperti Nyonya Laura akan membiarkan dirinya dihamili pria lain, saat masih berstatus sebagai istri Anda,” jawab Delila. Ucapan Delila, terus mengusik Christian. Hingga malam tiba, dia tak juga bisa memejamkan mata. Padahal, Mairi sudah terlelap sejak beberapa jam yang lalu. Christian berdiri di dekat jendela kaca. Dari sana, dia dapat melihat pemandangan Kota Boston di malam hari. Begitu indah berhiaskan lampu kelap-kelip. Christian tahu Laura ada di salah satu sudut kota itu. Entah di mana tepatnya. Namun, setelah mendengar apa yang Delila katakan tadi, pria tampan berambut gelap tersebut jadi berpikir ulang. “Itulah bodohnya dirimu, Christian.” Dia bergumam pada diri sendiri. Sang pemilik Lynch Company tersebut menyadari kesalahannya, yang selalu mengambil keputusan saat dikuasai amarah. Sama seperti saat dirinya menikahi Laura. Dia tak mempertimbangkan apa pun, selain balas dendam.
“Dakota Anderson?” ulang Laura. Ingatannya langsung tertuju pada wanita cantik berambut cokelat gelap, yang ditugasi membeli tiket saat pameran. Laura manggut-manggut pelan, seakan memahami sesuatu. “Apa kau tahu siapa wanita itu?” tanyanya, beberapa saat kemudian.“Setahuku mereka bersahabat. Entah pertemanan seperti apa, yang membuat suatu hubungan sampai kandas di tengah jalan. Ah, aku tidak bermaksud menakutimu. Namun, tak ada salahnya berhati-hati terhadap wanita itu.” Mara sedikit menjauh dari Laura, untuk mengamati gaun hasil rancangannya secara saksama. Setelah dirasa sempurna, transgender cantik tersebut kembali mendekat.“Lewis pria baik. Aku yakin dia tak akan melakukan kesalahan yang sama. Dari caranya memperlakukanmu, kurasa dia serius dengan hubungan kalian. Jadi, seharusnya tak ada masalah. Kau hany
“Hai, Sayang,” sambut Laura dengan wajah yang tiba-tiba ceria, saat menggendong Harper. Dia mencium gemas sang putri. “Terima kasih, Adelle,” ucapnya.Wanita bernama Adelle yang tadi membawa Harper ke sana, segera membalas dengan anggukan disertai senyum. Meskipun bertugas menjaga bayi itu selama pesta berlangsung, tetapi dia tak berani terus berada di dekat sang majikan. “Panggil saja jika sudah selesai, Nyonya,” ucapnya sopan, seraya undur diri.Laura mengangguk. Dia kembali fokus pada bayinya.“Apakah itu putri Anda, Tuan?” tanya Dawson basa-basi.“Um, iya,” jawab Lewis yakin.Namun, tidak dengan raut wajah Laura, yang kembali memperl
“Menyingkirlah, Dakota. Kau hanya membuat suasana hatiku makin tak nyaman.” Lewis segera melepaskan tangan Dakota, yang melingkar di perutnya. Pria itu merapikan jas, kemudian berlalu dari sana. “Tunggu, Lewis,” cegah Dakota. Lewis yang hendak keluar dari ruangan itu, menghentikan langkah. Namun, dia tak menoleh, apalagi sampai membalikkan badan. “Tak masalah bagiku jika kau membagi perhatianmu dengan Laura, asalkan —”“Aku ingin kau menjaga jarak denganku,” sela Lewis dingin. “Jangan lupa. Aku sudah menikah. Tak ada niat sedikit pun untuk mempermainkan ikatan suci yang telah terjalin bersama Laura. Alasannya sudah jelas. Aku jatuh cinta dan sangat tergila-gila pada wanita itu.” Lewis menegaskan, meski tidak sambil bertatapan langsung dengan Dakota. Akan tetapi, bukannya mengerti. Dakota justru menanggapi dengan tawa renyah. Wanita cantik berambut cokelat gelap tersebut berjalan mendekat, bahkan sampai menyentuh pundak Lewis. “Kau mengatakan hal yang sama tentang Sophia. Namun, bu
“Aku tidak mendengar jelas seluruh percakapan mereka, Nona. Aku hanya menangkap pembahasan, tentang anak yang diakui oleh Tuan Bellingham,” lapor wanita berseragam pelayan itu pada Dakota.Dakota tersenyum puas penuh kemenangan, setelah mendengar apa yang pelayan tersebut sampaikan. “Tidak apa-apa. Itu lebih dari cukup. Terima kasih.” Dia mengeluarkan beberapa dollar dari clutch bag, kemudian memberikannya pada si pelayan yang sudah memberikan informasi secara diam-diam.Wanita berambut cokelat gelap tersebut memperhatikan pasangan pengantin baru yang tengah asyik berdansa. Tatapan penuh kelicikan terpancar jelas dari sepasang matanya. Sahabat sekaligus mantan kekasih gelap Lewis tersebut, kembali menyunggingkan senyum sinis. “Jadi, itukah rahasia kalian berdua? Kenapa harus disembunyikan?” pikirnya tak m
“Rahasia mereka?” ulang Christian, seraya menaikkan sebelah alis. “Aku tidak tertarik —”“Tidak mungkin Anda tidak tertarik, Tuan Lynch. Aku akan memberitahukan sesuatu tentang ….” Dakota tidak sempat melanjutkan kata-katanya, berhubung Dawson datang menghampiri. Niat wanita itu untuk mengungkapkan kebenaran tentang status Harper yang tidak Christian ketahui, terpaksa diurungkan.“Pesta ini akan berlangsung sampai malam. Apa kau ingin pulang sekarang?” tanya Dawson.Christian mengangguk setuju.“Hai, Tuan Sherman. Aku merupakan salah satu penggemar beratmu.” Dakota menyela perbincangan dua sahabat tadi.“Oh, terima kasih. Ja