All Chapters of JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!: Chapter 161 - Chapter 170
287 Chapters
Tempat Aman yang Nyaris Benar
“Ayumi-chan!”Terdengar panggilan dari arah luar, dan Ayu langsung meletakkan pisaunya. Ia sedang membersihkan ikan yang akan dimasak nanti untuk makan malam.“Ha–i!” Ayu menyahut sambil berjalan keluar, dan melihat Miura menunggunya di depan pintu sambil membawa keranjang yang sarat isi.“Aku ingin membagi sebagian hasil kebunku dengan kalian. Aku baru saja memetiknya tadi.” Miura mengangkat keranjang itu, menunjukkannya pada Ayu dengan wajah ceria.“Astaga, Miura–san. Ini banyak sekali. Aku… Aku tidak mungkin mendapatkannya dengan gratis.”Keranjang itu berisi dua ikat sawi hijau, lebih dari lima buah wortel yang masih segar dengan tanah merah menempel, jagung yang masih berkulit, sampai tomat segar yang tampak merah menggiurkan. Yang jela
Read more
Hari yang Masih Benar
Ayu mulai sedikit menyesal karena telah mengusulkan untuk mengikuti Miura tadi.Ayu sama sekali tidak punya pengalaman bertani dan harus mendapat banyak petunjuk sebelum bisa memanen kol dengan benar, tapi itupun bukan bagian yang membuat Ayu menyesal. Yang membuat Ayu ingin pulang saat ini adalah pembicaraan yang dilakukan oleh Miura dan para ibu yang lain.Tentu saja Miura tidak sendirian. Ada beberapa Ibu lain yang juga menolong untuk memanen kol di ladang itu, agar pekerjaannya cepat selesai. Bergabung dengan kelompok Miura dan Ayu, ada satu orang ibu yang kekuatan mengobrolnya sama dengan Miura. Dan semakin lama pembicaraan mereka menjadi terlalu berani, lalu bertanya tentang beraneka macam hal yang tidak ingin dijawab oleh Ayu. Ia tidak menyiapkan kebohongan sampai sangat mendetail tentang pernikahannya.“Jadi kau sudah menik
Read more
Langkah Benar tapi Tidak Menyenangkan
Kyoko menatap Ryu—yang baru saja keluar dari mobil—dari dinding kaca dan mendengus. Ryu tentu berjalan ke arah cafe tempatnya berada, tapi kemunculannya terlalu mencolok. Padahal Ryu yang mengatakan ingin pertemuan mereka tidak menarik perhatian, tapi kemunculannya saja sudah cukup untuk menarik perhatian.Kyoko jarang mengakui makhluk tiga dimensi sebagai tampan, tapi setelah bertemu kesekian kali hari ini, Kyokon tahu Ryu adalah tampan. Dia mempunyai aura hangat dan terlihat mudah didekati. Pantas kalau Misa sampai rela menjadi ketua fans club tidak resmi Ryusuke Sato. Banyak karyawan wanita yang memang tergila-gila padanya.Tapi karena ketampanannya itu, sudah jelas mereka akan sulit untuk melakukan pertemuan tersembunyi. Ia terlalu mencolok—dan terlalu ramah.Kyoko kembali mendengus, ketika Ryu tersenyum pada wanita
Read more
Niat Benar tapi Masih Rahasia
“Mereka bertanya tentang apa?”Hide yang sedang memotong ikan—membantu Ayu memasak makan malam, berbalik memandang Ayu yang duduk di meja makan. Ia sedang memetik bayam.Ayu ganti menceritakan harinya, setelah Hide bercerita tentang kejadian di tempat kerjanya tadi. Bagaimana ia tadi siang harus mengantar seseorang ke rumah sakit dengan tergesa memakai mobil.Ada ambulans di desa itu, tapi hanya satu dan rupanya salah satu bannya sedang kempes. Hide harus mengambil pekerjaan extra dan membawa pasien yang mengalami sesak napas ke kota terdekat.Harinya cukup seru, tapi Ayu rupanya juga tidak kalah seru. Padahal ia hanya pergi ke rumah Miura.“Mereka bertanya tentang detail pernikahan kita. Aku hampir saja mati tadi karena panik.”Ayu mengeluhkan apa yang terjadi padanya tadi siang, saat mengikuti Miura memanen ikan di belakang rumahnya.Kolam yang ada disana cukup luas, jadi Miura memanggil beberapa temann
Read more
Kebersamaan yang Benar
Ayu membuka jendela mobil, membiarkan hembusan angin mengusik rambut dan seluruh bagian wajahnya. Angin itu sangat segar, kemungkinan nol polusi. Ayu sama sekali tidak meragukan kualitasnya dan menghirup udara sedalam mungkin.Bahkan ketika mereka sudah hampir sampai di kota Shiretoko, udara tetap terasa segar. Kota berukuran sedang di sebelah utara desa Utoro itu tidak terlalu ramai, tapi jelas menunjukkan lebih banyak tanda kehidupan dari pada Utoro.Dan kota itu, adalah kota besar paling dekat yang bisa di dicapai dari Utoro dengan mudah. Tapi itupun akan memakan waktu paling tidak tiga jam.“Ini luar biasa!” Ayu mengeluarkan sedikit rasa antusias yang sejak tadi terpendam dalam dadanya, sambil memandang sekitar. Sama sekali jauh dari keramaian kota Karuizawa—satu-satunya kota yang ada dalam ingatan Ayu, tapi cukup banyak yang bisa dilihat.“Air terjun!” Ayu menunjuk aliran air deras yang turun dari lereng bukit kecil di s
Read more
Acara Paling Benar
“Kau marah?”Hide melirik ke arah Ayu, yang memajukan bibirnya sampai beberapa senti ke depan. Sejak tadi, Ayu juga tidak mau memandang ke arah Hide, ia terus memandang ke arah depan atau ke luar jendela mobil.“Kau tadi mengatakan akan libur seharian. Kenapa tiba-tiba memaksa untuk pulang?” Ayu menggerutu masih dengan bibir yang cemberut.Ayu tahu tidak ada urusan urgent yang harus dikerjakan oleh Hide. Pekerjaannya sangat santai. Ia tidak mengerti kenapa Hide menolak untuk tinggal di kota sampai sore nanti.Ayu masih ingin mengunjungi tempat yang lain, tapi Hide dengan tegas menolak dan mengatakan mereka harus kembali ke rumah setelah makan siang.Yang membuat Ayu paling jengkel, saat bertanya kenapa, Hide sama sekali tidak menjelaskan alasan mereka harus kembali. Hanya mengatakan mereka harus segera pulang. Jelas saja Ayu cemberut setelah itu.“Ada sesuatu yang ingin aku tunjukan padamu saat sampai di rumah n
Read more
Saat Paling Benar
“Berdiri di sini.” Miura menuntun Ayu yang tubuhnya masih basah.Pada akhirnya ada yang menyuruh Ayu mandi, agar tubuhnya bersih dan kini Ayu berdiri hanya menggunakan pakaian dalam. Siap untuk memakai shiromuku itu.Kimono itu terlihat begitu bersih, sampai Ayu takut akan membuatnya kotor saat menyentuhnya. Kimono itu bukan terbuat dari kain putih polos. Ada berbagai simbol yang terbordir di permukaannya.“Bangau… sakura… anggrek.” Ayu menyebut beberapa bentuk motif yang dikenalinya pada kimono itu. Semua dibordir dalam warna putih yang sama dengan kain dasar, menyamarkan bentuk motif saat dilihat dari kejauhan.“Mereka benda yang dianggap membawa keberuntungan dan nasib baik,” kata Miura, sambil mengangkat kedua tangan Ayu ke atas, agar lebih mudah memasang obi—sabuk ka
Read more
Ciuman yang Belum Benar
Iring-iringan pengantin memasuki beranda kuil dengan diiringi musik yang berasal dari ryuteki, hocchiku dan nohkan. Meski namanya berbeda, tapi semua alat musik itu berbentuk seruling. Hanya bentuk dan bahan pembuatnya yang berbeda. Tentu nada dan suara yang dihasilkan akan berbeda juga.Ayu mungkin akan menikmatinya jika saja tidak sedang bekerja keras berkonsentrasi agar tidak jatuh. Berat kimono yang dipakainya mulai membuat tubuhnya tidak nyaman, dan Ayu takut sekali ia akan membuat kekacauan dengan terjatuh.Ketakutan itu bahkan mengalahkan ketegangan yang tadi dirasakannya. Tapi Hide masih merasakan ketegangan itu. Tangannya yang menahan tubuh Ayu masih sangat dingin oleh keringat. Hide merasa heran, karena jelas ia tidak merasakan hal yang sama saat menikah dengan Karin.Saat itu mereka melakukan pernikahan ala barat&mdas
Read more
Memilih yang Paling Benar
Ayu sudah nyaris tertidur saat Hide membawanya pulang. Tapi terbangun saat Hide menurunkannya di futon. Tidak ada ranjang di rumah itu, Hide terpaksa membaringkan Ayu pada futon dan itu membuatnya terbangun.“Aw!” Ayu mengeluh karena obi yang dipakainya menyakiti punggung. Obi itu berukuran cukup besar, tentu akan terasa mengganjal saat ia berbaring.Ayu langsung duduk sambil memandang sekitar. Ia melepaskan rambut palsu yang ada di kepalanya, lalu menatap satu-satunya benda hidup lain di kamarnya.“Kau baik-baik saja?” tanya Hide, sambil melambaikan tangan di depan wajah Ayu. Ia bangun tapi kesadarannya tidak sempurna.Ayu tersenyum dan menangkap tangan itu. “Tentu saja aku baik-baik saja… Danna—sama.” Ayu kembali mengulang panggilan itu sambil merangkup pipi Hide.&
Read more
Sentuhan yang Benar
“Lavender!” Ayu berseru dengan sekuat tenaga, dan berlari menghampiri bentangan luas taman lavender yang muncul di hadapan mereka. Hide untung saja gesit dalam mengejar, jadi tidak ada drama Ayu berguling-guling di tanah.“Jangan berlari tiba-tiba seperti itu.” Hide menegur.“Tapi itu indah!” Ayu menunjuk warna ungu terhampar di depannya. Ayu lalu menghirup aroma segar di udara yang tentu juga berasal dari kumpulan bunga itu.“Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?” Ayu berseru sambil mengangkat tangan di udara.“Bekerja keras. Aku harus menemukan tempat yang membuatmu terkesan.” Hide berdiri di samping Ayu, tapi lebih tertarik untuk memandang wajah Ayu ketimbang padang lavender.Dan soal kerja keras itu adalah bohong. Ayu pada dasarnya akan mudah terkesan dengan pemandangan indah apapun, dan karena ingatannya bersih, maka semua pemandangan adalah baru untuknya.Hide hanya perlu m
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
29
DMCA.com Protection Status