***"Jangan egois, Dara.""Jangan mau menang sendiri.""Mama mohon kamu mengerti.""Kamu kan rebut Danendra dari Felicya."Ucapan Teresa beberapa jam lalu terus terngiang-ngiang di pikirannya, Adara yang sedang menuangkan air dari dispenser ke gelas tak sadar jika gelas yang dia pegang sudah penuh—bahkan lantai pun sudah cukup basah."Ra, itu basah!""Astaga!"Tersentak, Adara refleks melepaskan pegangannya pada gelas sampai gelas tersebut jatuh di lantai dan tentu saja pecah dan berserakan."Ya ampun," ucap Adara."Kamu kenapa, Ra?" tanya Danendra yang sigap menarik Adara untuk menjauh dari pecahan gelas yang berserakan di lantai agar tak mengenai kaki sang istri yang kini telanjang tanpa alas. "Kamu ngelamun?""Dan." Masih dengan raut wajah terkejut, Adara memandang Danendra dengan napas yang terengah. "Iya, maaf ya.""Enggak apa-apa, aku juga minta maaf karena udah ngagetin kamu," kata Danendra tak enak.Pulang tepat pukul tujuh, Danendra yang lelah memang meminta tolong pada Adara
Terakhir Diperbarui : 2024-02-08 Baca selengkapnya