All Chapters of Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing: Chapter 131 - Chapter 140

144 Chapters

131. My Hubby is My Everything

Siang itu, Fahri dan Mita, berangkat lebih dulu ke London. Mereka mencari kontrakan rumah atau apartemen, sedangkan Arya menyusul dua hari kemudian.Dinda tidak seperti biasanya. Ia banyak menghabiskan waktunya bersama Sari, seakan ia dan mama tersayangnya itu, tidak akan berjumpa lagi."Kamu itu udah gede. Nggak malu apa sama suami kamu?" Sari mengaduk adonan roti yang sebentar lagi akan ia pindahkan ke loyang."Ngapain malu, Ma. Orang Dinda emang begini. Kan Dinda nggak pernah pergi jauh dari mama sama papa. Wajarlah kalau Dinda begini." Arya menimbrung dari ruang tengah, membela istri kesayangannya.Dinda diam seribu bahasa. Ia tiba-tiba teringat sesuatu. "Gimana kalau tiba-tiba Dinda kangen cilok, bakso bakar sama sate tahu? Masa ia pake aplikasi?""Yaa bikin sendirilah. Daripada beli, mending kamu bikin sendiri. Selama bahannya bisa didapat, lebih baik kamu masak sendiri. Nanti Mama siapkan beberapa bumbu dasar dari siini. Lebih hemat, dan tentunya lebih sehat."Dinda menghela nap
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

132. Prinsip Hidup

"Dinda ngidam, Pak." Wajah serius Mita justru membuat Arya ragu. Pria itu menatap lekat ke arah Mita dalam diam. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Mita berjalan mundur. "Apa? Pak Arya tidak percaya?" Diamnya Arya yang begitu lama, membuat Mita kecewa. Ia memilih pergi menjauh dari pasangan itu."Eh, Mit. Mau kemana?" Dinda menjadi panik. Keinginannya belum dijawab Mita. "Kenapa sih, Mas? Tinggal di-iya-in aja gitu apa susahnya?" gerutu Dinda bangkit menyusul Mita, yang pergi tanpa pamit.Arya menghela napas frustasi. Betapa susahnya menghadapi makhluk Tuhan yang satu ini. Salah mengambil sikap saja, sudah jadi masalah, dan itu sangat tidak mudah untuk menyelesaikannya."Mit!" seru Dinda memanggil Mita yang kini berada di dalam kamarnya. Ia mengetuk sekali lalu membuka pintunya. "Maafin suami gua, ya?! Dia emang gitu. Rada susah nyambung kalau soal beginian."Mita memutar tubuhnya. Ia mengabaikan celotehan Dinda soal sikap Arya barusan. "Lu ngerasain ada yang aneh kagak sama
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

133. Petunjuk Sari

"Kalian bicara apa?" Fahri dan Arya menatap istri masing-masing. Meminta penjelasan lebih lanjut soal 'anak' yang baru saja mereka singgung. "Itu-tadi kan kita sedang bicara soal prinsip hidup. Nah, ternyata Dinda pengen punya banyak anak biar nggak kesepian, Pak Arya," terang Mita sedikit terbata."Ya bukan cuma saya saja, kok. Mita juga pengen punya banyak anak. Dia bilang jangan sampai anaknya mengalami masa kegelapan dan kesepian seperti dirinya."Fahri langsung berdeham, sedang Arya tiba-tiba sibuk meregangkan jari-jari tangannya. Alam pikiran kedua pria itu membentuk bayangan yang berbeda. Yang jelas keduanya memiliki pertanyaan yang sama, apakah itu pertanda jika pasangan mereka akan memanfaatkan kebersamaan mereka saat ini, sebagai waktu yang sangat tepat untuk mewujudkan keluarga kecil mereka?"Kenapa malah pada diam?" Mita keheranan melihat tingkah suami dan saudara iparnya, yang justru diam, tidak bereaksi berlebih seperti bayangannya."Lapar mungkin, Mit. Kita makan dulu
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

134. Membujuk Dinda

Arya masih terpaku mendengar perintah Sari. Tidak yakin dengan pemahamannya sendiri, ia berusaha mencari penegasan dari mertuanya itu.A : "Ma? Maksudnya Arya cukup cari tahu sendiri atau membawa Dinda ke ..."S : "Cek sendiri dulu saja."Arya berpikir mungkin ia harus memberitahu soal ini pada Dinda.A : "Baik, Ma.Pembicaraan singkat yang membawa keraguan dan sedikit rasa bahagia dalam diri Arya. Bagaimana cara menyuruh Dinda melakukan perintah ibu mertua? Apakah tidak sebaiknya ia menceritakan soal ini kepada Dinda?Arya mengacak rambutnya. Masalah sepele seperti ini justru membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Ditatapnya wajah Dinda yang masih begitu damai, terlelap dalam mimpi indahnya. Mungkinkah Dinda memimpikan apa yang sedang menjadi dugaan ibu mertuanya?Merasa sedikit tertekan, Arya memilih untuk mengguyur tubuhnya dengan air hangat, berharap itu dapat mengurai ketegangan di dalam kepalanya.Dinda meregangkan otot punggungnya. Kedua netranya mulai terbuka seiring dengan
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

135. Pergi Ke Dokter

"Dokter Obgyn.""Hah?! Ngapain ke sana? Saya kan hanya sedikit demam. Nggak lebih," tolak Dinda mentah-mentah. Ia merasa aneh mendengar jawaban Arya."Kata Fahri, yang ada di dekat sini hanya dokter itu. Kalau harus cari dokter umum, kejauhan. Dokter obgyn juga bisa memberi resep demam biasa. Intinya, kita periksa saja keadaan kamu. Pasti beliau akan merekomendasikan obat terbaik sesuai yang kamu rasakan. Jika ternyata kamu hanya demam biasa karena kelelahan, biasanya dapat vitamin aja."Dinda hendak membantah lagi, namun keributan dari kamar Mita membuatnya terdiam. Arya mencolek lengan Dinda, meminta sang istri untuk segera mengambilkan dirinya sarapan."Kamu harus makan banyak pagi ini. Siapa tahu nanti antri.""Kan bisa beli cemilan.""Kita nggak tahu makanan-makanan di sini halal atau nggak untuk kita."Kembali mendesah, Dinda mengakhiri percakapan itu dengan mengisi piringnya dengan begitu banyak nasi. Ia mengambil mangkuk dan mulai mengisi mangkuk kecil berwarna coklat. Arya t
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

136. Test Pack

"Selamat! Sebentar lagi, Pak Arya akan menjadi Ayah." Tangan putih sang dokter mengangsur ke depan, menyalami Arya yang masih bingung, mencerna kalimat barusan. Senyum tulus tidak lupa diberikan oleh Rizky.Dinda yang semula ternganga langsung tertawa kecil. "Dokter bercanda pasti. Masa iya saya hamil?"Ia tidak dapat menerima mentah-mentah kabar baik itu. Pernikahannya dengan Arya belum ada satu bulan masa iya dia langsung hamil. Berbeda dengan Arya. Rasa hangat mulai merayap ke dalam hatinya. Ayah? Benar ia akan segera menjadi ayah? "Saya tidak bermimpi?" Arya menyangsikan namun besar harapannya itu kabar nyata.Rizky mengangguk. Dokter muda itu memberi isyarat agar sang perawat memberikan test pack yang tadi digunakan untuk mengetes kandungan hormon hCG pada urine Dinda."Dua garis merah ini menunjukkan jika Ibu Dinda positif hamil. Usia kandungannya masih sangat dini. Sekitar satu minggu. Jadi, pesan saya jangan bekerja terlalu berat. Hindari mengangkat beban yang berat. Serahka
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

137. Bumil

Tujuh bulan berlalu. Kehamilan Dinda semakin besar. Berbagai macam petuah mempersiapkan kelahiran bayi mulai pagi hingga malam datang, terus saja didengungkan Anggun kepada Arya. Ia terus mewanti-wanti agar putra keduanya itu mulai mengatur jadwal yang mendukungnya menjadi suami siaga."Duh, Mama. Setiap hari itu saja yang dibicarakan. Arya sampai membuat buku sendiri untuk mencatat semua nasihat Mama." Arya segera mengeluarkan sebuah buku catatan berukuran tanggung dari tas kerjanya, lalu menyodorkan buku ke hadapan Anggun.Anggun tersenyum senang. "Anak pintar!""Tapi, kenapa cuma Arya saja yang dapat kuliah beginian?""Nah! Kamu protes?" Salah satu alis Anggun meninggi. "Yang kelahirannya sudah dekat kan kamu, kalau kakakmu masih enam minggu lagi. .""Yaa, Mama. Dulu waktu Dinda hamil muda, Mama juga begini. Segala macam diributin. Yang inilah-yang itulah," sungut Arya sebal. Tiba-tiba ia merasa telah diperlakukan tidak adil oleh Anggun. Ia tidak pernah melihat Fahri mengalami hal
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

138. Kontraksi

Dengan sangat terpaksa, Dinda harus menyetujui usul Arya yang disertai dengan sedikit ancaman jika ia akan melapor kepada Sari soal ini. Nama Sari sangat keramat bagi Dinda, khususnya saat-saat seperti ini. Ia tidak mau proses persalinannya nanti menjadi tidak lancar, karena membuat suami dan mamanya menaruh kesal padanya. Ia ingin semuanya kelak berjalan lancar dan damai.Fahri menyanggah kepala Mita yang kini tertidur pulas di sampingnya. "Begini kok masih mau lanjut belanja."Arya terkekeh. "Biasalah. Tidak mengukur kemampuan. Maunya jalan terus padahal kaki-kaki sudah bengkak semua.""Bukan begitu, Mas. Maksud kita itu, biar sekalian jalan. Jadi besok-besok nggak usah belanja lagi," jelas Dinda yang masih terjaga. Ia memegang perutnya sambil sedikit meringis. Seketika ia ingat dengan pesan dari instruktur senam hamilnya, untuk menarik napas ketika kontraksi mulai dirasakan."Ada apa?" Arya rupanya menangkap gerakan Dinda. Ia melihat dengan tatapan khawatir."Nggak apa-apa. Seperti
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

139. Menjelang Persalinan

Dinda berjalan mengitari kamarnya. Rasa sakit mulai sering dirasakan. Untuk mengurangi rasa sakit, ia memilih untuk berjalan-jalan. Melihat pemandangan kebun belakang kediaman mertuanya, Dinda tiba-tiba ingin melihat kolam ikan di sudut taman. Ia berjalan keluar kamar lalu mengarahkan kakinya ke ruang keluarga yang langsung terhubung dengan kebun belakang."Kamu mau kemana?" Arya tiba-tiba mencegat Dinda."Mau kesana," tunjuk Dinda ke sudut taman. "Nggak kesakitan lagi?" Akhirnya, Arya memutuskan untuk menemani istrinya. Ia menggandeng tangan kiri Dinda, karena tangan Dinda sibuk mengusap perut besarnya. "Masih. Lebih sering malah. Apa mungkin malam nanti lahirannya?" "Kamu takut?""Sedikit. Gimana kalau nanti nggak kuat ngeden?" Hal yang sangat dikhawatirkan selama ini. Ia tidak mau menjalani operasi caesar. Ia sebelas dua belas dengan Mita. Sama-sama takut dioperasi."Bisa. Pasti bisa. Dedek bayinya diajakin ngomong terus.""Udah. Sudah sejak umur 3 bulan, tapi keliatannya posisi
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

140. Persalinan (1)

"Jangan lupa bawakan tas hijau.""Tas?" Arya belum paham kemana arah perintah kakaknya."Tsk. Cari saja tas warna hijau di samping meja rias."Dengan masih memegang ponsel, Arya bergegas ke kamar Fahri. Ia mencari tas hijau yang dimaksud dan berhasil menemukannya."Ada?" Fahri berjalan hillir mudik di depan resepsionis. Ia sedang mengurus kamar untuk Mita. "Done. Harus diantar sekarang?" Pria ini masih belum menyadari kepanikan yang dialami sang kakak."Satu abad lagi, bolehlah.""Ya udah kalau begitu ...""Jelas sekaranglah! Berangkat segera! Dinda tidak perlu ikut. Jangan cerita apapun!""Bagaimana bisa, orang sejak tadi dia menguping," sahut Arya melirik Dinda yang mengikutinya kemana pun dirinya melangkah."Pokoknya, suruh dia diam di rumah saja. Takutnya istrimu ikut panik.""Dia sudah panik." Arya mengusir Dinda secara halus namun, Dinda bergeming. Sorot matanya memaksa Arya untuk menceritakan apa yang sedang dibicarakan."Terserahlah. Sekarang segeralah meluncur kemari. Mama su
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status