Home / Romansa / Karenamu Kujatuh Cinta / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Karenamu Kujatuh Cinta: Chapter 21 - Chapter 30

41 Chapters

21. Perang Argumen

Tidak lama kemudian mobil Rexa yang dikendarai oleh Vino tiba di sebuah gedung tinggi berlantai dua puluh yang mewah. Tulisan Artemis terlihat menyala terang di puncaknya. Di depan pintu lobi tampak Sonya telah menunggu kedatangannya. Sambil tersenyum, Sonya melambaikan tangannya saat melihat mobil yang dikendarai Vino berhenti tepat di depannya. “Hai, Sayang. Ayo naik!” Dengan segera Sonya naik ke dalam mobil dan duduk di samping Sofie di bangku penumpang. “Sayang, kita jalan-jalan dulu, ya. Sofie dan Rexa juga sudah setuju.” “Ide bagus,” sahut Sonya bersemangat. “Kalau kubilang tidak setuju pun mobil ini akan Vino bawa sesuka hatinya,” tandas Rexa pasrah. “Tapi ... aku penasaran, sejak kapan kalian pacaran?” tanya Rexa tanpa basa basi. Pria itu menoleh menatap Vino dengan tatapan menyelidik. “Iya, benar. Kamu hutang penjelasan padaku loh, Sonya!” timpal Sofie sambil merengut menatap sahabatnya yang hanya menanggapi dengan tersenyum simpul. “Kenapa cuma senyum? Sejak kapan kalian
Read more

22. Gaun Merah Dan Sepatu Kets

Alunan musik pop romantis mengiringi aroma kopi yang menguar dari salah satu kedai kopi terkenal di sebelah kanan pintu masuk mall. Sofie dan Sonya melangkah dengan bersemangat melintasi lobi Arkamaya Mall diikuti oleh Rexa dan Vino yang melangkah mantap layaknya supermodel. “Kalian tunggu di cafe saja selagi kami pergi berbelanja pakaian!” pinta Sofie pada Vino dan Rexa begitu melihat keduanya terus mengekori mereka. “Kenapa harus tunggu di cafe?” tanya Vino heran karena sebenarnya dia ingin memanfaatkan waktu luang ini untuk berkencan dengan Sonya layaknya pasangan muda umumnya. “Aku takut kalau penggemar kalian akan membuat keributan di sini. Aku kan sendirian. Tidak ada Nick yang akan membantuku menghadapi brutalnya penggemar kalian itu,” jelas Sofie jujur. “Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kami. Hari ini kami yang akan menjaga kalian. Ya kan, Rex?” Vino menyikut Rexa pelan sambil tersenyum simpul. “Kamu pikir aku ini pelindung pribadinya? Kamu harus membayar mahal kalau samp
Read more

23. Bos Yang Baik Hati

Sayangnya dada berdesir dan degup jantung yang jumpalitan itu hanya bertahan lima menit. Selebihnya perasaan Sofie dikuasai kekesalan yang luar biasa pada Rexa. Bagaimana tidak, pria serupa iblis itu bahkan tidak memperbolehkan Sonya atau Vino membantunya membawa semua barang belanjaan yang hampir tidak muat di tangannya yang mungil. Sofie juga merasa Rexa sengaja melakukan hal itu padanya. Alhasil selama perjalanan pulang, Sofie hanya bisa merengut dan bersungut dalam hati dengan kelakuan Rexa yang menyebalkan. Akan tetapi wajah tertekuk Sofie justru menerbitkan sebuah senyuman tipis di bibir Rexa. Entah kenapa rasanya menyenangkan sekali membuat asistennya itu jengkel. Wajah kesal merengut dan bibir mencebik wanita itu sangat lucu dan menggemaskan bagi Rexa. Sekalipun Rexa selalu mengerjainya dengan segala macam permintaan yang kadang tidak masuk akal, Sofie masih dengan setia mematuhinya meskipun sambil merengut, menggerutu atau bahkan marah-marah. Walaupun Sofie amatir dibidangn
Read more

24. Manis Pahit Kopi

Suasana basecamp B-Men semakin ramai dengan hadirnya Sonya dan Sofie di rumah itu. Bahkan Calvin tidak segan bersorak gembira saat tahu Sofie akan membuatkan makan malam untuk mereka semua. Suasana yang gaduh itu membuat Rexa tidak bisa memejamkan matanya. Pria itu pun keluar dari kamar dan ikut berkumpul di ruang makan bersama teman-temannya yang terlihat sangat gembira menanti masakan yang Sofie buat. Selagi Sofie memasak, Sonya membantunya menyiapkan peralatan makan di meja. Kedua wanita itu terlihat kompak satu sama lain. Bahkan sesekali mereka mengerjakan pekerjaan sambil bernyanyi gembira dan membuat para member B-Men yang berkumpul mengelilingi meja makan sambil mengobrol santai itu pun tertawa melihat tingkah absurd kedua wanita itu. Hingga akhirnya makanan yang Sofie buat mulai terhidang di atas meja dan membuat mereka semua sibuk menikmati makan malam tersebut kecuali Zhen. Pria itu baru saja turun dari lantai dua sambil membawa sebuah pet carrier berisi seekor kucing keci
Read more

25. Saingan

Rexa mengerenyit heran saat menatap Sofie yang tiba-tiba melesat menjauh ketika dia mendekat. Seakan sengaja menghindari dan menjaga jarak darinya. Begitu juga ketika mereka tiba di lokasi syuting. Sofie memilih menyibukkan dirinya dengan merapikan barang bawaan mereka semua. Mungkin karena kejadian semalam. Rexa mencoba tidak ambil pusing. Pria itu melirik jam tangannya sekilas. Masih ada satu jam sebelum makan siang dan berkumpul bersama sutradara. Rexa memilih berkeliling menikmati pemandangan di sekitar resort tempat mereka tinggal beberapa hari ke depan. Pemandangan yang didominasi hijaunya pepohonan dan birunya langit cukup membantunya menghilangkan penat. Semilir angin yang bertiup benar-benar membuat tubuh menjadi lebih rileks. Tanpa sengaja Kaisha yang baru saja datang berpapasan dengan Rexa. Melihat Kaisha yang kini tersenyum padanya, Rexa justru berusaha bersikap biasa saja. Kali ini Rexa tidak mungkin menghindar dari wanita yang pernah mencuri hatinya kemudian menghancu
Read more

26. Sebuah Lagu Atau Secangkir Cappuccino

Semua pemain film berkumpul mengelilingi meja panjang di halaman belakang villa besar yang mereka sewa untuk syuting. Mereka semua terlihat serius menekuni naskah masing-masing. Begitu juga dengan Rexa, dia duduk berhadapan dengan Kaisha dan Pak Erick, sang sutradara. Sibuk mempelajari dan mendalami setiap peran yang akan mereka mainkan besok. Berusaha membangun setiap cemistry dengan Kaisha sesuai arahan sang sutradara dan penulis skrip karena syuting akan dimulai dari pagi hari. Begitu masuk waktu makan malam, semua kru dan pemain film bersorak riang melihat beberapa petugas pelayanan villa membawa masuk berbagai macam hidangan. Suasana makan malam tersebut terlihat seperti pesta kebun dengan lampu kecil berkelap-kelip yang mengelilingi setiap pohon besar yang ada di halaman belakang. Dengan dipayungi langit bertabur bintang dan ditemani embusan semilir angin dingin pegunungan yang sedikit menusuk di kulit. Begitu selesai menghabiskan sisa makanannya, Rexa melihat Sofie menepi. Ta
Read more

27. Sekelumit Rahasia

Sofie menguap lebar saat terbangun di pagi hari dengan mata sulit membuka karena kantuk yang tersisa. Baru tiga jam dia terlelap setelah semalaman menemani Rexa dengan segala macam kegundahannya. Semalam, kedua netra mata yang biasanya menatap Sofie tajam terlihat keruh dengan kabut gelap menyelimuti seakan ada lorong hitam yang dalam tanpa ujung. Bahkan bayangan pria itu terlihat penuh aroma kesepian. Baru kali ini Sofie melihat Rexa seperti itu. Entah apa yang pria itu sembunyikan dalam hatinya yang bahkan mampu membuat Sofie ikut terenyuh dengan kepedihan tidak kasat mata menguar dari siluet tubuh Rexa yang terpaku. Hingga Sofie merelakan bahunya untuk dijadikan sandaran oleh Rexa. Lumayan lama dan nyaris membuatnya kram. Sofie bangkit dari tempat tidur dan bergegas mandi karena syuting pertama hari ini akan dimulai sejak pagi. Sofie memoleskan lipbalm asal dan bergegas menuju kamar Rexa, masih khawatir dengan keadaan pria itu semalam. Baru saja Sofie sampai di depan kamar Rexa,
Read more

28. Sepercik Rasa

Sudah yang kesekian kalinya Sofie mengerutkan keningnya. Tatapannya lurus ke depan di mana Rexa terlihat bersama dengan Kaisha. Memang mereka sedang syuting adegan pasangan, hanya saja ada beberapa sikap Rexa pada Kaisha yang membuatnya heran. Rexa terlihat menjaga Kaisha seakan wanita itu adalah keramik yang mudah retak. Mata elangnya tidak pernah lepas memandangi setiap gerak-gerik Kaisha. Selalu siaga bila sewaktu-waktu wanita itu dalam kesulitan. Padahal seingatnya Rexa bersikap sangat dingin pada wanita itu kemarin. Seperti yang sedang Sofie saksikan saat akan kembali menuju set syuting. Kaisha tersandung undakan tanah yang tidak rata dan dengan sigap Rexa menahan tubuh wanita itu agar tidak terjatuh. Bahkan memastikan kondisi wanita itu baik-baik saja. Begitu pula dengan Kaisha yang terlihat melembut saat bersama Rexa. Tidak seperti sebelumnya yang biasa terlihat angkuh bagai merak. Membuat Sofie berpikir kalau mereka sedang berusaha memperbaiki hubungan yang pernah retak dul
Read more

29. Pertengkaran

Sofie terbangun di pagi hari dengan kepala yang terasa sedikit berat. Mungkin karena kemarin dia terlalu lama berada di tengah udara malam yang dingin. Pembicaraannya dengan Nicky tentang jadwal B-Men selanjutnya membuat Sofie harus berada di halaman belakang villa untuk waktu yang lama. Sambil memijat pelipisnya perlahan, Sofie berusaha bangkit dari tempat tidur. Dia harus segera bersiap. Tidak ada waktu untuk bersantai karena hari ini jadwal syuting mereka sedang padat. “Apa kamu sakit?” tanya Sonya khawatir saat melihat wajah Sofie yang sedikit memucat. “Mungkin masuk angin. Nanti juga baik sendiri. Tak apa,” sahut Sofie sambil tersenyum tipis kemudian memulas lipstik pink agar wajahnya tidak terlihat pucat. “Mau kumintakan teh hangat?” tanya Sonya lagi. Meski Sofie bilang baik-baik saja, dia tetap merasa khawatir. “Tak perlu. Sebentar lagi juga aku akan ke kafetaria. Nanti aku minum di sana saja.” “Baiklah. Kalau masih tidak enak badan sebaiknya istirahat saja dulu,” kata So
Read more

30. Tersesat

Sofie menghentakkan langkah kakinya menyusuri jalan setapak yang terlihat di depannya. Wanita itu terus melangkah mengikuti jalan berkelok yang dipagari pohon pinus sambil merutuki kelakuan Rexa. Menggerutu tanpa sempat berpikir ke mana tujuan langkah kakinya pergi. Hingga tanpa sadar Sofie sudah melangkah jauh masuk ke dalam hutan pinus yang mulai rapat. Sofie menghentikan langkahnya saat sinar matahari meredup. Lalu memandang sekitar dan tertegun mendapati dirinya berada di tengah hamparan pohon pinus yang berjajar rapi. Sofie mendesah pelan mencoba tetap tenang dan berusaha mencari jalan kembali. Berusaha mengingat jalan mana yang telah dia lalui sebelumnya. Sofie menatap sekeliling tetapi hanya menemukan semua jalan setapak itu terlihat serupa dan membingungkan. Sofie benar-benar buta arah dan tersesat sekarang. Belum lagi kepalanya mulai terasa seperti ditusuk-tusuk. Suhu tubuhnya naik dan membuatnya semakin menggigil di tengah udara dingin yang lembab itu. Sofie mendekap tubu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status