All Chapters of Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO: Chapter 81 - Chapter 90

109 Chapters

81. Cemburu

Regan menghela napas dalam,"Aku tidak tahu. Yang pasti, kita harus lebih waspada kali ini." Semua terdiam. Mereka bergelud dengan pikiran masing-masing. Kalau di bilang takut, tentu saja Jane merasakan itu. Tidak mungkin dia hanya diam dan tidak merasakan kekhawatiran. Tapi sekali lagi, di sampingnya, banyak yang ingin melindungi dirinya. Dia tidak akan setakut dulu. "Jangan terlalu di pikirkan. Ini kan hari bahagia kita bisa berkumpul lagi." Jane memecah kesunyian yang terjadi selama beberapa menit."Sekarang katakan padaku, apa kesibukan kalian selama aku tidak tinggal di sana lagi? Jujur saja, separuh jiwaku hilang saat tidak ada kalian berdua di sisiku," lanjutnya melebih-lebihkan. Regan memutar bola matanya malas, Yohan tertawa singkat, sedangkan Juan reflek memegang kedua tangan Jane dengan tatapan anak anjing. "Benar, kan? Aku juga merasa begitu. Hatiku hampa sejak kepergianmu, Jane. Rumah itu bagaikan neraka tanpa dirimu. Bagaimana kalau kau kembali tanpa Regan? Biar s
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

82. Awal pertemuan

Pagi itu cerah. Matahari bersinar lebih terik dari biasanya. Terasa hangat menyentuh permukaan kulit juga membuat mood menjadi lebih baik. Masih pukul 08.00 pagi, Jane enggan memulai hari dengan banyak aktivitas. Seperginya Regan bekerja, Dia memilih jalan-jalan di sekitaran rumah utama dan taman belakang rumah. Emely selalu menemaninya. Tak pernah meninggalkan dirinya layaknya seorang bodyguard. Selalu menjaga Jane kemanapun dia pergi. Begitu damai di tempat ini. Tidak ada suara hiruk pikuk kendaraan. Berisik orang berlalu-lalang, juga tidak ada yang mengenalnya. Hidupnya sungguh di mulai dari tempat ini. Apakah dia masih merasa khawatir dengan peringatan ayahnya kapan hari? Tentu saja masih. Walau akhirnya benar dia akan ketahuan suatu hari nanti, paling tidak dia sudah mengukir banyak kenangan indah di sini. Di tempat yang bisa dia sebut keluarga yang sesungguhnya. "Anda tidak sarapan, Nona?" Tanya Emely mengikuti setiap langkah Jane. "Apakah sudah siap?" "Mungkin seben
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

83. Juan & Emely

Yohan dan Juan pulang lebih awal dari rencana yaitu pukul 10 pagi. Mereka berniat pulang malam, menunggu Tuan Abraham dan Regan pulang, tapi tiba-tiba saja Juan mendapatkan telfon dari temannya kalau dia harus datang ke kampus untuk membicarakan kegiatan yang menyangkut penerimaan mahasiswa baru. Jane berat hati melepas kepergian mereka, karena sangat jarang mereka datang ke rumah lantas tidur di sana. Dia kesepian untuk kesekian kali. Padahal beberapa waktu lalu rumah itu terasa seperti rumah yang sesungguhnya baginya. Tapi lagi-lagi dia harus sendirian saat Regan juga pergi untuk bekerja. Pukul 14.00, Tuan Abraham sampai rumah lebih dulu. Jane duduk di ruang tengah membaca majalah fashion di temani Emely yang kini duduk di sebelahnya.Melihat kedatangan Tuan Abraham, reflek Emely berdiri dan menyapa,"Selamat datang, Tuan." "Hem," jawab Tuan Abraham mengangguk. Pun dia duduk di seberang Jane dan Emely meninggalkan mereka berdua."Ayah pulang lebih awal? Dimana Regan?" Jane menutup
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more

84. Juan & Emely 2

Di perjalanan menuju kampus, keduanya hanya membisu. Tidak ada obrolan, juga tidak ada suara. Emely yang merasa sangat malu dan tidak enak karena sebelahnya adalah majikannya, Juan yang bungkam karena tidak tahu ingin bicara apa. Juan bukanlah pria yang cuek dan dingin layaknya Regan ataupun Yohan. Dia pria ramah yang banyak bicara. Terbukti saat bertemu dengan Jane pertama kali dia sangat ramah dan menceritakan banyak hal tentang dirinya. Merasa kalau Jane sengaja ingin mendekatkan dirinya dengan Emely, sifat ramah itu seakan tidak sama lagi. Juan tidak senang akan hal itu dan mengira kalau Emely lah yang mengajukan dirinya pada Jane agar bisa pergi bersamanya. "Apa kau baru di kota ini?" Tanya Juan tiba-tiba. "Maaf?" "Apa rumahmu di kota lain?" "Iya, Tuan. Rumah saya dekat dari kediaman Tuan Abraham." "Apakah di sana tidak ada kendaraan umum?" "Tentu saja ada, Tuan." "Lalu kenapa kau ingin berangkat bersama denganku?" Emely diam saja. Perasaannya seketika i
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

85. Terkuaknya sebuah rahasia besar

Beberapa hari sebelumnya..."Argh! Brengsek! Sialan! Aku tidak akan pernah terima dengan perlakuan ini! Mereka semua akan hancur di tanganku!Argh...!" Alice menghancurkan seluruh barang di kamarnya. Memporak-porandakan apa yang di lihatnya. Sejak kepergian Alan saat itu, harga dirinya terinjak secara tidak manusiawi. Dia tersinggung akan perlakuan semua orang yang terlibat dalam masalah ini. Dia datang ke rumah ayahnya, mengamuk sampai menghancurkan barang. Ayahnya hanya bisa membeku di pintu. Berdiri dengan wajah datar dengan kedua tangan yang bersilang di dada. "Kau harus mengatakan semuanya padaku. Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kau datang tanpa pemberitahuan, lalu membuang dan melempar semua barang yang tidak bersalah ini?" Gumam ayahnya lantas masuk ke dalam kamar Alice dan duduk di sofa. "Aku akan membunuh semua orang itu, Ayah.""Siapa? Siapa yang kau maksud? Regan? Yohan? Atau siapa?""Semua! Khususnya Regan dan istri jalangnya itu.""Apa yang sebenarnya kau katakan?
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

86. Terkuaknya sebuah rahasia besar 2

Juan sampai rumah lebih dulu. Saat masuk ke dalam rumah, di ruang tamu sudah ada Yohan yang tengah duduk dengan wajah panik. Saat Juan masuk, bahkan dia sempat berdiri menyangka kalau yang datang adalah Jane. "Dimana Jane? Apa yang terjadi padanya?" Juan juga nampak sangat khawatir. Napasnya sampai tersengal-sengal. Dia mengebut saat pulang tadi. Pikirannya langsung buntu jika ada sesuatu yang terjadi pada Jane. "Dia belum sampai. Aku juga sedang menunggunya." Dengan masih mengatur napasnya, Juan bicara lagi."Apa yang sebenarnya terjadi, Kak Yohan? Dia kenapa?" Yohan menghela napasnya dalam. Lantas manjawab,"Aku juga baru tahu saat Jane menelfonku. Ada sebuah artikel yang ingin menguak identitas Jane. Saat aku cari tahu, tidak ada nama reporternya." Juan terkejut mendengarnya. Lantas ikut mencari artikel yang di bahas Yohan barusan di ponselnya. Saat menemukannya, agaknya dia semakin terkejut."Siapa bajingan yang berani memposting ini?" "Siapapun orangnya, aku rasa dia m
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more

87. Pembicaraan dua saudara

Setelah tenang, Jane menceritakan segalanya. Tentu saja dengan suara bergetar hebat juga menahan tangis sampai dada terasa sesak. Regan hanya mendengarkan, namun terkadang dia mengusap punggung tangan Jane sekedar ingin menenangkan. Kalau sudah sampai di media, tidak butuh waktu lama ayahnya pasti akan tahu atau bisa saja dia belum tahu."Mungkin saja ayah sudah tahu," gumam Yohan saat dia dan Regan tengah bicara di ruang tamu. Jane sudah berada di kamarnya. Lelahnya dia sampai tertidur dengan bekas lelehan air mata di pipi. Tentu saja dia tidak sendiri, ada Juan yang menemaninya sekarang. Mereka takut kalau Jane berbuat nekad dan menyakiti dirinya sendiri."Tidak mungkin. Kalau ayah tahu, sudah sejak tadi dia menghubungiku. Lihatlah, sampai sekarang dia tidak menelfonku. Itu berarti dia belum tahu apapun," jawab Regan mengendorkan dasinya yang mencekik. Hari mulai petang. Matahari hampir tenggelam. Tuan Abraham tidak menelfon sekedar mencari keberadaan keduanya. Pembantu di sana p
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

88. Terkuaknya sebuah rahasia besar 3

"Silahkan masuk, Nona."Bibir berlipstik merah itu tersenyum. Pun melangkah masuk ke dalam rumah besar yang selalu nampak sepi itu. Begitu masuk, dia di sambut dengan pelayan yang kebetulan ada di sana. "Nona Alice, apakah anda mencari Tuan Regan? Kebetulan Tuan Regan belum pulang, Nona," Tanyanya setelah menunduk hormat. Dan ternyata yang datang adalah Alice. Dia datang karena ingin membicarakan hal penting dan tentu saja ingin membahas sesuatu yang menjadi berita."Tidak. Aku tidak ingin bertemu dengan Regan. Apa Paman Abraham ada di atas?""Benar, Nona. Di jam seperti ini, Tuan Besar akan berada di ruang kerjanya. Saya baru saja mengantarkan teh kesana.""Baiklah. Kau tidak perlu memberitahunya kalau aku datang kesini. Aku akan naik sendiri." "Baik."Alice naik ke lantai dua, tepatnya ke ruangan kerja Tuan Abraham. Di sana, tepatnya di paling ujung, ada pintu yang beda sendiri bentuknya. Itulah ruang kerja Tuan Abraham.Alice yang dari kecil sudah keluar masuk rumah itu, sudah
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

89. Terkuaknya sebuah rahasia besar 4

Hari sudah sangat larut. Saat ini sudah pukul 11 malam. Tapi Regan sama sekali tidak menerima telfon ayahnya sekedar ingin menanyakan dimana dia sekarang. Bahkan dia tak mampu memejamkan kedua matanya. Ponsel Jane juga masih dia matikan. Mungkin takut kalau ayahnya menelfon mencari keberadaannya. Regan berada di kamar mereka sebelumnya dan keadaan saat itu sudah sangat sepi. Yohan sudah berada di kamarnyq, tentu saja Juan pun sama. Setelah banyak mengobrol dengan Yohan, saling bertukar pikiran, akhirnya Regan memutuskan kalau besok dia akan pulang sendirian untuk mengatakan semuanya pada ayahnya sebelum dia mengetahuinya sendiri, alangkah lebih baik kalau dia sendiri yang mengaku. Bukan dari media yang menyebarkan gosip. Menunggu hasil penyelidikan dari teman pastinya butuh waktu. Tidak akan selesai di beberapa hari. Itu terlalu lama. Jane tiba-tiba menggeliat, dia terbangun setelah tidur seperti orang pingsan. Mata sembabnya terbuka, dia mendapati Regan berada di depannya. Meme
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

90. Hancurnya sebuah hubungan

"Jane? Bagaimana bisa kau ada di sini?" gumam Regan. Melihat kedatangan Jane yang tiba-tiba berada di ambang pintu, Regan terpaku. Apalagi dengan Tuan Abraham. Wajahnya merah sekali. sebenarnya, saat tahu Regan pergi menuju rumah utama, Jane mengikutinya dari belakang dengan menaiki taksi. Kali ini dia tidak akan membiarkan Regan menghadapi masalah yang ia timbulkan sendirian. Dia harus membantunya walau tahu resikonya seperti apa. Jane melangkah masuk ke dalam, menunduk sebentar untuk memberi sebuah penghormatan pada ayah mertuanya. "Pasti ayah sangat membenci kami sekarang. Terlebih lagi, denganku." Tuan Abraham tidak membalas. Tatapannya sangat tajam sampai bisa Jane rasakan kebencian yang terlihat dari sorot matanya saja. "Ayah, aku tahu ayah sangat marah sekarang. Aku tidak akan membela diri lagi karena apa yang ayah ketahui semuanya benar." "Jane..." Sahut Regan. "Tidak. Jangan ikut campur dulu. Biarkan aku bicara," ucap Jane menghentikan Regan."Ayah, aku mint
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status