All Chapters of Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO: Chapter 71 - Chapter 80
84 Chapters
71. Tamu tak di undang
Jane jatuh terduduk dengan ekspresi kaget dan juga wajah memucat. Keringat dinginnya keluar bahkan tubuhnya gemetar hebat. Yohan dan juga Juan yang melihat itu reflek berlari menolong Jane. "Ada apa, Jane? Kau kenapa?!" Teriak Juan panik. Sedangkan Yohan yang saat itu juga bingung dengan perubahan sikap Jane, bisa langsung menebaknya. Wanita itu seakan merasakan ketakutan yang sama dengan kemarin. Pun Yohan ikut melihat siapa gerangan yang berdiri di depan pintu dan dia pun ikut terkejut melihat wajah pria berusia sekitar 60-an berdiri di depan interkom. "Bawa Jane pergi dari sini. Antarkan dia kembali ke kamarnya," perintah Yohan tanpa menatap Juan. Bahkan tatapannya masih lurus ke arah interkom. "Apa yang terjadi? Ada siapa di depan pintu?" Tanyanya. "Jangan banyak bicara! Cepat bawa Jane naik ke atas. Jangan turun sampai aku menyuruhmu turun!" Bentak Yohan membuat nyali Juan menciut. dia bergegas membantu Jane untuk berdiri lantas mengajaknya naik ke lantai dua. "Sial!
Read more
72. Pindah rumah
Sepeninggal Alan, Yohan naik ke lantai dua menyusul Juan yang kini berada di kamar Jane. Saat masuk, Jane nampak sedikit terkejut. Khawatir kalau ayahnya itu nekat masuk sampai atas mengingat betapa gilanya dia dulu. Namun tentu saja semua hanya imajinasi Jane saja efek dari ketakutannya yang berlebihan. "Jadi bagaimana? Apakah dia sudah pergi? Jane sudah memberitahuku kalau ayahnya yang datang. Aku juga tahu bagaimana dia memperlakukan Jane dulu." Yohan menghela napas panjang. Lantas berjalan menuju ke Jane yang saat itu duduk di tepian ranjang sedangkan Juan berdiri di sebelahnya. Yohan menunduk, lantas memegang kedua tangan Jane. Sekali lagi pria itu menenangkannya. "Aku sangat mengerti betapa kau takut saat ini. Trauma saat bertemu dengannya lagi pasti membuat ketakutan dalam dirimu muncul kembali. Tenanglah, Dia sudah pergi. Aku juga berkata padanya kalau kau tidak tinggal di sini lagi. Aku yakin pria itu tidak akan mencarimu ke tempat ini lagi." Air mata Jane yang s
Read more
73. Rencana Regan
Tuan Abraham sudah menanti kedatangan menantu juga putra kesayangannya di depan pintu rumahnya yang terbuka. Begitu senangnya dia sampai senyum di bibirnya selalu mengembang. Saat Jane turun, Tuan Abraham langsung menghambur ke arahnya. Menepuk pelan lengan Jane,"Semoga kau betah tinggal di rumah ini. Aku sudah menyiapkan semua kebutuhanmu. Maafkan ayah kalau tidak sesuai dengan keinginanmu, hm?" Ucapnya membuat Jane dan Regan saling berpandangan. "Memang apa yang ayah sudah siapkan untuknya?" Tanya Regan. "Kau juga tahu nanti saat masuk ke dalam kamarmu." Senyum Tuan Abraham sangat mencurigakan. Jane dan Regan saling berpandangan lagi."Ayah, kami tidak akan lama tinggal di sini. Regan akan segera mendapatkan rumah yang cocok untuk kami tinggali berdua," ucap Jane. "Sebenarnya tidak perlu beli rumah pun tidak apa-apa. Ayah rela memberikan rumah ini padamu untuk kalian tinggali. Rumah ini juga terlalu besar untuk ayah tempati sendiri." "Mana bisa begitu?" Jane tertawa pelan."
Read more
74. Rencana Regan 2
Malam itu cuaca tidak mendukung. Pukul 4 sore air sudah menghujam bumi. Membasahi jalanan kota New York dan menggenangi beberapa jalanan yang tidak rata. Di perjalanan, tepatnya Regan sendirian di mobil kala itu, Dia menuju ke tempat perjanjiannya dengan Alan yaitu motel yang pernah Alice kunjungi. "Aku pulang agak malam. Makanlah lebih dulu bersama ayah. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan." Begitulah saat dia pamit pada Jane. Apakah dia akan membuka mulutnya dan mengaku kalau akan bertemu dengan Alan? Jawabannya tentu saja tidak. Regan tidak akan bilang kalau dia sedang ada urusan bersama dengan ayah mertuanya. Mertua iblis kalau dia bilang. Tidak becus mengurus anak sampai menyiksanya hingga Jane mengalami trauma yang sampai kini tidak bisa di hilangkan. Seperti yang sudah dia lakukan pada Madam, Regan akan diam-diam menyelesaikan masalah ini hingga tidak perlu lagi mengikutsertakan Jane seperti saat bermasalah dengan Madam dulu. Mobil hitam mewah masuk ke
Read more
75. Rencana yang lain
* Flash back on: Setelah kepulangan Regan, Alan merenungi setiap ucapan pria muda itu. Dia masih duduk di lantai di dekat ranjang. Tatapannya menerawang ke arah luar jendela yang hanya berukuran beberapa meter. Entahlah, ada raut menyesal dan juga kesedihan menjadi satu. Selama dia hidup, benar kalau dia memang tidak berguna. Yang dia lakukan hanyalah mabuk dan berjudi. Bahkan tujuannya mencari Jane hanyalah untuk meminta uang. Hutangnya di rentenir semakin menumpuk, Dia tidak mempunyai pilihan lain selain mencarinya walau ada sedikit perasaan bersalah saat mengingat kembali perlakuannya dulu. Iya. Walau Alan brengsek, tapi beberapa tahun terakhir setelah menjual putrinya, Dia di hantui rasa bersalah. Bahkan dia mengunjungi makam istrinya untuk meminta maaf. Seperti apa yang Regan katakan padanya, dia tidak becus menjadi suami dan seorang ayah. Tawaran Regan memang sangat menggiurkan. Dia tidak akan menolak niat baik itu dan akan mencoba melakukan kehidupan yang baru dengan jala
Read more
76. Penyesalan terbesar
Pukul 18.00 Jane sudah berada di jalan. Sesuai apa yang Regan katakan di telfon, mereka akan bertemu di sebuah privat restoran yang sudah suaminya itu beritahu lewat chat. Karena ingin merasakan kencan berdua tanpa ada gangguan, Regan berkata kalau akan menyewa satu restoran agar tamu yang lain tidak ada yang mengganggu. Jane yang mendengar itu pastilah terharu. Sebaik mungkin dia memilih pakaian juga memakai make up terbaiknya. Momen indah bersama pastilah tidak ingin begitu saja dia sia-siakan. Saat memilih pakaian, dia juga di temani oleh Emely. Gadis itu bahkan menawarkan diri untuk menemaninya di jalan, tapi Jane menolaknya dengan lembut. "Apakah tempatnya masih jauh?" Tanya Jane pada supir pribadinya."Sebentar lagi, Nona. Sekitar lima belas menit lagi."Sesuai apa yang supirnya katakan, lima belas menit kemudian mobil masuk ke kawasan restoran yang dari depan saja sudah kelihatan mewah. Bagai seorang putri, Jane turun dari mobil setelah supirnya membukakan pintu. "Saya akan
Read more
77. Surat terakhir Alan
Di lain tempat, yaitu jalanan pusat kota New York dimana Alice sekarang, Wanita itu dari kemarin terus saja mengomel. Pasalnya, Alan tidak bisa dia hubungi dari semalam. Ponsel yang dia berikan pada pria itu tidak aktif. Ponsel milik Alan juga mati. Saat dia mengecek sinyal terakhir, Alan berada di Motel. Belum bergerak sampai sekarang. Untuk memantau pergerakan Alan, Alice tentu saja sudah memasang pelacak pada ponsel yang ia berikan. Agar dia tahu kemana saja pria itu pergi membawa uangnya."Sial! Apa pria tua itu sakit? Seharian di Motel memangnya tidak bosan? Kalau saja hari ini aku tidak sibuk, dari siang aku sudah menemuinya," gerutunya saat di dalam mobil menuju ke Motel yang di tempati Alan.Bukan tanpa alasan Alice berusaha menghubungi Alan. Saat kapan hari dia bertanya tentang penjara tempat Madam, besoknya dia langsung pergi ke sana untuk menemuinya. Namun kenyataan tidak bisa dia duga. Wanita bernama Madam itu tidak ingin menemui siapapun. Dia sudah enggan menemui tamu.
Read more
78. Memulai dari awal
Sudah tiga hari sejak kepergian Alan, Jane serta Regan sudah kembali ke rutinitas normal biasanya. Regan sibuk bekerja walau dia tak sesibuk dulu, sengaja karena dia tidak ingin meninggalkan Jane terlalu lama. Tuan Abrahamlah yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sejak ada Jane, serta Jane yang sekarang merasa lebih tenang dan melakukan aktivitas biasanya layaknya seorang istri. Hari pertama sejak Alan pergi, Jane tidak mau makan seharian. Dia mengunci dirinya di dalam kamar sampai membuat ayahnya khawatir. Regan mencari alasan kalau Jane sedang tidak enak badan sehingga dia tak lagi banyak bicara. Namun setelah dua hari berlalu, Jane sudah lebih baik. Dia mau keluar dari kamar dan makan seperti biasanya. Saat Regan bertanya, kenapa dia terlihat sedih sampai mengunci dirinya sendiri? Jane menjawab,"Hanya tidak menyangka kalau ayah sudah benar-benar menghilang dari kehidupanku. Aku tidak merasa senang, tapi aku hanya lega dia sudah berusaha untuk berubah. Aku hanya butuh
Read more
79. Makan malam ke dua
Setelah mendapat persetujuan dari Tuan Abraham, Jane menelfon Juan. Saat itu pukul 9 pagi, mungkin saja Juan masih kuliah. Saat Jane menelfonnya, Juan tidak mengangkatnya. Sampai beberapa panggilan, pria itu tetap tidak mengangkatnya. Dugaan Jane mungkin saja benar, mungkin Juan masih sibuk mengikuti mata kuliahnya di kampus. "Tidak heran kalau dia tidak mengangkat telfonku. Mungkin dia masih kuliah," gumamnya.Pun saat Jane berniat menelfon Yohan, ponselnya berdering. Juan menelfonnya kembali."Juan?" "Maafkan aku, Jane. Aku tidak mengangkat panggilanmu," ucap Juan terdengar terengah-engah."Kau kuliah?" "Iya. Aku bisukan ponselku. Ada apa?""Ah begitu, apa aku mengganggumu? Sepertinya kau terdengar terburu-buru.""Tidak. Santai saja. Aku hanya sedang menuju ke perpustakaan. Ada apa? Apa kau baik-baik saja?""Aku baik. Bagaimana kabarmu?""Yah, agak menyedihkan setelah kau tidak lagi tinggal di rumah kami. Aku merindukan kakak iparku yang cantik."Jane tertawa,"Jangan bercanda."
Read more
80. Berbaikan
"Kau membuat lagu?"Yohan terdiam. Pertanyaan ayahnya begitu mendadak. Kenapa tiba-tiba saja orang ini menanyakan itu? Padahal selama ini dia tak sekalipun memperdulikan apa yang Yohan lakukan. Apapun yang berada di dalam kamarnya selalu ayahnya hancurkan. "Kenapa ayah ingin tahu? Tidak biasanya.""Apakah aku tidak boleh mengetahuinya?""Hanya aneh saja. Ini begitu mendadak. Bukankah selama ini ayah tidak pernah perduli dengan apa yang aku kerjakan?""Hem, kau benar. Aku kira kau membangkang karena ingin menjadi orang yang tidak berguna. Kesana kemari sambil membawa gitar. Tapi aku baru tahu kau bisa membuat lagu.""Itu tidak mengubah pendapatku. Tetap saja aku melakukan sesuatu yang tidak berguna di mata ayah. Apapun yang aku lakukan, bermain musik dan membuat lagu, tidak akan mengubah penilaian ayah padaku, kan?" Tuan Abraham terdiam. Dia menghela napas panjang, lantas membuka foto album yang terlihat usang dan memperlihatkannya pada Yohan. "Ini foto ibumu. Dia juga menyukai musi
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status