Semua Bab KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT : Bab 31 - Bab 40

60 Bab

Malam Terakhir bersama Aunty Nindya

"Ingat Clau! Buat Abimana dan Karin sengsara lebih dari yang kamu alami! Permalukan dia di depan umum, biar dia tau dengan siapa dia berurusan!" Aunty Nindya mengelus kepala Aisyah penuh sayang. Dalam hati terdalam, ia tak rela berpisah dengan keponakan tersayangnya itu,"Aunty mau ikut ke Jakarta nggak besok?" Aisyah membalikkan badannya berharap aunty nya ikut pulang,"I am so sorry, honey! Disini banyak sekali kerjaan yang nggak bisa aunty tinggalkan. Karena terikat kontrak sebelumnya," Aunty Nindya memohon pengertian Aisyah. Ditatapnya wajah cantik Aisyah yang tampil berbeda sekarang ini. Aunty Nindya yakin, tidak akan ada yang mencurigai penyamaran keponakannya kali ini. Aisyah tampil begitu sempurna menjadi sosok Claudia. Dari penampilan, cara berbicara dan body language nya benar-benar berubah 360 derajat. Meskipun ada satu kesan yang sama di dua karakter itu, sama-sama cantik.Aisyah membereskan peralatan panahan miliknya. Ia ikut bergabung bersama aunty dan Stevan santai bers
Baca selengkapnya

Persiapan Pulang ke Jakarta

"Steve! Bisa kita bicara sebentar?" Aunty Nindya mendekati Steven dan Aisyah yang masih bercengkrama ria,"Kalau begitu Aisyah tidur duluan, Aunty!" Aisyah melempar senyum kepada aunty Nindya dan Steven sebelum mengunci kamarnya, sementara aunty Nindya menggandeng tangan Steven menjauh dari kamar Aisyah,"Mommy, aku ke kamar dulu bentar ya! Mau ambil jaket dulu, dingin sekali malam ini!" Steven bergegas menuju kamarnya. Ia mengambil jaket berwarna denim lalu memakainya,"Perasaan tadi buku gue ada disini, sekarang kok nggak ada? Apa gue masukin laci ya tadi?" Steven urung keluar menemui mommy nya. Steven malah sibuk mencari buku kecil miliknya,"Nggak ada ya? Jangan-jangan jatuh waktu di kampus tadi. Gimana kalau dibaca sama geng gue yang pada kurang kerjaan itu?" Steven menutup mukanya kalut memikirkan buku kecil yang hilang. Semua sudut kamarnya ia buka, bahkan seprei dan selimut berserakan dibawah ranjang. Namun buku kecil miliknya tidak ditemukan."Cari ini, Steve?" Aunty Nindya m
Baca selengkapnya

Aisyah Tiba di Jakarta

"Yakin Lo nggak mau ikut ke Jakarta?" Aisyah . koper miliknya ke bagasi mobil dibantu Steven. "Lo punya kuping kan buat mendengar? Tadi mommy gue udah bilang gue ada kegiatan mendadak di kampus! Sudah untung ada yang bantuin, tetep aja berisik!" Steven mencibir Aisyah yang menurutnya terlalu ikut campur. Meskipun dalam hatinya menolak bersikap kasar kepada Aisyah, tetapi keadaan memaksanya demikian."Lo kenapa sih? Dari kemarin jutek banget sama gue?" Aisyah merasa heran dengan perubahan sikap Steven. Padahal ini saat terakhir mereka bertemu,"Bisa diam nggak mulutnya?" Steven membanting bagasi dengan keras lalu pergi meninggalkan Aisyah yang bengong menatap punggungnya yang menjauh,"Sudah jangan pedulikan Steven! Dia sedang kacau pagi ini!" Aunty Nindya bersiap mengemudikan mobilnya. Dengan cepat, Porsche yang mereka tumpangi melesat membelah jalanan ibu kota Singapore."Hati-hati Aisyah! Semoga kita bisa bertemu kembali di lain waktu," Steven yang sedari tadi berdiri di balkon mem
Baca selengkapnya

Bos yang Ambisius

"Bos, aku menunggumu di ujung perumahan sekarang juga!" Rendra menghubungi Mahesa Bagaskara."Lama sekali kerjamu!" Mahesa membentak Rendra di telpon,"Sudahlah, Bos! Mau apa nggak nih rumah? Kalau nggak aku batalkan kontrak rumah ini!" Rendra balik mengancam bos nya. Ia kesal kena tegur pengembang perumahan elit ini karena kurangnya administrasi. Beruntung uang bisa membeli segalanya. Pengembang perumahan langsung memberi kunci rumah kepada Rendra saat melihat tumpukan uang yang Rendra berikan."Sial! Awas kau Rendra!" Mahesa mendesis geram, mobilnya melaju ke tempat dimana Rendra berada."Ini rumahnya?" Mahesa berdecak kesal melihat rumah paling sederhana yang ia lihat,"Kenapa? Kurang sederhana kah? Asal Bos tau aja ya, ini rumah paling sederhana di kompleks elit ini! Kalau Bos nggak mau, cari aja sendiri!" Rendra memalingkan mukanya membuka pintu mobilnya,"Selangkah lagi kau masuk ke dalam mobil, aku pastikan keluargamu kelaparan besok!" Mahesa memberikan ancaman kepada Rendra,"
Baca selengkapnya

Abimana Mencari Investor

"Cepat katakan keuntungan apa yang akan saya dapatkan jika kita menjadi mitra kerjasama?" Mahesa menatap Abimana tajam."Anda bisa mendapatkan profit dan fee lebih dari 15 persen setiap bulannya, Tuan!" Abimana spontan menjawab pertanyaan Mahesa Bagaskara tanpa mengkalkulasi berbagai faktor dulu."Cuma 15 persen? Sebegitu miskin kah Abimana Group?" Mahesa Bagaskara mencibir Abimana yang menurutnya kurang meyakinkan itu.Tangan Abimana mengepal erat mendengar hinaan Mahesa. Andai dirinya tidak mencari investor untuk mengcover perusahaannya yang tengah goyah akibat isu korupsi dan penangkapan dirinya oleh KPK, mungkin Abimana akan berfikir seribu kali untuk bertemu dengan Mahesa Bagaskara. CEO sekaligus pemilik raksasa kontruksi dan real estate di negeri ini, yang terkenal dingin dan sulit untuk menaklukan hatinya. "Abimana Group masih berkembang, Tuan! Sehingga tidak mungkin bagi kami memberikan profit lebih besar dari 15 persen," Abimana balas menatap Mahesa untuk menghilangkan kesan
Baca selengkapnya

Aisyah Mulai Melancarkan Misinya

"Ah sial!" Abimana melempar ponsel ke atas ranjang. Dirinya sangat kesal karena dari sekian banyak properti milik keluarga Aisyah, tak ada satupun yang terindikasi tersimpan nya surat-surat berharga keluarga Aisyah.'Apa aku mendekati pengacara keluarga Aisyah untuk mencari informasi mengenai surat-surat berharga itu ya?' Abimana tersenyum simpul merasa mendapatkan ide brilian. Wajah kusutnya kembali ceria."Berhasil Mas?" Karin keheranan melihat Abimana senyum sendiri. Ia merebahkan tubuhnya di pundak Abimana sambil mencium aroma wangi dari tubuh Abimana yang membuatnya tergila-gila. "Lihat besok aja ya! Sekarang Mas sangat lelah sekali, ingin istirahat!" Abimana merebahkan badannya di ranjang, tak mempedulikan Karin yang berada disampingnya. Tak lama kemudian terdengar dengkuran halus Abimana yang tertidur lelap.****Aisyah membuka koper besar yang dibawanya dari Singapura. Ia mengeluarkan semua barang bawaannya dan memeriksanya satu persatu."Non Aisyah, ada Pak Pengacara di depa
Baca selengkapnya

Aisyah Berhasil Masuk ke dalam Abimana Gruop

"Mobil siapa tuh bagus banget, nggak kalah sama mobil big bos kita," beberapa karyawan berbisik-bisik melihat mobil Aisyah terparkir di depan kantor.Bugh! Suara pintu mobil ditutup kembali oleh Aisyah. Dengan percaya diri, ia melangkahkan kaki menuju meja resepsionis."Cantik sekali! Pasti tamu penting big bos kan?" suara riuh karyawan yang saling bersahutan tak dihiraukan Aisyah. Ia berlagak tak mendengar pembicaraan mereka."Yess! Penyamaranku berhasil!" Aisyah bergumam pelan dan tersenyum simpul mendapati semua karyawan tak ada satupun yang mengenalinya."Pagi, Mbak!" dengan sopan Aisyah menyapa resepsionis di depannya."Pa-pagi!" suara resepsionis tergagap melihat wanita yang sangat cantik berdiri dihadapannya. Resepsionis muda itu bahkan merasa minder dengan dirinya sendiri meskipun kenyataannya ia sendiri wanita yang cantik."Benar disini ada lowongan untuk bagian administrasi dan pemasaran?" Aisyah melempar senyum manisnya."Anda mau melamar kerja?" Resepsionis itu keheranan
Baca selengkapnya

Hari Pertama Bekerja

"Deal lima belas persen untuk Mahesa Group!" Mahesa berbicara tegas setelah membubuhkan tandatangannya sambil menatap tajam Abimana. Abimana yang masih tergagap dengan tindakan Mahesa makin tidak percaya setelah Mahesa menyerahkan selembar cek kepada Abimana."Seratus milyar rupiah," tatapannya tajam menguliti tubuh Abimana membuat Abimana makin salah tingkah dibuatnya."Anda sakit Tuan Abimana?" Mahesa bernada mencibir Abimana."Saya baik-baik saja, Tuan Mahesa!" Abimana berusaha mengendalikan dirinya. Bola matanya serasa mau loncat melihat nominal investasi awal yang Mahesa berikan."Terimakasih, Tuan! Sudah mau bekerja sama dengan Abimana Group," Abimana menyalami Mahesa dengan senyum mengembang."Sama-sama. Mari kita nikmati hidangan yang sudah kami siapkan!" Mahesa mengajak Abimana menyantap makanan mewah yang terhidang di hadapan mereka.Sadar ada meeting lain sore ini, Abimana pamit kepada Mahesa setelah selesai sesi santap siang."Maafkan saya, Tuan Mahesa! Bukannya saya lanca
Baca selengkapnya

Rasa Penasaran Abimana

Abimana berlalu menuju ruang Direktur Utama. Keinginannya untuk mengetahui pemilik pantulan cantik di cermin ia urungkan hanya untuk menerima telpon dari istrinya, Karin. Abimana tau konsekuensinya kalau telat menjawab panggilan istri cantiknya itu. Apalagi belakangan ini sikap Karin sedikit berubah."Ada apa, Sayang?" suara Abimana dibuat selembut mungkin ketika berbicara dengan Karin. "Mas, pulang kerja tolong belikan aku pecel lele di warteg ya!" Karin bernada memohon. Memang itu kenyataannya, saat ini Karin merasa ingin sekali makan pecel lele."Pecel lele? Kamu nggak lagi ngigau kan?" Abimana merasa heran dengan permintaan istrinya. Setahu Abimana, Karin sangat anti dengan makanan rendahan seperti itu. Sejak berpacaran dengannya, selera Karin berubah 360 derajat, termasuk selera makanan."Nggak kok, Mas! Aku lagi pingin banget makan pecel lele anget, jangan lupa pedes ya!" lagi-lagi permintaan Karin membuat Abimana makin heran. Pedas bukan selera Karin yang dikenalnya."Mas, kok
Baca selengkapnya

Merindukan Sentuhan Pria Lain

"Itu pasti mobil Mas Abi," Karin bergegas menuju pintu untuk menyambut suaminya pulang kerja. Senyum manis dengan deretan gigi putih bersih menghias wajah cantik Karin tatkala melihat Abimana memasuki rumah."Mas nggak lupa kan sama pesanan aku?" lengan Karin bergelayut manja pada tangan kekar Abimana."Buat kamu mas nggak akan lupa, Sayang," Abimana mencium pucuk kepala Karin. Menghirup aroma shampo yang semerbak dari rambut panjangnya yang bergelombang."Makasih, Mas!" Karin mengecup pipi Abimana sebelum mengambil piring untuk menuangkan pecel lele."Mas nggak diajak makan nih?" gurau Abimana mendapati Karin tengah asyik menikmati pecel lele tanpa menunggunya di meja makan. Padahal biasanya Karin menemani Abimana ganti baju lalu menggandengnya menuju meja makan untuk makan bersama. Namun kali ini, Karin hanya terfokus pada makanan yang ada di depannya."Maaf, Mas! Aku sangat lapar dari tadi," ucap Karin dengan mulut penuh. Ia menyiapkan makanan untuk Abimana sebelum kemudian kembali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status