Home / Pernikahan / KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT : Chapter 1 - Chapter 10

60 Chapters

Terbongkarnya perselingkuhan Abimana.

"Jangan hiraukan wanita mandul tak berguna itu, Sayang, dia tidak tau hubungan kita kok.Aku tidak pernah mencintainya, dia hanya mesin pencetak uangku saja, Sayang.""Pranggggg..."Seketika gelas kristal yang dipegang Aisyah terjatuh dan pecah. Badannya lemas tak bertenaga mendengar penuturan Abimana ditelepon. Ia sama sekali tidak menyangka suaminya bisa berselingkuh dibelakangnya.Lalu, siapa wanita yang dipanggil sayang sama suaminya itu?Apakah aset peninggalan orangtua yang dikelola suaminya aman?Penasaran dengan percakapan Abimana yang barusan didengarnya, Aisyah pun segera menyapu pecahan beling gelas kristal yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah. Ia pun berharap bisa mendengar lebih jelas apa yang Abimana bicarakan dan dengan siapa berbicara. Perlahan Aisyah berjalan mengendap ngendap menuju kamar utama, berharap Abimana tak menyadari bahwa ia berusaha menguping pembicaraannya.Di depan pintu kamar utama yang terbuka sebagian, Aisyah melihat suaminya masih bertele
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

Aisyah dipaksa keluar dari perusahaan keluarga miliknya.

"Bu Aisyah!"Seketika lamunan Aisyah buyar, ia kembali menoleh ke staf kantornya lalu menerima map biru yang diberikan kepadanya.Seketika raut wajah cantik Aisyah berubah pucat, membaca lembar demi lembar dokumen itu."Mas, Abimana... tega sekali kamu, Mas, kepadaku" desis Aisyah emosi. "Panggil manajer keuangan kesini! bawa laporan keuangan perusahaan ini selama tiga tahun terahir! kamu boleh kembali!" seru Aisyah kepada pegawainya. "Baik, Bu," staf itupun pergi dari hadapannya.Aisyah memijit keningnya yang tiba tiba berdenyut hebat, menunggu orang yang dipanggilnya datang. "Masuk!" seru Aisyah melihat orang yang dipanggilnya sudah berdiri di depan pintu."Siang, Bu, ini laporan keuangan perusahaan yang ibu minta," manager keuangan itupun menyerahkan tumpukan dokumen tebal kepada Aisyah dengan sopan."Terimakasih," Aisyah pun segera menerima dan mempelajarinya satu persatu. "Hmm... tak ada yang mencurigakan di tahun pertama," gumamnya.Aisyah pun melanjutkan pemeriksaannya dan s
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

Aisyah diusir dari rumah.

Aisyah pun segera menyambar kunci mobilnya membawa serta beberapa dokumen dan dokumen perpindahan perusahaan yang katanya telah disetujui tersebut. Ia bergegas meninggalkan perusahaannya. Dengan pikiran kalut, Aisyah berusaha setenang mungkin membawa laju mobilnya membelah jalanan kota yang padat."Arghhh...kenapa harus terjebak macet segala," gerutunya. Dua jam sudah Ia terperangkap dalam kemacetan jalanan kota. Otaknya terus berputar mencari cara untuk mendapatkan kembali perusahaan yang diambil alih Abimana sambil sesekali memperhatikan kondisi jalan.Aisyah menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal karena kesal tidak mendapatkan ide yang pas menurutnya, hingga pandangannya tertuju ke sebuah mobil yang terparkir di halaman restoran depan Aisyah."Tunggu dulu, bukannya itu mobil mas Abimana? kemana orangnya?"Aisyah memperhatikan lebih jeli lagi ke arah restoran tersebut, ia menangkap sosok familiar sedang menyantap makanan bersama seorang wanita cantik."Mas Abi," gumam Aisyah
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

Aisyah mengetahui selingkuhan Abimana dan berhasil kabur dari sekapan Abimana

"Aku berada dimana?" Aisyah bergumam memandang ke sekeliling ruangan.Kamar sederhana ukuran 3x4 dengan satu lemari kecil dan kasur yang hanya muat satu orang."Apa yang sudah terjadi? dimana aku?" Aisyah bicara sendiri. Ia pun berusaha bangun dari tidurnya. Namun sakit di kepalanya seakan memaksa ia merebahkan kembali badannya diatas kasur kecil itu.Samar samar terdengar orang yang berbicara."Siapa sebenarnya mereka?" Aisyah berusaha mencari jawaban. "Bagaimana aku bisa berada disini ?" Aisyah bergumam. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi."Ya Allah, aku pingsan rupanya, tapi siapa yang membawaku kesini?" Belum sempat Aisyah berkata lagi, tampak seseorang membuka pintu kamar dari luar."Kamu sudah siuman rupanya, baguslah, seenggaknya aku nggak perlu repot repot nungguin kamu!" ujar seorang wanita cantik masuk menghampiri Aisyah."Karin...!" seru Aisyah tertahan. Matanya kembali berkaca kaca tatkala mengingat dengan jelas perlakuan Abimana kepada dirinya. Ia masih tidak percaya
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

Kepanikan Abimana dan Karin

"Aaaaaaaarrgggghhhhhh...sakit!!!"Abimana tiba tiba menjerit kesakitan. Abimana merasa semuanya menjadi kabur dan gelap.Abimana pingsan. Melihat Abimana pingsan membuat Karin sangat panik, sedangkan taksi online yang Karin pesan belum nampak."Mas...mas...bertahan ya, Mas! sebentar lagi mobilnya datang kok," ucap Karin. Matanya melebar melihat darah yang terus merembes membasahi potongan kemeja yang menutup luka Abimana."Tolong...tolong...!" Karin menjerit meminta pertolongan. Namun seakan suaranya hanya habis sia-sia, tak ada satupun orang maupun kendaraan yang melintasi mereka. Hari pun mulai beranjak gelap. Kabut pun mulai turun, suasana sepi dan mencekam kini dirasakan Karin.Rasa takut dan cemas akan keadaan Abimana menguasai hatinya.Di tengah kecemasan, Karin melihat sebuah taksi berhenti tak jauh dari tempat mereka berdua.Sopir taksi itupun dengan cepat membantu Karin membawa Abimana menuju rumah sakit terdekat.Setibanya di rumah sakit, Abimana yang mengalami pendarahan h
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

Aisyah mengalami kecelakaan tunggal nan tragis

Di tempat lain,Selepas membersihkan sisa darah Abimana yang masih tercecer di jok mobil dan mengamankan pisau yang digunakan untuk melukai Abimana, Aisyah mengemudikan mobilnya dengan kencang, ia takut Abimana menyuruh anak buahnya untuk mengejar dirinya.Hamparan perkebunan teh dan sayur mayur yang menyegarkan mata, tidak jua membuat Aisyah merasa nyaman. Ia masih merasa trauma dengan kejadian yang baru saja dialaminya.Jalanan yang dilalui Aisyah semakin kecil dan berkelok, maklum saja, orangtua Aisyah membeli villa keluarga itu di tempat terpencil daerah pegunungan di desa terpencil, jauh dari hiruk pikuk kota. Tentu berbeda dengan beberapa villa milik keluarganya yang berada di daerah Puncak.Semakin lama, Aisyah mulai merasakan sedikit ketenangan. Ia mulai mengurangi kecepatan kendaraannya, mengingat jalanan yang harus ia lalui pun tidak bisa menggunakan kecepatan kendaraan yang tinggi.Sesekali, Aisyah menikmati pemandangan sepanjang perjalanan yang begitu indah.Dimana hampar
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more

Aisyah depresi 1

"Assalamu'alaikum." Aisyah mengucap salam ketika melangkahkan kakinya ke dalam rumah panggung itu. Dengan langkah gontai akibat kelelahan Aisyah duduk di kursi rotan. Peluh mengalir membasahi sekujur tubuhnya. "Bersih sekali disini, tidak sia-sia papa mempercayakan villa ini kepada Abah Entis dan Ma Onah." Gumam Aisyah sambil berjalan menelusuri seluruh ruangan di rumah itu. Rumah panggung sekaligus villa keluarga Aisyah ini hanya memiliki dua kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Rumah ini sengaja didesain sederhana supaya tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya. Terutama saingan bisnis almarhum papanya dulu. Oleh karena itu, almarhum papanya seringkali mengajak Aisyah dan mamanya kesini, untuk melepas penat dari hiruk pikuk ibukota. Puas melihat sekeliling rumah, Aisyah memutuskan untuk beristirahat di kamar depan. Tempatnya sedari dulu jikalau keluarganya menginap disini. Aisyah segera memindahkan barang-barang dari dalam tas dan menyimpannya kedalam lemari. L
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Aisyah depresi 2

"Ibuuuu," Aisyah tetap menangis di pelukan Ma Onah. Aisyah melihat kalau orang yang memeluknya kini adalah ibunya. Ia memeluk wanita yang terus membelai rambutnya penuh kasih sayang itu. "Ini Ema, Non!" Ma Onah melepas pelukannya dan memegang erat tangan Aisyah. Aisyah sejenak tertegun mendengar penuturan Ma Onah. Ia memandang Ma Onah seksama. Memastikan kalau wanita yang dihadapannya kini orang lain. Namun sayang, Aisyah tetap melihat Ma Onah itu ibunya. Dalam pandangan Aisyah, ibunya tengah tersenyum kepadanya. Aisyah yang sedang terpuruk dan sangat merindukan orangtuanya itu menghambur kembali kedalam pelukan Ma Onah. Ia memeluk wanita paruh baya itu dengan erat. Seolah enggan melepaskan pelukannya. "Ibu, Aisyah kangen," rengeknya manja. Ingusnya sampai keluar mengotori baju Ma Onah. "Non Aisyah! ini ema, bukan nyonya!" Ma Onah kembali mengingatkan Aisyah. Namun Aisyah tetap bergeming dan menangis kembali. "Ibu... Mas Abi," Aisyah bicara sambil menangis. Ma Onah akhirnya
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Flashback 1

"Sudah! non Aisyah jangan nangis terus! nanti cantiknya hilang," hibur Ma Onah."Ma, ustadz nya sudah datang," Abah Entis berbisik sambil mempersilahkan ustadz masuk.Masuklah seorang laki-laki tampan nan rupawan. Memakai koko dan peci putih juga kain sarung dan berkalung sorban hitam mendekati Aisyah."Mas Abi?" Aisyah bergumam."Mas, ini beneran kamu? Kamu mau menjemput aku, Mas?" Aisyah kembali bertanya dengan suara yang jelas."Maaf, saya bukan Abi suamimu. Saya orang lain," jawab ustadz itu menatap tajam ke arah Aisyah."Kamu jahat, Mas! Untuk apa kamu datang kemari kalau bukan untuk menjemput aku?""Pergi kamu dari sini! Aku benci kamu, Mas!" seru Aisyah garang.Ia kemudian mengamuk lagi. Bantal guling Aisyah lempar ke arah ustadz itu. Sementara sang ustadz hanya tersenyum melihat Aisyah seperti itu, perlahan ia mendekati Aisyah."Jangan dekati aku, pergi kamu!" Aisyah histeris. Tanpa disangka, ia mengambil gelas yang berada di meja rias dan melemparnya ke arah ustadz.Hap,Gela
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

flashback 2

"Istri saya terjatuh saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit ini, dokter." Abah Entis menceritakan kejadian yang baru saja mereka alami."Saya turut prihatin, Pak! Tetapi, pendarahan istri Bapak harus segera dihentikan,""Tolong segera tandatangani surat persetujuan operasinya, Pak!" dokter itu kembali mengingatkan Abah Entis muda.Bingung dengan biaya operasi yang harus dibayar, Abah Entis terpaku dalam diam. Tak dihiraukannya dokter yang terus memanggilnya."Bapak baik-baik saja?" dokter itu menepuk pundak Abah Entis. Membuat dirinya tersadar dan menoleh ke arah dokter."I-iya, dokter! Saya mengerti, tapi.." ucapan Abah Entis menggantung."Ada masalah?" dokter muda itu menautkan kedua alis tebalnya."Saya bingung dengan biaya operasinya dokter," Abah Entis muda berterus terang."Ijinkan saya yang membayar biaya operasi istri anda, Pak." pasutri yang tadi menolong Abah Entis telah berada di dekatnya."Segera tangani istri Bapak ini, dokter! Saya yang akan mengurus administrasinya
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status