Share

Aisyah depresi 1

Penulis: Nada azkia Salsabila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Assalamu'alaikum."

Aisyah mengucap salam ketika melangkahkan kakinya ke dalam rumah panggung itu.

Dengan langkah gontai akibat kelelahan Aisyah duduk di kursi rotan. Peluh mengalir membasahi sekujur tubuhnya.

"Bersih sekali disini, tidak sia-sia papa mempercayakan villa ini kepada Abah Entis dan Ma Onah." Gumam Aisyah sambil berjalan menelusuri seluruh ruangan di rumah itu.

Rumah panggung sekaligus villa keluarga Aisyah ini hanya memiliki dua kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi.

Rumah ini sengaja didesain sederhana supaya tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya. Terutama saingan bisnis almarhum papanya dulu.

Oleh karena itu, almarhum papanya seringkali mengajak Aisyah dan mamanya kesini, untuk melepas penat dari hiruk pikuk ibukota.

Puas melihat sekeliling rumah, Aisyah memutuskan untuk beristirahat di kamar depan. Tempatnya sedari dulu jikalau keluarganya menginap disini.

Aisyah segera memindahkan barang-barang dari dalam tas dan menyimpannya kedalam lemari. Lepas itu, Aisyah segera mandi untuk membersihkan badannya yang kotor.

"Aw...!"

Pekik Aisyah ketika air mengenai tubuhnya. Rasa perih akibat goresan ranting saat dirinya mengalami kecelakaan terasa seperti sayatan kecil yang sengaja ditorehkan.

"Aduh, perih sekali," gumamnya sambil meneteskan airmata.

Bahkan, sesekali Aisyah meringis dan berteriak kesakitan saat mencoba membersihkan badannya dengan sabun mandi.

Puas membersihkan diri, Aisyah berganti pakaian dengan piyama yang tersedia didalam lemari.

Tak ada satupun yang kurang di kamar ini, semua kebutuhan Aisyah tersedia lengkap.

Aisyah kemudian menghadap cermin. Nampak lebam biru di sudut mata dan keningnya. Ada juga luka sayatan di dagu sebelah kiri.

Lama sekali Aisyah mematung didepan cermin.

Sambil mengolesi lukanya dengan salep khusus, ia memandang pantulan dirinya.

Terlihat jelas wajahnya yang sedikit tirus, pucat dan nampak kacau. Bahkan, lingkaran hitam mata panda bergelayut manja dibawah matanya.

"Tega sekali kamu, Mas Abimana! Beraninya kamu khianati aku dan almarhum orangtuaku!" umpat Aisyah sambil mengoleskan cream di wajahnya.

"Aku seperti ini semua karena kamu, Mas! Tunggu pembalasanku. Sekarang, silahkan kamu nikmati hartaku sepuasnya, sebelum aku ambil kembali, Mas!" Aisyah berteriak sendiri didalam kamar.

Bayangan Abimana tertawa menyaksikan dirinya terusir dari rumah kembali berkelebat. Membuat Aisyah semakin membenci sosok Abimana.

Siapa sangka, pria yang begitu ia cintai tega mengkhianati semua hal yang Aisyah miliki.

Bayangan Abimana dan Karin di hotel Tiara pun kembali menghantui.

Bagaimana mesranya Abimana mencium dan mencumbu leher jenjang milik Karin dan desahan Karin yang menikmati setiap sentuhan Abimana seakan menari-nari di ingatannya.

"Bangsat kamu, Mas Abimana! aku benci kamu!" emosi Aisyah tak terbendung lagi, ia melempar vas bunga yang ada di meja rias sehingga terdengar bunyi beling yang berjatuhan.

"Non Aisyah! Non...!" terdengar suara perempuan paruh baya memanggil nama Aisyah.

"Non Aisyah, jawab ema atuh! Bukain pintunya!"

perempuan yang tidak lain adalah Ma Onah itu terus menggedor pintu kamar Aisyah.

Ma Onah sangat khawatir ketika hendak memanggil nona mudanya, terdengar suara kaca jatuh. Ia khawatir nona mudanya kenapa napa.

"Abah..! Abah...!" Ma Onah memanggil Abah Entis dengan sangat nyaring.

"Ada apa mak teriak-teriak? Bikin Abah kaget saja," Abah Entis tampak mengatur nafasnya.

"Non Aisyah, Abah! Non Aisyah...," ucapan Ma Onah menggantung.

"Heueuh kunaon Non Aisyah teh Ma?" Abah Entis ikut panik.

"Nggak tau, Abah! pintunya juga dikunci dari dalam. Cepat Abah buka pintunya!" titah Ma Onah kepada suaminya.

"Non Aisyah, buka atuh pintunya geulis! Ini Abah."

Namun sayang, berulang kali pasangan suami istri itu memanggil nama Aisyah. Tak satupun yang dijawab oleh Aisyah. Mereka hanya mendengar isak tangis dari dalam kamar.

Khawatir dengan nona mudanya, Abah Entis memutuskan untuk mendobrak pintu kamar.

Brak!!

Suara pintu didobrak terdengar jelas. Kunci dan engsel pintu berhamburan di lantai.

Setelah pintu terbuka, pasangan suami istri itu terkejut dibuatnya.

Bagaimana tidak, nampak Aisyah tengah menangis dibawah kasur, sambil memeluk foto kedua orangtuanya.

Sementara pecahan vas bunga berserakan dimana-mana, memenuhi ruangan kamar itu. Bahkan, pergelangan tangan Aisyah berdarah. Nampak pula serpihan beling menancap di pergelangan tangannya itu.

Melihat nona mudanya seperti itu, Ma Onah segera berlari memeluk tubuh kurus Aisyah. Wanita cantik yang selama ini menjadi majikannya.

Sementara itu Abah Entis segera ke belakang mengambil sapu dan pengki, untuk membersihkan pecahan beling dari vas bunga.

"Non Aisyah! kenapa, Non?" Ma Onah memeluk tubuh Aisyah dan mengusap kepalanya.

Karena Aisyah tetap tak bergeming, Ma Onah mencabut serpihan beling yang menancap di pergelangan tangan Aisyah.

Namun, Aisyah tetap diam. Hanya airmata yang berjatuhan di kedua pipinya.

"Ya Alloh, Non! kenapa bisa jadi seperti ini? apa yang non alami?" cecar Ma onah. Tangan tuanya cekatan membersihkan darah yang keluar dari tangan Aisyah, dan membungkus lukanya dengan kain kassa yang tersedia di kotak P3K.

Ma Onah kemudian menuntun Aisyah untuk berbaring di atas kasur. Tak ada reaksi sedikitpun dari Aisyah. Hanya airmata yang mengalir mengiringi tatapan kosong matanya.

Sementara itu, Abah Entis dengan cekatan pula membersihkan beling yang berserakan dan menata kembali kamar Aisyah. Sehingga kamar Aisyah nampak rapi seperti sedia kala.

"Abah, tolong ambilkan makanan dan air teh hangat untuk non Aisyah!" titah Ma Onah sambil mengelap airmata yang terus mengalir di pipi Aisyah,

"Non Aisyah, istigfar Non! nyebut!" Ma Onah berusaha membuat Aisyah sadar dengan mengolesi lengan Aisyah dengan minyak kayu putih.

Sebab seluruh badan Aisyah sangat dingin terasa. Setelah selesai mengolesi bagian tubuh Aisyah dengan minyak kayu putih, Aisyah pun menoleh ke arah Ma Onah.

Wanita muda itupun langsung bangkit dan memeluk Ma Onah.

"Ma...! huhuhu," tangis Aisyah pecah kembali dalam pelukan Ma Onah.

Ma Onah hanya bisa meneteskan airmata sambil mengelus pucuk kepala Aisyah dengan penuh sayang. Ia membiarkan Aisyah menumpahkan segala rasanya.

"Ini, Ma! makanannya," Abah Entis memberikan makanan sesuai pesanan istrinya.

"Makan dulu, Non!" ucap Ma Onah menerima piring dari suaminya.

Ma Onah segera menyuapkan nasi ke mulut Aisyah. Namun Aisyah seakan enggan membuka mulutnya.

"Buka mulutnya, Non! Biar Ma Onah suapin. Non harus makan yang banyak, harus kuat!" ucapnya membujuk Aisyah.

Mendengar ucapan Ma Onah, Aisyah menoleh ke arahnya dan menatap Ma Onah tajam.

"Iya, Non! Non Aisyah harus mau makan. Supaya kuat menghadapi masalah yang sekarang menimpa, Non!" Ma Onah meyakinkan Aisyah.

Aisyah hanya menggangguk dan membuka mulutnya.

'Alhamdulillah non Aisyah mau makan juga,' bisik hati Ma Onah.

Ia menyuapi Aisyah dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Sayangnya perlakuan lembut Ma Onah malah mengingatkan Aisyah kepada almarhumah ibunya.

"Ibu..."

Tangis Aisyah kembali terdengar menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Ma Onah tak kuasa melihat majikannya terpukul seperti itu.

Kembali ia membawa Aisyah kedalam pelukannya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dina0505
kasihan Aisyah
goodnovel comment avatar
yuni yulistianingsih
suka banget ceritanya makin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Aisyah depresi 2

    "Ibuuuu," Aisyah tetap menangis di pelukan Ma Onah. Aisyah melihat kalau orang yang memeluknya kini adalah ibunya. Ia memeluk wanita yang terus membelai rambutnya penuh kasih sayang itu. "Ini Ema, Non!" Ma Onah melepas pelukannya dan memegang erat tangan Aisyah. Aisyah sejenak tertegun mendengar penuturan Ma Onah. Ia memandang Ma Onah seksama. Memastikan kalau wanita yang dihadapannya kini orang lain. Namun sayang, Aisyah tetap melihat Ma Onah itu ibunya. Dalam pandangan Aisyah, ibunya tengah tersenyum kepadanya. Aisyah yang sedang terpuruk dan sangat merindukan orangtuanya itu menghambur kembali kedalam pelukan Ma Onah. Ia memeluk wanita paruh baya itu dengan erat. Seolah enggan melepaskan pelukannya. "Ibu, Aisyah kangen," rengeknya manja. Ingusnya sampai keluar mengotori baju Ma Onah. "Non Aisyah! ini ema, bukan nyonya!" Ma Onah kembali mengingatkan Aisyah. Namun Aisyah tetap bergeming dan menangis kembali. "Ibu... Mas Abi," Aisyah bicara sambil menangis. Ma Onah akhirnya

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Flashback 1

    "Sudah! non Aisyah jangan nangis terus! nanti cantiknya hilang," hibur Ma Onah."Ma, ustadz nya sudah datang," Abah Entis berbisik sambil mempersilahkan ustadz masuk.Masuklah seorang laki-laki tampan nan rupawan. Memakai koko dan peci putih juga kain sarung dan berkalung sorban hitam mendekati Aisyah."Mas Abi?" Aisyah bergumam."Mas, ini beneran kamu? Kamu mau menjemput aku, Mas?" Aisyah kembali bertanya dengan suara yang jelas."Maaf, saya bukan Abi suamimu. Saya orang lain," jawab ustadz itu menatap tajam ke arah Aisyah."Kamu jahat, Mas! Untuk apa kamu datang kemari kalau bukan untuk menjemput aku?""Pergi kamu dari sini! Aku benci kamu, Mas!" seru Aisyah garang.Ia kemudian mengamuk lagi. Bantal guling Aisyah lempar ke arah ustadz itu. Sementara sang ustadz hanya tersenyum melihat Aisyah seperti itu, perlahan ia mendekati Aisyah."Jangan dekati aku, pergi kamu!" Aisyah histeris. Tanpa disangka, ia mengambil gelas yang berada di meja rias dan melemparnya ke arah ustadz.Hap,Gela

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    flashback 2

    "Istri saya terjatuh saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit ini, dokter." Abah Entis menceritakan kejadian yang baru saja mereka alami."Saya turut prihatin, Pak! Tetapi, pendarahan istri Bapak harus segera dihentikan,""Tolong segera tandatangani surat persetujuan operasinya, Pak!" dokter itu kembali mengingatkan Abah Entis muda.Bingung dengan biaya operasi yang harus dibayar, Abah Entis terpaku dalam diam. Tak dihiraukannya dokter yang terus memanggilnya."Bapak baik-baik saja?" dokter itu menepuk pundak Abah Entis. Membuat dirinya tersadar dan menoleh ke arah dokter."I-iya, dokter! Saya mengerti, tapi.." ucapan Abah Entis menggantung."Ada masalah?" dokter muda itu menautkan kedua alis tebalnya."Saya bingung dengan biaya operasinya dokter," Abah Entis muda berterus terang."Ijinkan saya yang membayar biaya operasi istri anda, Pak." pasutri yang tadi menolong Abah Entis telah berada di dekatnya."Segera tangani istri Bapak ini, dokter! Saya yang akan mengurus administrasinya

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    flashback 3

    Abah Entis yang lelah setelah setengah hari mengayuh becak mengais rezeki, terduduk lesu melihat puing-puing rumah bedeng yang berserakan dimana-mana.Peralatan rumah tangga bercampur debu dan sampah bercampur jadi satu, tak berbentuk lagi.'Dimana aku tinggal malam ini?' batin Abah Entis.Raut wajahnya memancarkan kegelisahan dan kecemasan mendalam. Bukan hanya bingung mencari tempat tinggal baru, tetapi ia juga harus memikirkan istrinya yang baru pulih pasca operasi dan melahirkan.Terbayang pula tangisan bayi kecil mereka, Abimana. Disaat keinginannya untuk membawa pulang Abimana dan kembali berkumpul bersama, Abah Entis muda harus menerima kenyataan bahwa rumahnya terkena penggusuran."Akang, jangan melamun! kita harus segera mencari tempat tinggal," Ma Onah muda menepuk pundak suaminya."Iya, Nyai!" Abah Entis bangkit berdiri dan membawa bungkusan pakaian yang sudah dirapikan istrinya.Terlihat orang-orang sibuk berlalu lalang pergi meninggalkan tempat itu satu persatu.Abah Enti

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Kebangkitan Aisyah dari keterpurukan

    Kedatangan ustadz muda bernama Yusuf itu membuat perubahan besar untuk Aisyah.Perlahan tapi pasti, Aisyah semakin kuat dan tegar menghadapi tantangan kehidupan.Pengkhianatan Abimana yang sempat membuatnya depresi, sekarang berangsur pulih dan membaik.Ustadz muda itu sengaja di undang setiap hari oleh Abah Entis untuk mengajak Aisyah dialog seputar kehidupan.Tepat seminggu setelah pertemuan pertama Aisyah dan ustadz Yusuf, kondisi kejiwaan Aisyah telah kembali seperti sediakala.Bahkan, Aisyah kini lebih menyerahkan diri kepada Tuhan penguasa semesta. Aisyah juga rutin mengkaji ilmu agama kepada ustadz Yusuf.Setiap sore hari, ustadz Yusuf akan bertandang ke rumah Aisyah untuk mengajarkan Aisyah ilmu agama.Selain karena motivasi dari ustadz Yusuf, kepedulian dan kasih sayang Abah Entis dan Ma Onah membuat Aisyah semakin nyaman dan kembali ceria.Ditambah lingkungan pedesaan yang asri, serta penduduknya yang ramah, membuat Aisyah semakin betah tinggal di sana.Suatu sore setelah u

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Berita kecelakaan Aisyah

    Sementara itu di tempat kejadian Aisyah kecelakaan,Para warga yang sedang berkebun dan bertani saling pandang mendengar suara dentuman yang cukup keras.Mereka berbondong-bondong mencari sumber suara. Mereka mencari sebelah kanan dan kiri jalan tetap tidak menemukan apa-apa.Sampai seseorang yang memeriksa daerah curam berkelok, berteriak memanggil warga yang lain."Disini sepertinya telah terjadi kecelakaan," tunjuknya ke arah jurang yang sebagian pohon pohonnya patah dan menjuntai ke bawah."Iya, seperti bekas luncuran sesuatu," seorang lainnya ikut menimpali."Jangan-jangan, ada yang jatuh ke bawah jurang, Kang!" ucap warga kepada Ketua Rt yang kebetulan ikut hadir."Sebaiknya kita periksa ke bawah, takutnya ada korban!" ketua Rt memerintahkan warga untuk segera menuruni tebing jurang yang curam."Hati-hati, Kang!" sebagian warga yang menunggu di atas mengingatkan.Lima warga laki-laki turun ke bawah jurang, termasuk ketua RT, sementara yang lain menunggu di atas. Mereka tidak tu

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Berita Kecelakaan Aisyah Viral

    Abimana melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Ia yakin yang tadi menelponnya itu pihak kepolisian.'Sial! Mengapa tadi harus terkena rayuan Karin lagi sih?' Abimana memaki dirinya sendiri.Sementara pandangannya fokus ke jalanan. Dalam hati ia berharap polisi akan menghubunginya lagi."Santai aja, Mas! Jangan tegang gitu!" Karin membelai lembut tangan Abimana.Abimana yang fokus menyetir tidak menggubris sedikitpun sentuhan Karin. Merasa dirinya dicuekin oleh Abimana, Karin mendengus kesal dan mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil.Derrt...Abimana merasakan hp nya bergetar. Segera ia menepikan mobilnya dan menjawab panggilan masuk tersebut."Siang! Benar ini dengan Bapak Abimana?" tanya suara di seberang telepon."Iya betul, saya Abimana aryasatya," jawab Abimana."Kami dari pihak kepolisan ingin mengabarkan bahwa Istri anda Nyonya Aisyahrani mengalami kecelakaan tunggal di daerah Jatinangor, Pak! Mobilnya masuk jurang," jelas suara diseberang sana."Aisyah masuk j

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Karin yang mengalami kesialan

    Suara sirine mobil SAR dan ambulance berhenti di jalan tepi jurang, tempat Aisyah kecelakaan. Warga makin ramai berdatangan ke tempat itu, ingin mengetahui bagaimana nasib korban.Desas desus hilangnya Aisyah makin terdengar di antara kerumunan warga. Karin yang mendengarkan berbagai asumsi warga hanya menyimak bersikap seakan-akan tak kenal dengan korban.Padahal dari awal dirinya datang, banyak warga yang bertanya apakah Karin ini kerabat korban atau bukan. Tetapi dirinya memilih bungkam menutupi semuanya."Panas banget disini," Karin mengeluarkan kipas kecil dari tasnya.Kaki jenjangnya ia silangkan sehingga kulit mulus pahanya terekspos. Sesekali matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari tukang es atau apapun sejenisnya lewat."Neng cari apa celingak-celinguk gitu?" seorang pemuda tanggung mendekatinya."Jangan kepo deh!" Karin membalas jutek pertanyaan pemuda tersebut."Neng, awas tuh kakinya! Nanti masuk angin lho," pemuda tadi malah berkelakar menggoda Karin.Karin ha

Bab terbaru

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Mengikuti Abimana

    "Turuti kemauan dia!" Narendra memberi perintah kepada anak buahnya sambil mengangkat kedua tangan ke atas. Tubuhnya gemetar menahan takut. Ya, Narendra yang seorang penjahat pun merasa ketakutan saat pistol menempel tepat di pelipisnya."Bagus! Cepat antar sahabatku ke dalam mobil!" Mahesa kembali memberi perintah. Dengan cepat, anak buah Narendra memapah Rendra masuk ke dalam mobil milik Mahesa. "Lepaskan bos kami!" anak buah Narendra berteriak. Mereka mencoba merangsek ke arah Mahesa. Namun, dengan sigap Mahesa menarik pelatuk pistol mainan yang dipegangnya, membuat anak buah Narendra urung mendekat."Berani mendekat, bos kalian tinggal nama!" Seringai Mahesa licik. Membuat anak buah Narendra kembali mundur beberapa langkah.Terdengar deru mobil Mahesa mendekat, secepat kilat Mahesa menyeret Narendra masuk ke dalam mobil miliknya dan meninggalkan anak buah Narendra yang seolah terhipnotis.Dan pada akhirnya, kejar kejaran antara dua mobil terjadi. Dengan kecepatan penuh, mobil Mah

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Penyelamatan Rendra

    Mobil yang dikendarai Mahesa melesat membelah jalanan yang mulai sepi. Wajahnya menegang tiap kali ia dengar suara jeritan Rendra yang terdengar tak berdaya. Bisa dipastikan, Rendra di keroyok lebih dari dua orang."Brengsek! Siapa yang berani main-main dengan Mahesa Bagaskara?" Mahesa mengepalkan tangannya geram.Ia bersumpah akan memberi pelajaran setimpal terhadap siapapun yang berani menyentuh sahabatnya.***"Ternyata anak buah Mahesa Bagaskara tak seperti yang terdengar! Lembek!" suara cibiran dan cemoohan terdengar memenuhi taman yang sepi itu. Suasana taman itu memang tak seperti taman kota yang lainnya. Karena letaknya kurang strategis, sehingga penerangan pun tak memadai. Hanya ada di tiap ujung taman dengan cahaya temaram."Berani satu lawan satu, jangan keroyokan?" Rendra berusaha bangun, meskipun seluruh tubuhnya merasakan sakit."Besar juga nyalinya! Hajar dia!" pria berkacamata hitam itu turun dari mobil mendekati Rendra. Dengan cengkraman kuat, ia memaksa Rendra meneng

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Rendra Dalam Bahaya

    "Mam, sorry aku harus pergi sekarang!" Mahesa yang merasa tak nyaman di rumahnya sendiri turun menghampiri kedua orangtuanya di meja makan."Lah kok pergi? Temenin Cassandra dong!" Nyonya Rini merenggut. "Mami aja yang temenin, kan dia tamunya Mami!" Mahesa memalingkan wajahnya dari Cassandra."Cassandra itu calon kamu, Nak! Coba kenalan lebih dekat! Pasti kamu suka," Nyonya Rini tersenyum kepada Mahesa."Udah berapa kali aku bilang, Mam! Aku sudah punya calon sendiri, pilihan sendiri!" Mahesa menjawab ketus ucapan ibunya."Memangnya siapa calon mu itu hah? Pasti cuma akal-akalan kamu aja!" gerutu Nyonya Rini."Serius, Mam! Dia seorang pemilik perusahaan," Mahesa mencoba meyakinkan ibunya."Sudahlah, Mam! Nggak enak juga berdebat di depan tamu! Biarkan anakmu dengan pilihannya!" Tuan Adam mengedipkan matanya kepada Mahesa."Nggak bisa gitu, Pah!" Nyonya Rini menatap tak suka suaminya.Sementara Cassandra pura-pura tenang meskipun hatinya marah besar dengan ucapan Mahesa."Dengar Cass

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Sikap Dingin Mahesa

    "Mimpi? Apa aku bermimpi? Kenapa rasanya sangat nyata?" gumam Cassandra pelan. Ia bergidik ngeri kala mengingat kejadian menyeramkan barusan di dalam kamar."Tante, boleh aku istirahat di ruang tamu aja?" Cassandra melihat ke arah nyonya Rini. Berharap beliau mau mengabulkan permintaannya."Baik, ayok Tante bantu bawakan barang-barang mu!" Nyonya Rini mengangguk setuju. Meskipun beliau tak percaya dengan cerita hantu Cassandra, tetapi rasa ibanya menyeruak dalam dada kala melihat Cassandra yang histeris." Mami, aku makan duluan ya! Udah lapar nih!" Mahesa yang keluar dari kamar berpapasan langsung dengan Cassandra.Meskipun terkejut, Mahesa bersikap seperti dingin mungkin di depan Cassandra."Tunggu Cassandra sebentar, Mahesa!" Nyonya Rini menuntun wanita muda itu turun menuju ruang tamu."Kelamaan, Mi! Aku tunggu di meja makan aja sekalian makan duluan!" Mahesa tak menggubris ucapan ibunya."Kita tunggu Cassandra dulu, Nak! Sebentar aja," Nyonya Rini melirik Mahesa tajam.'Oh My God

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Cassandra Ketakutan

    "Suara apaan itu?" Cassandra yang tengah selonjoran setelah dipijit pelayan Mahesa terperanjat kaget.Hihihihi,Suara menakutkan itu kembali terdengar semakin nyaring. Cassandra mulai turun dari ranjangnya. Dengan tubuh sedikit gemetar ia terlihat mencari asal suara."Pergi sana! Jangan ganggu aku!" teriak Cassandra dengan tubuh merapat di tembok.Sayangnya, suara aneh dan menakutkan kembali terdengar. Bahkan sekarang terdengar langkah kaki yang diseret mendekati kamarnya."Ya, Tuhan! Apa mungkin kamar ini ada penghuninya?" Cassandra terlihat panik.Srek-srek,Suara langkah berat itu semakin mendekat, membuat bulu kuduk Cassandra berdiri tegak. Dalam keadaan panik seperti itu, tiba-tiba lampu kamar padam dengan sendirinya. Sontak saja Cassandra berteriak histeris,"Aaaaaaaaa!" dengan kedua tangan menutupi wajahnya."Tolong, jangan ganggu aku!" Isak Cassandra mulai terdengar, membuat Mahesa yang memantau dari layar komputer tertawa puas."Syukurlah," bisik Cassandra saat lampu kembali

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Mengerjai Cassandra

    "Akhirnya kamu pulang juga, Mahesa!" Nyonya Rini menatap kesal puteranya.Mahesa hanya mengangkat bahunya lalu mencium punggung tangan maminya sopan."Maaf, Mi! Jalanan macet parah," Mahesa mencoba memberi alasan. Tubuh lelahnya ia hempaskan di sofa empuk."Maaf, maaf! Kasihan Cassandra nunggu kamu lama!" Nyonya Rini mendelik kesal."Udah dong, Mami cantik! Ketemu anak tuh disayang, dielus apa gimana! Bukannya dimarahin!" Mahesa mulai terlihat kesal."Lagian ngapain Mami pake acara ngenalin aku ke anak teman Mami segala!" sungut Mahesa kesal."Ngapain katamu? Dengar ya! Mami tuh udah kepingin banget nimang cucu! Kalau nungguin kamu bawa menantu sampai Mami tua pun kayaknya nggak akan!" Nyonya Rini nyerocos tak mau kalah dari Mahesa."Tapi nggak perlu pake acara gini juga kali, Mam! Aku udah punya calon yang super istimewa!" elak Mahesa."Halah, kelamaan! Pokoknya kamu pasti langsung jatuh cinta pada Cassandra. Udah cantik, keluarganya juga pebisnis sama dengan kita! Cocok sama kamu!"

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Kedatangan Ibu dan Calon Istri Mahesa

    Sebuah Audy merah berhenti di depan sebuah mansion mewah.Tin, hanya dengan bunyi klakson dari Audy merah, pintu gerbang mansion bergaya klasik Eropa itu terbuka sendiri. "Selamat sore, Nyonya!" Satpam berbadan tegap segera menghampiri."Mahesa ada?" suara wanita paruh baya terdengar menanyakan sang pemilik mansion."Tuan muda pulang sedikit terlambat hari ini, Nyonya!" jawab Satpam itu sangat sopan."Ok!" wanita cantik paruh baya itu hanya mengacungkan jempol, sebelum melajukan mobilnya."Welcome in Indonesia, Mrs. Rini and Mis Cassandra!" Rendra menyambut ibunya Mahesa yang baru turun dari mobil dengan sangat ramah dan sopan. "Kapan Mahesa pulang kerja, Rendra? Apakah dia sudah tau akan kedatangan saya?" Nyonya Rini merasa kesal karena putera sematawayangnya tidak nampak."Mungkin terjebak macet, Nyonya! Tuan muda sendiri sudah tau akan kedatangan Nyonya!" Rendra kembali mengangguk sopan kepada wanita di hadapannya."Kamu pasti letih ya, Sayang! Lebih baik kita istirahat sebentar

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Abimana Masuk Perangkap

    "Mas, aku bukain bajunya ya!" Karin panik karena Abimana semakin mendekat bahkan hampir memegang handle pintu kamar mandi."Ish! Kamu ini kenapa sih? Kok sikapmu aneh gitu?" langkah Abimana terhenti, ia merasa jengkel dengan kelakuan istrinya yang tak masuk akal."Ya kan kalau masuk kamar mandi udah nggak pake baju enak, Mas! Tinggal rendeman di bathtub!" Karin berusaha tersenyum sewajar mungkin untuk meyakinkan Abimana."Nggak usah!" Abimana mendengus kesal. Dengan perlahan, ia memutar handle pintu.Kring-kring,Tiba-tiba ponsel Abimana berdering sangat nyaring. Disusul ketukan di pintu kamar membuat Abimana urung membuka pintu kamar mandi."Ya, halo!" Abimana yang penasaran segera mengangkat panggilan telpon."Saya mengantar mobil pesanan anda! Kami sudah memasuki halaman rumah anda!" suara dingin di seberang telpon kembali terdengar."Apa? Anda sudah sampai disini?" Abimana tersenyum ceria."Tunggu sebentar, saya segera turun ke bawah!" ucap Abimana sambil membetulkan kancing kemej

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Aston Martin Rapid S

    Abimana yang merasa suntuk tak bisa bertemu sosok Claudia saat pulang kerja melampiaskan kekesalannya dengan mampir di sebuah gerai otomotif.Kebetulan hari ini grand opening festival produk otomotif dan berbagai pendukungnya. Nampak jejeran mobil keluaran terbaru di bagian depan menarik banyak minat pengunjung.Bukan hanya produk otomotif saja yang ada disana, aneka food court juga tak ketinggalan menambah kemeriahan festival itu."Kayaknya gue butuh kendaraan baru!" gumam Abimana, mengingat mobil yang sekarang dipakainya kalah mewah dengan mobil Claudia."Silahkan, Pak! Ini ada beberapa mobil produksi Eropa dan juga asia keluaran terbaru!" seorang salesgirl cantik menyapa Abimana.Abimana hanya manggut-manggut melihat-lihat mobil mewah yang berjejer rapi.Pandangannya tertuju pada satu mobil sport warna biru metalik milik brand ternama Aston Martin Rapid S seri terbaru produksi negara Lady Diana."Delapan milyar?" Abimana bergumam saat mengetahui harga mobil incarannya."Iya, Pak! D

DMCA.com Protection Status