Nathan menatap tawa itu, merasakan denyut ancaman di udara. “Sebentar lagi, kau tak akan bisa tertawa lagi,” gumamnya, suaranya serak oleh tekad.Tubuhnya perlahan memancarkan cahaya keemasan, bak matahari terbit di cakrawala malam. Sisik-sisik emas muncul, merambat di kulitnya, membentuk baju zirah tak tertembus. Aura keemasan itu mengalir bagai air, lembut namun terus-menerus, menenangkan namun penuh kekuatan.Ging mengernyit, matanya yang biasanya dingin kini memancarkan keraguan. “A-apa ini?” pikirnya, saat lapisan cahaya Nathan menyedot sedikit kegelapan di sekitarnya. Jantungnya berdetak tak menentu untuk pertama kalinya, dia merasakan Nathan sebagai ancaman nyata.Dengan satu hembusan napas, Ging membangkitkan segelnya. Kabut hitam pekat menyembur dari pori-pori tanah, melingkupi mereka dalam kegelapan pekat berdiameter ratusan meter. Angin berhenti; dedaunan gugur membeku di udara.“Hari ini, aku akan memenggal kepala Kultivator Iblis sepertimu,” teriak Nathan, suaranya mengge
Terakhir Diperbarui : 2025-04-18 Baca selengkapnya