Semua Bab Mendapatkan Hati Suamiku : Bab 21 - Bab 30

42 Bab

Dokter Obstetri

Anita akhirnya keluar dengan mengajak Bi Minah karena sekalian hendak mengantar Bi Minah pergi ke pasar. “Nyonya mau pergi kemana?” tanya Bi Minah begitu ia keluar dari mobil.“Aku mau ketemu sama dokter Bi, aku diminta untuk datang setelah tiga hari begitu dipulangkan dari rumah sakit. Dan hari ini sebenarnya sudah lewat satu hari, karena kemaren kan masih ada Mama, Papa sama Kak Mizwar. Sedangkan Kak Malik mau informasi kesembuhanku masih menjadi rahasia,” jawab wanita berhijab itu.“Pasti susah ya bagi Nyonya kemaren pura-pura masih pincang,” sambung Bi Minah.Anita tersenyum, “Enggak kok Bi, mungkin karena udah beberapa bulan terbiasa jalan pincang dulu. Jadi kemaren nggak terlalu susah, aku juga khawatir sama Mama Papa kalau tau keadaanku, ya udah ya Bi aku pergi dulu,” ucap Anita segera mengakhiri pembicaraan, karena jika tidak Bi Minah akan mengajaknya terus mengobrol.“Iya Nyah, hati-hati ya nanti Bibi pulang naik angkot aja.”“Nggak usah, ini naik taksi aja biar dianter samp
Baca selengkapnya

Polos Seperti Bayi

Canda tawa riang sesekali terdengar dari arah kursi Anita dan Yudha yang sedang makan di kantin rumah sakit. Akan tetapi ada kehampaan dari tatapan Anita. Yudha bisa merasakan hal itu walaupun Anita terus mencoba menyembunyikannya.‘Bagaimana caranya untuk menghibur Anita?’ benak Yudha.“Oh ya, kamu ngapain di sini?” tanya Anita.Yudha memandang wajah Anita, “Aku ada urusan sama Pras, dia bilang mau buka usaha baru bareng sama aku, jadi kami mau diskusi soal itu. Tapi anak itu malah lagi sibuk banyak banget jadwalnya hari ini,” jawab Yudha. Anita pun mengangguk kemudian meminum air mineral karena ia sudah selesai makan.“Kamu malam ini sibuk nggak, Abimanyu mau main nanti malam ke pasar malam yang baru buka nggak jauh dari sini,” ajak Yudha.“Emm tapi ak—”“Kami berdua sangat sibuk, sekarang juga sebenarnya kami sibuk. Tapi kenapa kamu sempat-sempatnya makan di sini sama dia sayang (Malik menatap Anita), padahal jadwal kita sangat sibuk,” potong Malik yang tiba-tiba muncul lalu duduk
Baca selengkapnya

Rasa Cemburu Yang Tidak Disadarinya

Ketika wajah keduanya semakin dekat, Anita tiba-tiba merasa mual, kepalanya terasa pusing. Malik segera mencari sesuatu untuk menampung semua isi perut istrinya yang sebentar lagi akan keluar.“Ini keluar kan di sini!” titah Malik yang membawa vas bunga yang ada di kamarnya.Di saat itu, Anita sempat ingin marah pada suaminya yang seperti tidak punya akal. Karena Malik memberikan vas bunga dengan bunganya juga. Tapi karena rasa mualnya lebih dominan, wanita itu pun mengeluarkan bunga itu sendiri.“Aw, uhuk uhuk. Aw rasanya tidak enak,” gumam Anita setelah selesai muntah.Malik mengambil vas bunga yang berisi muntahan istrinya dengan jijik lalu keluar kamar untuk meminta Bi Minah membersihkannya. Setelah itu ia kembali masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya sudah kembali berbaring dengan lemas dan pandangannya kosong.“Ayo kita makan dulu, kamu baru saja muntah. Pasti sekarang perutmu kosong,” ucap Malik.Pria tampan itu perlahan membantu istrinya duduk kembali. Ia menyusun beberapa
Baca selengkapnya

Kegundahan

Kegundahan terus melanda Malik, pikirannya sangat kalut saat ini. Malik pun memutuskan untuk menginap di cafe malam ini dan tidak ingin pulang. Ia masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Polisi padanya tentang Amir.Dan juga foto yang diberikan polisi sangat menyeramkan dan membuatnya khawatir akan keselamatan Anita. Tapi di sisi lain, pria tampan itu juga yakin bahwa Amir bukanlah orang yang jahat. Ia berharap bahwa itu adalah lagi-lagi jebakan dari orang yang tidak suka dengan Amir.“Tapi gimana kalau dugaanku selama ini salah, dan apa yang dikatakan oleh Anita itu benar. Tapi Bang Amir enggak mungkin kayak gitu, dia cowok yang baik kok. Selama ini juga dia selalu belajar tentang agama dariku. Gimana bisa dia akan menjadi manusia yang sangat keji … nggak-nggak aku nggak percaya. Besok pagi aku bakalan dateng ke tempat tongkrongan Bang Amir biasanya, mungkin Bang Amir kesana,” gumam Malik.***“Wah hari ini kayaknya bakalan panas banget, mungkin bakalan banyak pelanggan yan
Baca selengkapnya

Strategi Berhasil

“Astaga, tabunganku tinggal 25 juta, dan aku udah nggak ada lagi tabungan lain. Aku juga harus mengeluarkan sebagian besar dari tabunganku ini untuk tes DNA,” gumam Anita melihat saldo rekeningnya.“Tapi nggak apa-apa deh, pasti nanti ada lagi rezeki untukku menabung. Yang penting sekarang aku harus membuat wanita itu mau tes DNA dulu. Rasa penasaranku membuatku sangat takut,” sambung Anita.“Apa yang membuat kamu takut?” tanya Malik baru saja keluar dari kamar mandi.Wanita itu menoleh ke arah suaminya kemudian tersenyum. “Nggak Kak,” jawabnya.“Ck, enggak usah senyum-senyum aku nggak bakal jatuh hati,” ucap pria tampan itu.Anita menghela napas berat, “Lagi-lagi Kakak bersikap seperti itu, padahal kemaren pagi nggak gitu,” gumamnya lirih.“Udah nggak usah ngedumel,” cetus Malik pura-pura tidak mendengar gumaman Anita.Anita pun mencoba mengabaikan perkataan Malik. Ia mengambil jas yang akan dipakai untuk suaminya bekerja hari ini.“Aku kan udah bilang nggak usah siapin apa-apa,” tuk
Baca selengkapnya

Malik Curiga Pada Anita

“Astaghfirullah, Kak Malik kok ada disini?” gumam Anita.Lusi dan Anita sama-sama panik. Alasan Anita panik karena ia tidak ingin Bi Minah melihat interaksi antara Lusi dan Malik nantinya. Sedangkan Lusi khawatir, karena Malik pasti akan marah jika ia mengetahui bahwa ia tengah hamil. Padahal Malik tidak pernah berhubungan intim dengannya.“Kamu mengundang Malik?” Anita menggelengkan kepalanya.“Restoran ini sangat ramai, aku nggak mau ada keributan. Dan aku juga merasa pusing pengen istirahat. Jadi aku akan pergi tanpa sepengetahuan Malik, sebaiknya kamu mengalihkan sejenak perhatian Malik. Atau nanti dia akan memelukku dan mengajak aku pergi.” Alasan Lusi itu sangat tidak masuk akal. Tapi karena Anita tidak ingin mereka berdua bertemu, ia pun menyetujuinya.“Kalau gitu aku akan turun dan menemui Kak Malik. Terus aku bakalan ngajak Kak Malik ke cafe di ujung sana untuk membeli dessert. Kamu bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk pergi.”Setelah saling setuju, Anita bergegas keluar da
Baca selengkapnya

Paman Lan Si Detektif

Dua minggu telah berlalu. Hari dimana Lusi akan tes DNA pun tiba. Anita segera menghubungi Lusi untuk datang ke rumah sakit yang sudah Anita beri tahu sebelumnya.“Oh sial, cewek ini inget aja,” keluh Lusi.Rama yang sedang membuatkan susu untuk Lusi menoleh ke arahnya. “Siapa?”“Ini istrinya Malik, dia beneran mau tes DNA. Hari ini dia minta aku ke rumah sakit yang dia sarankan. Liatlah, dia ngasih alamat rumah sakit itu sampai ke foto rumah sakit itu, dan yang paling nyebelin lagi dia bilang kalau aku takut kesasar dia mau jemput aku. Oughh, pengen bener aku jambak rambutnya.” Lusi terus saja ngedumel tidak karuan.Rama datang mendekati Lusi dengan susu yang sudah ia buat. Ia pun menyerah susu itu pasa Lusi.“Udah minum dulu ini, jangan stres kasian bayi yang kamu kandung. Lama-lama pusing juga anakku Mamanya ngamuk-ngamuk terus.”“Banyak bacot kamu, diem aja deh. Nanti anterin aku ke rumah sakit itu. Terus nanti cari celah buat nanti kita bisa manipulasi data. Aku nggak mau penolak
Baca selengkapnya

Setiap Langkah Yang Diambil, Selalu Saja Muncul Masalah

Setelah pergi meninggalkan rumah Ruslan, Malik pertama-tama bergegas menuju rumah sakit. Di ingin mencari tahu lebih detail apa yang dilakukan Anita pada hari itu.Di tengah jalan, ban mobil malik tiba-tiba saja pecah. Karena ia tidak membawa ban ganti, ia harus menghubungi jasa service langganannya agar datang ke lokasinya sekarang.Seraya menunggu pria tampan itu duduk di tepi jalan yang rindang. Ia menatap ke arah langit yang mulai mendung. Matahari pun sudah sepenuhnya bersembunyi di balik awan-awan yang gelap itu.“Haaah, hari-hari ku mulai sulit karena hal yang absurd sekarang. Apa ini balasan untukku karena telah bersikap kasar pada Anita. Kalau diingat-ingat lagi, aku yang tanpa sengaja membuat Anita terjatuh di kamar mandi hingga kakinya patah lagi, itu sangatlah kejam dan tidak manusiawi,” ungkap Malik pada dirinya sendiri.Seekor kupu-kupu tiba-tiba hinggap di bahunya yang kekar. Malik melihat kupu-kupu berwarna biru itu dengan tenang.“Apakah kamu datang ingin menenangkank
Baca selengkapnya

Awas Jatuh Cinta

Saling bertautan lah kedua bibir suami istri itu di ruang keluarga. Sulit bagi Anita mengimbangi permainan suaminya karena ia baru pertama kali melakukan hal itu. Beberapa kali Anita melepaskan diri dari Malik untuk mengambil napas. Tapi kemudian Malik kembali menariknya hingga mereka tanpa sengaja terjatuh ke atas sofa. Semakin liarlah Malik menjarah tubuh istrinya di atas sofa itu. “Kak, jangan lakukan di sini, nanti ada yang liat kayak mana?” cemas wanita itu.Tapi Malik tidak menggubris perkataan istrinya. Karena Malik sudah mengunci pintu rumah, dan Bi Minah juga tadi sore izin pulang untuk menemui Imah.Anita tidak tahu harus berbuat apa. Ia pun hanya diam dan membiarkan Malik melakukan apa yang pria itu inginkan.Akan tetapi, sejak awal rasa menggelitik di perutnya kini menjalar keseluruh tubuhnya. Ia tidak mengerti rasa yang ia rasakan itu, tapi ia menikmatinya. Suara yang sedari tadi ia tahan pun keluar begitu tangan kekar suaminya menyentuh bagian sensitif tubuhnya.Seketik
Baca selengkapnya

Pria Berpakaian Serba Hitam

Malik tiba di cabang baru cafenya. Di sana telah ramai orang yang datang menunggunya. Karena Malik yang akan memotong pita pembukaan cabang cafe itu. Para calon pelanggan juga sudah banyak yang datang di depan cafe menunggu pembukaan dan mendapatkan kopi dan kue gratis.Eris segera membukakan pintu mobil Malik begitu pria tampan itu memarkirkan mobilnya.“Ayo Pak, akan saya pandu ke tempat pemotongan pita,” ucap Eris.“Maafkan aku Eris, aku ada kerjaan tadi sebelum kesini.”“Iya Pak, sebaiknya kita cepat melakukan pemotongan pita. Matahari semakin terik, kasihan orang-orang yang menunggu.”Lalu mereka berdua pun bergegas dengan mempercepat langkah kaki mereka. Dan begitu mereka tiba di tempat yang dituju tepuk tangan dan sorakan terdengar dari para pelanggan. Mereka mengucapkan selamat dan doa agar cafe yang baru buka itu sukses.Pria tampan itu tersenyum seraya mengucapkan banyak terima kasih. Lalu ia pun segera memotong pita dan meresmikan pembukaan cabang cafenya. Lagi-lagi tepuk t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status