“Sialan, Ben,” maki Larry sambil menatap pintu yang telah sepenuhnya tertutup. Suasana hatinya memburuk dan itu membuatnya harus bersusah payah agar bisa kembali bersenang-senang dengan Camelia. Sementara Camelia terlihat sangat tidak nyaman. Bagaimana tidak, makian Larry membuat gairahnya hampir sepenuhnya lenyap. "Sebaiknya kita berhenti, Larry," nada ragu Camelia membuat Larry langsung menatap Camelia. Apa yang dikatakan gadis itu tadi? Berhenti? Ben memang sialan.“Aku… aku merasa… kurang nyaman,” jelas Camelia sambil menunduk. Ia tidak kuasa membalas tatapan Larry. Larry menggigit rahangnya, melampiaskan kekesalan akibat penjelasan Camelia. “Kita bisa mengulanginya lagi, dari awal,” bujuk Larry sambil membelai pipi Camelia. Bukankah sudah kepalang tanggung. Camelia sudah polos seutuhnya dan Larry yakin bisa membawa gairah Camelia kembali.“Tapi,” Camelia ingin membantah, tapi Larry sudah lebih dulu menempelkan telunjuknya ke bibir Camelia."Atau kamu sudah tidak menginginkanny
Baca selengkapnya