Semua Bab Buddy with Benefits: Bab 11 - Bab 20

32 Bab

11. Tawaran Nakal

Camelia dan Larry saling pandang untuk beberapa saat. Mereka sama sekali tidak menduga jika Rosaline akan mendatangi kamar Camelia sekarang. Tak berapa lama, kembali terdengar ketukan di pintu. Kali ini terdengar suara Ben yang terdengar. Ben dan Rosaline sedang berada di depan kamar Camelia. Mungkin tujuan mereka sama seperti Larry, ingin menjenguk Camelia. Jadi sangat tidak mungkin jika Camelia tidak membuka pintu untuk dua orang tamunya yang lain. “Larry,” panggil Camelia yang bermaksud meminta solusi pada Larry. Bukannya langsung menjawab, Larry justru membelai wajah Camelia sambil jemarinya menyelipkan rambut Camelia ke belakang telinga.“Bukalah pintunya,” ujar Larry sambil beranjak dari tempat tidur Camelia. Camelia melempar tatapan tidak setuju. Membuka pintu di saat Larry ada di kamarnya sangat berisiko membuat Rosaline da
Baca selengkapnya

12. Eksplorasi Tubuh

Camelia terperanjat begitu indera pendengarannya menangkap suara ketukan di pintu kamar. Sebelum beranjak dari kursinya, Camelia melihat jam dinding yang menggantung di salah satu dinding. Pukul tujuh malam. Siapa gerangan yang datang mengunjunginya malam-malam begini? Meskipun di luar sana, pukul tujuh bisa dibilang sore, tapi itu tentu saja berbeda dengan di asrama. Tidak mungkin Rosaline yang datang berkunjung. Pasalnya, mereka baru saja bertukar pesan via aplikasi perpesanan instan.“Nona Camelia, ini saya. Sopir Tuan Larry.” Kelegaan memenuhi rongga dada Camelia setelah mendengar suara dari balik pintu. Larry ternyata bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tanpa ragu, Camelia segera melangkah menuju pintu lalu membukanya. Tampak sopir Larry tersenyum ke arahnya sambil menyerahkan tas kertas yang sedari tadi ditentengnya. Sopir Larry mengatakan, jika Camelia ikut dengannya, maka Camelia harus memakai pemberian Larry yang ada di dalam tas. Camelia ingin bertanya apa isi tas yang diba
Baca selengkapnya

13. Bayaran untuk Menemani

Camelia seperti bermimpi. Ia sukar memercayai apa yang baru saja ditangkap indera pendengarannya. Benarkah ia mendengar Larry mengatakan bahwa menyukai dirinya? Kamu tidak salah dengar, Camelia. Begitulah hati Camelia membenarkan. Bukankah ia juga merespons pernyataan Larry dengan pertanyaan. Pertanyaan bernada ketidakpercayaan.Otak Camelia lalu sibuk menghitung berapa lama ia dan Larry bertemu lalu berinteraksi. Masih belum lama. Jawab Camelia cepat, lagi-lagi di dalam hatinya. Interaksi biasa nan wajarlah yang selama ini mendominasi hubungan antara Camelia dengan Larry. Dan baru kemarin malam, tepatnya di acara pesta yang Larry gelar di tempatnya, hubungan Camelia dan Larry berubah sangat cepat. Ini semua karena sentuhan fisik yang mereka berikan satu sama lain.Camelia memang telah menyukai Larry sejak hari pertama ia menjadi buddy. Bisa dibilang, perasaan Camelia seperti cinta pada pandangan pertama. Camelia menyukai Larry karena apa adanya laki-laki itu. Bukan karena status dan
Baca selengkapnya

14. Gadis Seratus Juta

“Berapa yang kamu butuhkan, Camelia?” Larry tahu, ketika ia melontarkan pertanyaan itu, ia akan mendapati air muka Camelia berubah karena pertanyaannya bermakna harapan bagi gadis di hadapannya. Meskipun bibirnya tidak melengkungkan senyum, tapi binar di kedua mata Camelia cukup untuk memberi tahu Larry.Camelia ragu untuk mengatakan jumlah yang dibutuhkannya. Pasalnya, itu bukanlah jumlah yang sedikit. Camelia ragu Larry akan menyanggupi.“Seratus juta,” jawab Camelia lirih. Ternyata lumayan besar, batin Larry dalam hati. Laki-laki itu bersiap akan menyanggupi, tapi ia menginginkan negosiasi.“Apa yang akan kamu berikan jika aku menyanggupi, hm?” Larry menatap Camelia serius. Meskipun sebenarnya ia tidak tega. Terlebih begitu melihat Camelia menunduk karena kebingungan harus menjawab apa.Cukup lama Larry menunggu dan Camelia ternyata hanya memberinya gelengan lemah sebagai jawaban.“Aku akan mengikuti semua permintaanmu.” Jawabn Camelia tentu saja menerbitkan seringai di wajah tampa
Baca selengkapnya

15. Akses

“Selamat pagi, Camelia.” Sapaan lembut Larry membuat Camelia menggeliat. Ternyata sudah pagi. Padahal Camelia masih ingin tidur sedikit lebih lama. Pasalnya, permainan panas yang dilakukannya bersama Larry baru usai dini hari tadi.Camelia lalu mengubah posisi tidurnya menjadi telentang, tidak lagi meringkuk seperti janin dalam kandungan. Perlahan, gadis itu membuka mata. Sosok Larry menjadi objek pertama yang ditangkap sepasang inderanya yang belum membuka sempurna. Tunggu, kenapa Larry sudah rapi? Camelia mendadak diserang panik. Ia merasa tidak enak karena bangun lebih lambat dibandingkan tuan rumah.“Pukul berapa sekarang?” Camelia tanpa sadar menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.“Belum pukul tujuh, Camelia. Hey, apa kamu bermaksud menggodaku lagi?” sambil menjawab Camelia, Larry membelalakkan matanya ketika mendapati tubuh polos Camelia terpampang di depannya. Camelia mengikuti arah pandangan Larry lalu memekik kecil.“Maafkan aku,” pintanya sambil meraup kembali selimut di
Baca selengkapnya

16. Tepergok Ben

"Aku pergi!" Larry sontak berdiri sambil melepas dengusan keras sebagai ekspresi luapan emosi. Sekretaris ayahnya berusaha menahan, tapi gagal. Sebelum Larry meninggalkan ruang pertemuan, ia bicara dengan suara cukup lantang pada sekretaris ayahnya."Katakan pada papa bahwa aku tidak mau mengurus bisnisnya di sini!"Larry keluar dengan perasaan kesal. Dilonggarkannya dasi yang melingkari lehernya. Sambil mengayun langkah lebar-lebar, Larry memeriksa ponselnya. Ia membuka riwayat panggilan dan hendak menghubungi Ben. Namun hal itu urung Larry lakukan. Ia teringat Camelia. "Camelia," panggil Larry begitu ia mendengar suara Camelia. "Kamu di mana?" Larry terlihat tidak sabar menunggu jawaban Camelia. Begitu mendengar bahwa Camelia masih berada di apartemennya, Larry berlari menuju mobilnya terparkir.*"Camelia," panggil Larry sambil membuka pintu apartemen. Ekspresi bahagianya ketika menyebut nama Camelia langsung menguap begitu mendapati sosok Ben tengah duduk di sofa miliknya. Semen
Baca selengkapnya

17. Kacaunya Ben

“Sialan, Ben,” maki Larry sambil menatap pintu yang telah sepenuhnya tertutup. Suasana hatinya memburuk dan itu membuatnya harus bersusah payah agar bisa kembali bersenang-senang dengan Camelia. Sementara Camelia terlihat sangat tidak nyaman. Bagaimana tidak, makian Larry membuat gairahnya hampir sepenuhnya lenyap. "Sebaiknya kita berhenti, Larry," nada ragu Camelia membuat Larry langsung menatap Camelia. Apa yang dikatakan gadis itu tadi? Berhenti? Ben memang sialan.“Aku… aku merasa… kurang nyaman,” jelas Camelia sambil menunduk. Ia tidak kuasa membalas tatapan Larry. Larry menggigit rahangnya, melampiaskan kekesalan akibat penjelasan Camelia. “Kita bisa mengulanginya lagi, dari awal,” bujuk Larry sambil membelai pipi Camelia. Bukankah sudah kepalang tanggung. Camelia sudah polos seutuhnya dan Larry yakin bisa membawa gairah Camelia kembali.“Tapi,” Camelia ingin membantah, tapi Larry sudah lebih dulu menempelkan telunjuknya ke bibir Camelia."Atau kamu sudah tidak menginginkanny
Baca selengkapnya

18. Fantasi Ben

Ben memarkir mobilnya di lantai yang sama dengan unit apartemennya. Tidak biasanya Ben melakukan ini karena ia lebih suka memarkir kendaraan di lantai terbawah. Agar lebih mudah. Cuma itu alasan Ben. Tidak ada yang lain. Namun kali ini berbeda. Semua itu semata-mata karena Ben ingin segera menuntaskan hasratnya. Hasrat yang tetiba bergejolak setelah melihat tubuh polos Camelia.Semua hal Ben lakukan dengan terburu-buru. Mulai keluar mobil sampai menyalakan alarm. Menuju unit apartemen pun Ben lakukan dengan langkah setengah berlari. Ada perasaan sedikit lega ketika akhirnya Ben sampai di depan pintu unit apartemennya. Lagi-lagi, dengan tergesa, Ben membuka dan menutup pintu. Akibatnya, pintu terbanting dengan suara cukup keras ketika menutup. Napas Ben masih memburu. Seharusnya Ben perlu sedikit lebih sabar dengan melangkah ke arah dapur untuk mengambil air minum. Namun, itu semua Ben lewatkan. Ia lebih memilih langsung mendaratkan tubuhnya pada sofa empuk di ruang tamu.Pasti Ca
Baca selengkapnya

19. Takut Ketahuan

Camelia mengerjap tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tidak, ia tidak salah dengar tadi. Itu suara Ben. Lebih tepatnya, suara Ben yang sedang mendesahkan namanya. Camelia bersyukur karena tidak melisankan nama Ben tadi. Bisa-bisa Larry akan bertanya macam-macam.Sebuah kalimat dengan tanda tanya besar memenuhi kepala Camelia. Apa yang sedang Ben lakukan? Laki-laki itu mendesah seolah baru saja terpuaskan hasratnya.Ben pastinya sedang bermain sendiri, tebak Camelia. Camelia membayangkan Ben tengah mengocok batang miliknya hingga cairan semennya muncrat dan meluber. Membayangkan itu membuat wajah Camelia merona. Dalam gerakan bibir tanpa suara, Camelia menyebut nama Ben beberapa kali sambil menggeleng. Benak Camelia kemudian dipenuhi dengan pertanyaan lainnya, yakni kenapa Ben mendesahkan namanya? Jangan-jangan…."Ada apa?" Suara Larry yang tetiba terdengar, sukses membuat Camelia terlonjak karena terkejut."Tidak ada apa-apa." Jawab Camelia gugup. Tentu saja jawaban C
Baca selengkapnya

20. Suka

Camelia meminta berpisah dari Larry begitu mereka sampai di lobi gedung fakultas. Larry jelas keberatan. Ia justru curiga kalau Camelia sedang menyembunyikan sesuatu darinya.“Baiklah, kamu boleh ikut ke perpustakaan, tapi jangan salahkan aku jika kamu akan cepat bosan,” kata Camelia. Larry mengedikkan bahu. Baginya, ia hanya ingin berdekatan dengan Camelia. Larry merasa kesulitan jika jauh dari Camelia. Sebenarnya ia tahu bahwa ini hanyalah perasaannya saja, tapi Larry memang tidak mau berpisah dengan Camelia.Langkah kaki Camelia dan Larry terlihat beriringan meninggalkan gedung fakultas. Perpustakaan memang berada di gedung yang berbeda dengan fakultas. Letak perpustakaan yang tidak terlalu jauh membuat mereka berdua tidak butuh waktu lama untuk sampai di depan akses masuknya. “Hai, Larry,” sapa Rosaline. Camelia dan Larry langsung menoleh ke arah Rosaline yang berada di belakang mereka.“Hai, Rosaline,” sapa Camelia sambil melambaikan tangan. Rosaline menatap Camelia sekilas lalu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status