Home / Romansa / Buddy with Benefits / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Buddy with Benefits: Chapter 21 - Chapter 30

32 Chapters

21. Jadian

Camelia tercenung mendengar jawaban Larry. Larry memang terkesan diplomatis dalam menjawab, tapi Camelia yakin itu bermakna sangat besar bagi Rosaline."Aku bisa belajar untuk menyukaimu juga, Rose."Seperti itulah jawaban yang diberikan Larry pada Rosaline. Jawaban serupa angin surga yang menyejukkan jiwa. Serupa mata air yang mampu menuntaskan dahaga sejak zaman masih purba. Satu lagi, jawaban yang sarat akan janji, janji manis yang pastinya dapat ditagih bila terlupa untuk ditunaikan.Camelia mengerjap, seolah dengan itu semua yang baru saja didengarnya akan menguap. Menguap karena ternyata itu bukan kenyataan. Hanya ilusi yang menipu pendengaran.Ketika pandangan Camelia kembali pada Larry, ia melihat laki-laki itu tersenyum hangat pada Rosaline."Camelia, kamu mendengar semuanya?" Tanya Rosaline dengan wajah semringah. Camelia mengangguk karena bingung harus mengatakan apa. Rasanya, memberi selamat saat ini terlalu cepat. Kalau tidak mengatakan apapun, Camelia takut Rosaline mara
Read more

22. Luruh

Jujur, Camelia merasa sangat bersyukur ketika bel tanda pergantian jam perkuliahan akhirnya berbunyi. Pasalnya sejak tadi, Camelia harus berusaha mati-matian menyembunyikan perasaannya agar tidak ada yang curiga. Terlebih Larry. Camelia tahu bahwa sedari tadi pandangan Larry tidak pernah beralih dari dirinya. Tentu saja sikap Larry yang seperti itu membuat Camelia menjadi salah tingkah.“Selamat, Rosaline.” Ucap Camelia singkat tanpa menatap Rosaline. Beruntung, Rosaline yang tengah berbunga-bunga hatinya, tidak memusingkan sikap Camelia.“Kau tidak ingin memberiku selamat juga, Ben?” Tanya Rosaline dengan nada dibuat-buat. Ben hanya menggeleng samar, tidak mengerti dengan sikap Rosaline yang menurutnya terlalu kekanakan.“Selamat untuk kalian.” Ujar Ben terkesan asal-asalan.“Sebaiknya kita segera ke kelas karena dosen yang akan mengejar terkenal killer.” Camelia mengingatkan semuanya. Ia kemudian berjalan mendahului yang lain. Ben mengekor tepat di belakang Camelia. Sementara Larry
Read more

23. Kasar

Camelia menangis tergugu. Ternyata ia memang cemburu melihat kedekatan juga keintiman yang diperlihatkan Larry dan Rosaline. Saking kacaunya, Camelia sampai tertatih ketika berjalan menuju lift. Telapak tangan kirinya terus menempel pada dinding, sebagai upaya untuk menopang tubuhnya yang mendadak lemas seperti tidak bertulang."Rosaline, aku harus pergi." Larry berusaha melepaskan tangan Rosaline lalu segera menyambar kunci mobil miliknya."Apa kamu akan mengejar Camelia?" Rosaline bertanya dengan nada tinggi. Gadis itu marah, sangat marah. Meskipun pertanyaan yang dilontarkannya terkesan bodoh, namun Rosaline merasa perlu bertanya seperti itu pada Larry. "Andai kukatakan tidak pun, kamu pasti tidak akan percaya," ujar Larry sambil melihat Rosaline sekilas. Rosaline membuang napas kasar. Ekspresi mencemooh terlihat dari wajah kesalnya. “Jawaban bodoh,” maki Rosaline yang nyatanya tidak digubris oleh Larry. Larry lebih memilih melanjutkan langkah dan membanting pintu apartemen setel
Read more

24. Rasa yang Aneh

“Larry, boleh aku bertanya satu hal?” Tanya Camelia setelah Larry menurunkannya ke atas ranjang. Ketika Camelia hendak duduk, Larry melarangnya. Ia menahan Camelia agar tetap berbaring dengan cara mengungkung gadis itu di bawahnya.“Katakan.”Camelia memalingkan wajah. Ia juga terlihat menggigit bibir bawahnya. Untuk sesaat, Camelia ragu, jadi bertanya atau tidak.“Apa kamu mencintai Rosaline?” Akhirnya pertanyaan yang mengganggu Camelia itu pun berhasil terlontar. Larry tersenyum lebar. Membuat Camelia mengernyit karena bingung, tidak mengerti dengan arti senyuman Larry.“Tidak. Aku tidak mencintai Rosaline,” jawab Larry. Wajah Camelia langsung berubah mendung. Ia merasa kasihan pada Rosaline.“Kenapa kamu tidak jujur pada Rosaline? Bukankah itu seperti kamu sedang mempermainkannya, mempermainkan perasaannya?” Camelia tidak terima sahabatnya dipermainkan. Ah, Camelia meralat pikirannya, mungkin kini ia dan Rosaline sudah tidak bersahabat lagi.Larry mengatakan bahwa ia akan jujur pad
Read more

25. Hukuman

Camelia bangun dengan enggan setelah Larry menyuruhnya dengan kode berupa gerakan dagu.“Berdirilah di dekat dinding itu, Camelia!” suara Larry benar-benar menunjukkan bahwa ia tidak bisa dibantah. Lagi-lagi Camelia menurut. Dengan langkah gontai, Camelia mendekati dinding yang ditunjuk Larry tadi.Camelia tidak tahu apa yang akan Larry lakukan selanjutnya. Camelia terus menggigit bibir bawahnya, mencoba mengusir cemas. Ah, sebenarnya bukan cemas, tapi rasa takut yang perlahan tumbuh setelah apa yang Larry lakukan padanya.Kepala Camelia juga pening. Pasalnya, hasrat yang telah sampai ubun-ubun, tidak tersalurkan sebagaimana mestinya karena Larry tetiba mencabut miliknya, mengakhiri permainan yang hampir mencapai puncak. Akibat rasa pening yang terus mendera, Camelia sangat ingin merebahkan diri. Kepalanya yang terasa berdenyut sejak tadi, membuat Camelia memijit pelan pelipisnya.“Aku tidak akan terpancing dengan aksi pura-pura sakitmu, Camelia.” Ujar Larry diikuti senyuman sinis. Ca
Read more

26. Rela Dihukum

Masih segar dalam ingatan Camelia ketika Larry tanpa ampun menghujani payudaranya dengan gigitan.“Aw….” Pekikan Camelia kembali memecah keheningan. Entah ini sudah keberapa kalinya Camelia memekik. Payudaranya sedikit sakit, tapi di saat bersamaan, gairahnya juga merangkak naik.Camelia bisa melihat jejak kemerahan akibat isapan kuat Larry. Mungkin inilah bentuk hukuman yang Larry katakan, pikir Camelia.“Larry, sakit.” Untuk kesekian kalinya, kembali Camelia merintih. Larry mendongakkan wajah, menatap Camelia yang meringis kesakitan. Larry juga menangkap titik air di sudut mata Camelia. Camelia menangis, tapi kali ini Larry tidak peduli. Larry justru mengatakan hal yang membuat Camelia nelangsa.“Fokuslah pada sensasi nikmatnya, Camelia. Jangan fokus pada rasa sakitnya!” Tegas Larry sambil melempar tatapan dingin.Oh, sial! Lagi-lagi Larry tahu apa yang dirasakan Camelia. Camelia sedikit memajukan bibir. Mencoba menarik perhatian Larry dengan memasang wajah cemberut.“Aku tidak akan
Read more

27. Sangat Butuh

Setelah kembali berhasil meledakkan dirinya di gua hangat milik Camelia, Larry masih terlihat belum puas. Ia pun meminta Camelia untuk bangun dan mengubah posisi.“Camelia, aku ingin melihat sisi liarmu,” ujar Larry seraya merebahkan diri di atas ranjang yang agak berantakan. Camelia mengernyit. Ia tidak mengerti dengan maksud perkataan Larry.“Pernahkah kamu memiliki fantasi liar?” Larry mengerti kebingungan Camelia sehingga ia mencoba menggali informasi lain tentang Camelia. Larry mengamati Camelia yang duduk di sampingnya sambil melipat kedua tangannya di belakang kepala.“Pernah,” jawab Camelia yang terlihat menjeda kalimatnya. Gadis itu terlihat malu serta ragu untuk melanjutkan pengakuannya.“Semenjak kita sering berhubungan, aku kemudian terpikir tentang sesuatu yang liar. Sesuatu yang mungkin suatu hari nanti berpeluang untuk kulakukan,” imbuh Camelia dengan wajah tersipu. Larry tersenyum, antara puas dan senang setelah mendengar penuturan Camelia.“Hm, jika demikian, katakan
Read more

28. Main Belakang

Puas.Hanya satu kata itu yang kini tengah bersarang di otak serta hati Larry. Semua ini karena apa yang baru saja Larry lakukan bersama Camelia. Larry tahu bahwa ini bukanlah kali pertama ia berhubungan intim dengan Camelia. Namun sensasi “bermain” dengan posisi Camelia di atasnya sungguh menakjubkan. Camelia yang terlihat lepas serta menikmati permainan yang dikendalikannya secara penuh, membuat Larry terhanyut dalam semangat serta gairah membara gadis itu. Kamu memang tidak pernah gagal dalam memuaskanku, Camelia. Lagi-lagi, pujian Larry hanya tertahan di dalam hati laki-laki itu.Woman on top. Larry berusaha menjejalkan salah satu gaya bercinta itu dalam folder ingatannya. Itu adalah posisi yang disukai Camelia, menurut pengakuannya. Posisi yang juga menjadi angan-angan paling liar gadis itu.Larry menyaksikan Camelia yang masih terus bergerak di atasnya. Gadis itu terlihat masih berusaha mendaki puncak kenikmatannya. Dalam posisi seperti ini, Larry hanya bisa memandangi Camelia
Read more

29. Membeli Rasa Malu

Camelia menoleh ke samping kirinya, ke arah Larry yang masih memperdengarkan dengkuran halus, pertanda laki-laki itu masih terlelap. Senyum di wajah Camelia pun terbit. Dalam hati, gadis itu tidak percaya bahwa ternyata Larry bisa kelelahan juga. Tadinya, sempat terlintas dalam benak Camelia kalau Larry mungkin saja mengonsumsi obat-obatan sebelum mereka berhubungan intim tadi, tapi dengan cepat pula dugaan itu ditepis Camelia.Tentu saja itu tidak mungkin karena Larry bukanlah tipikal laki-laki yang menyukai hal-hal instan. Menurut Larry—seperti yang diingat Camelia–mengonsumsi apa pun untuk mendapat manfaat secara instan dapat merusak tubuh. Waktu itu Camelia hanya menanggapi ucapan Larry dengan senyuman, merasa bahwa itu bukanlah hal yang besar, tapi setelah apa yang mereka lakukan tadi, Camelia jadi memuji prinsip hidup yang dipegang Larry.Larry memang kuat dan perkasa, Camelia tahu itu. Dua hal itu juga yang membuat para gadis menyukai Larry. Bahkan, tidak jarang Camelia mende
Read more

30. Bukan yang Teristimewa

Camelia nelangsa. Ternyata Larry memperlakukannya sebagai wanita yang bisa dibeli. Apa yang tadi laki-laki itu katakan? Membeli rasa malu? Andai Larry mengklarifikasinya lebih dulu pada Camelia, maka Camelia dengan senang hati akan menjelaskannya.Terlepas dari rasa malu yang dikeluhkan Camelia, sebenarnya Camelia menginginkan perlakuan Larry yang berbeda padanya. Camelia pernah mendengar bahwa Larry tidak pernah menyentuh gadis-gadis yang ia kencani di apartemennya. Lalu sekarang? Ternyata Camelia sama saja dengan para gadis itu, sama-sama bukan yang teristimewa.Air mata Camelia menitik, tapi bibir gadis itu menyunggingkan senyuman. Sebuah senyuman miris. Camelia menertawakan dirinya sendiri. Ternyata perasaannya yang dalam pada Larry tidak pernah terbaca oleh laki-laki itu."Kuharap itu cukup," imbuh Larry. Camelia cepat mengusap pipinya. Gadis itu mencoba menguatkan dirinya juga hatinya. Camelia mengamati Larry yang mengambil sepatunya. Larry duduk di single chair kemudian memasan
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status