Semua Bab Puber Kedua Pak Suami: Bab 31 - Bab 40

106 Bab

31. Surat Perjanjian Baru

Larasati yang melihat perubahan di wajah Andi, lantas bertanya pada pria itu.“Pesan dari siapa, Mas?”“Hanum.” Andi menjawab singkat karena dia mulai resah, tapi sebisa mungkin bersikap biasa di depan Larasati.“Lalu?”Andi menatap Lekat wajah Larasati dengan tatapan penuh tanya. Dia heran juga dengan wanita itu yang ingin tahu urusannya saat ini. Padahal sebelumnya Larasati tak seperti itu.“Lalu apanya? Kenapa kamu ingin tahu urusanku dan istriku?” sahut Andi balas bertanya.“Oh begitu, ya. Mas menganggap aku ini apa sih? Bukankah aku ini tunangan kamu? Mas kan sudah setuju untuk menikahiku, meski jadi istri kedua,” sahut Larasati kalem.Andi menghela napas panjang, dan menyugar rambutnya kasar. Dia tak ingin Larasati tahu mengenai perjanjian yang telah disepakati olehnya dan Hanum. Bisa-bisa Larasati tak sudi menikah dengannya, apabila tahu kalau asetnya dimiliki oleh Hanum. Hal itulah yang tak dia inginkan terjadi.“Soal biasa, Sayang. Soal suami dan istri yang harus membicarakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-23
Baca selengkapnya

32. Terusir

Andi terdiam. Dia mengusap wajahnya kasar. Batinnya sangat kesal pada Hanum, yang seolah memiskinkan dirinya. Tapi, dia tak bisa berbuat banyak karena dirinya yang bersalah.“Jadi besok, saya juga akan ke kantor ya, Mbak Hanum. Saya akan beritahu ke pihak HRD mengenai status baru Mas Andi. Selain itu saya juga mau memberitahu kalau gaji Mas Andi mulai bulan ini, langsung ditransfer ke rekening Mbak Hanum sebanyak tujuh puluh lima persen,” timpal Tedi.“Iya, Pak Tedi. Saya juga mau supaya apartemen itu sesegera mungkin dikosongkan. Terserah Pak Tedi menanganinya bagaimana. Mas Andi biar membeli lagi tempat tinggal yang baru, dengan uang pribadinya. Perempuan itu harus mau memulai dari awal seperti saya dulu. Jangan mau enaknya saja. Sudah berjaya, perempuan itu mau ikut mencicipi tanpa harus berjuang dari nol,” sahut Hanum kesal.Andi tak bisa berkata-kata lagi. Sungguh, dirinya kini merasa malu pada Tedi dan pada karyawannya nanti. Dia merasa seperti harimau yang sudah ompong giginya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

33. Permintaan Larasati

Kedua bola mata Andi membelalak. Kesal juga dia dengan sikap Larasati yang tak kooperatif kali ini. Dia memegang kedua pundak Larasati dan menatap lekat wajah cantik wanita itu.“Laras, dengar kataku. Jangan memperburuk keadaan yang nantinya akan membuat kita jadi malu. Hanum akan datang kemari besok dengan beberapa orang. Jadi kamu sebaiknya pergi sebelum mereka datang. Kamu tahu sendiri kan kalau kamu pernah viral gara-gara ketiga anakku. Jadi jangan sampai kamu viral lagi,” ucap Andi serius.Larasati menepis tangan Andi dari pundaknya. Dia menatap Andi dengan tatapan penuh amarah.“Aku nggak peduli kalau viral lagi. Apa lagi yang harus dijaga? Karirku sudah hancur karena anak-anak kamu, Mas. Jadi aku mau balas semua itu pada ibu mereka, karena pasti mereka berbuat seperti itu atas restu dari ibunya.”“Laras! Jangan macam-macam kamu! Hanum sama sekali nggak tahu perbuatan anak-anaknya. Saat itu dia belum pulang ke rumah. Saat aku datang, hanya ada mereka bertiga saja. Jadi aku mohon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-24
Baca selengkapnya

34. Bertemu Pelakor

Andi menatap tak percaya wanita yang akan segera dia nikahi ini. Dia sungguh tak menduga kalau Larasati akan minta mahar sebuah rumah. Tadinya dia berencana akan memberi mahar pernikahan, satu set perhiasan. Tapi, sungguh permintaan Larasati tadi di luar ekspektasinya. Sungguh jauh di luar pemikiran Andi.“Kok diam saja sih, Mas? Keberatan dengan permintaan aku tadi?” tanya Larasati, ketika melihat Andi yang hanya terdiam.“Soal ini kita bicarakan lagi nanti. Aku mau buka pintu dulu,” sahut Andi berusaha mengelak. Dia bukannya tak bersedia mengabulkan permintaan wanitanya itu. Tapi, dia kini berhitung dengan pemasukan yang akan berkurang banyak, karena Hanum sudah memotong lebih dulu gajinya. Sedangkan statusnya kini bukan pemilik perusahaan lagi, jadi dia tak bisa meminjam atau menggunakan uang perusahaan untuk menuruti kemauan Larasati. Dia tahu pasti kalau wanita itu akan minta rumah mewah. Sedangkan dia harus berhemat pada tabungannya. Dia tak mau tabungannya terkuras nantinya.“P
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

35. Video Pernikahan

Hanum tak menduga kalau Larasati akan berani berkata seperti itu padanya. Dia tekan rasa sakit hati dan terkejutnya. Dia tak mau kalau pelakor itu merasa puas hatinya. Dia lalu beranjak dari kursi makan dengan tatapan tak lepas dari wajah Larasati.“Silakan bawa hati Mas Andi sesuka hatimu! Saya juga mau melihat, sampai kapan kamu akan berbangga hati hanya dengan memiliki hati Mas Andi saja, tanpa embel-embel di belakangnya,” ucap Hanum dengan seringai di bibirnya. Dia lalu meninggalkan Larasati yang mematung di tempatnya.Larasati tertegun dan mengerutkan keningnya. Memikirkan kalimat terakhir Hanum yang kurang dia pahami.“Tanpa embel-embel di belakangnya? Apa maksud ucapannya tadi?” gumam Larasati seorang diri.Andi mengerutkan keningnya ketika melihat Hanum datang dari arah ruang makan, dan tak lama muncul Larasati di belakang Hanum. Dia awalnya mengira Hanum sedang melihat-lihat ke sekeliling ruang apartemen, ketika dia muncul di ruang tamu dan tak mendapati istrinya di sana.‘Me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

36. Bertemu Papa

Apa yang dilakukan seorang remaja apabila mendapat larangan dari orang tuanya? Kebanyakan dari para remaja malah justru melakukan hal yang dilarang itu, karena rasa penasaran yang tinggi. Begitu juga dengan Amelia, ketika dilarang membuka ponsel sang mama. Gadis remaja itu pun tak segan membuka ponsel tersebut, yang kebetulan belum terkunci.Amelia lantas membuka pesan di barisan paling atas, yang terdapat nomor tak dikenal. Wajah cantik Amelia berubah menjadi tegang, setelah melihat isi pesan yang berupa beberapa foto pernikahan Andi dan Larasati, pun video pernikahan sang papa dengan wanita selingkuhannya. Amelia baru saja akan mengirimkan pesan balasan di nomor tersebut. Tapi, tiba-tiba dia urung melakukannya. Akal sehatnya kini mulai berfungsi. Dia tak akan membiarkan si pengirim pesan itu merasa senang karena berhasil membuatnya emosi. Dia tahu bahwa yang mengirimi semua itu adalah Larasati. Kini yang Amelia lakukan adalah meneruskan foto-foto itu plus video pernikahan tersebut k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya

37. Hujatan Untuk Larasati

“Iya, dia mengirimkan itu semua di ponselnya mama,” sahut Gilang seraya meraih ponselnya kembali.Andi menghembuskan napas kasar, dan langsung meraih pulpen untuk menandatangani formulir tersebut. Dia tersenyum ketika membaca formulir itu, dan dalam hati berharap kalau anak keduanya itu bisa diterima di Akademi Militer. Meskipun hubungan dia dan Gilang kini kurang baik, tapi sebagai orang tua tetap dia akan bangga kalau Gilang bisa lulus seleksi masuk Akademi Militer.“Ini sudah Papa tanda tangani. Semoga lulus ya, Lang.” Andi berkata sambil menyerahkan formulir tersebut dan tersenyum menatap Gilang.“Iya, terima kasih. Aku pamit dulu,” sahut Gilang datar. Setelah memasukkan formulir itu ke dalam tas, dia membalikkan tubuh dan melangkah menuju pintu.Senyum yang semula mengembang di bibir Andi, perlahan memudar. Andi pikir, setelah ini hubungannya dan sang anak akan membaik. Namun, dugaannya salah karena Gilang tetap saja datar dan dingin sikapnya. Dia berharap kalau Gilang akan menci
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-28
Baca selengkapnya

38. Dendam Larasati

“Laras!” pekik Andi yang mulai panik.Astuti tersenyum sinis melihat Andi panik dan membopong tubuh istrinya ke sofa.“Halah, paling dia akting saja! Orang macam dia paling pintar berakting, dan kamu sudah jadi korbannya, Ndi! Jangan kamu diletakkan tubuh lon te itu di sofa. Ibu nggak mau sofa itu tercemar! Capek kalau harus mencucinya,” ucap Astuti ketus.Andi yang semula akan meletakkan tubuh Larasati di atas sofa, urung melakukannya karena ucapan sang ibu. Dia menatap wajah Astuti dengan tatapan sendu.“Jangan setega itu pada istriku ini, Bu. Suka atau nggak suka, Larasati sudah menjadi menantu Ibu, sama seperti Hanum. Sekarang Larasati sedang syok karena hujatan Ibu tadi. Jadi mohon izinkan aku merebahkan tubuhnya di sofa ini,” sahut Andi dengan wajah memelas.“Nggak sudi aku perabotanku terkena tubuh si lon te ini. Sudah bawa pergi sana! Kamu rebahkan saja di mobil kamu, atau terserah di mana. Ibu nggak peduli! Ingat juga ya, Ndi, jangan sekali-kali kamu bawa dia kemari lagi atau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya

39. Rencana Larasati

Larasati akhirnya hanya bisa menatap ke depan dengan nelangsa. Dia tak jadi pindah duduk di sebelah Andi. Dia memilih tetap duduk di jok belakang sambil menahan air matanya yang mendesak ingin keluar. Cemburu. Itu yang dirasakan Larasati saat ini. Dia merasa tak rela kalau perhatian suaminya terbagi. Meski dia sadar kalau yang diperhatikan oleh Andi saat ini, adalah orang pertama yang hadir di hidup pria itu.Setibanya di rumah pun Larasati langsung turun dari mobil begitu saja tanpa menghiraukan suaminya.“Sayang...kamu sudah kuat? Sini aku papah atau mau aku gendong?” ucap Andi dengan langkah yang dia sejajarkan dengan langkah sang istri.Larasati membisu dan tetap melangkah masuk ke dalam rumah.“Kamu kenapa sih kok tiba-tiba ngambek begini? Masih kesal dengan omongan ibuku tadi, iya? Sudah deh jangan dipikirkan lagi. Biarkan ibu begitu, yang penting kan aku sayang sama kamu,” imbuh Andi dengan senyum semringah yang kini membingkai wajahnya.Langkah kaki Larasati sontak terhenti ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

40. Musibah

Pesan yang sudah dikirim Larasati pada seseorang di seberang sana, langsung dibaca oleh orang tersebut. Tak lama, orang itu pun mengirim pesan balasan untuk Larasati.[Mbak, tolong diinfo dong maunya Mbak Laras. Aku harus membuat perempuan itu jadi bagaimana?]Pesan balasan tersebut langsung dibaca oleh Larasati. Dia lalu menyeringai penuh arti setelah membaca pesan tersebut.Di saat yang sama, Andi menggerakkan kenop pintu. Pria itu mencoba masuk ke dalam kamar, namun tak bisa karena sudah dikunci oleh istrinya. Sehingga dia pun menggedor pintu itu.“Laras! Buka pintunya dong! Masak aku dikunciin dari dalam. Aku mau istirahat ini. Ayo, buka pintunya! Jangan ngambek terus!” seru Andi di luar kamar.Larasati mendengus kesal karena merasa terganggu oleh sang suami. Dia menghentikan gerak jemarinya, yang sedang lincah mengetikkan pesan balasan pada seseorang di seberang sana.“Sebentar dulu sih, Mas. Kalau nggak sabar dan ingin cepat istirahat, di kamar sebelah saja istirahatnya!” sahut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status