Beranda / Romansa / Puber Kedua Pak Suami / 33. Permintaan Larasati

Share

33. Permintaan Larasati

Penulis: Yetti S
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-24 09:52:15

Kedua bola mata Andi membelalak. Kesal juga dia dengan sikap Larasati yang tak kooperatif kali ini. Dia memegang kedua pundak Larasati dan menatap lekat wajah cantik wanita itu.

“Laras, dengar kataku. Jangan memperburuk keadaan yang nantinya akan membuat kita jadi malu. Hanum akan datang kemari besok dengan beberapa orang. Jadi kamu sebaiknya pergi sebelum mereka datang. Kamu tahu sendiri kan kalau kamu pernah viral gara-gara ketiga anakku. Jadi jangan sampai kamu viral lagi,” ucap Andi serius.

Larasati menepis tangan Andi dari pundaknya. Dia menatap Andi dengan tatapan penuh amarah.

“Aku nggak peduli kalau viral lagi. Apa lagi yang harus dijaga? Karirku sudah hancur karena anak-anak kamu, Mas. Jadi aku mau balas semua itu pada ibu mereka, karena pasti mereka berbuat seperti itu atas restu dari ibunya.”

“Laras! Jangan macam-macam kamu! Hanum sama sekali nggak tahu perbuatan anak-anaknya. Saat itu dia belum pulang ke rumah. Saat aku datang, hanya ada mereka bertiga saja. Jadi aku mohon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Puber Kedua Pak Suami   34. Bertemu Pelakor

    Andi menatap tak percaya wanita yang akan segera dia nikahi ini. Dia sungguh tak menduga kalau Larasati akan minta mahar sebuah rumah. Tadinya dia berencana akan memberi mahar pernikahan, satu set perhiasan. Tapi, sungguh permintaan Larasati tadi di luar ekspektasinya. Sungguh jauh di luar pemikiran Andi.“Kok diam saja sih, Mas? Keberatan dengan permintaan aku tadi?” tanya Larasati, ketika melihat Andi yang hanya terdiam.“Soal ini kita bicarakan lagi nanti. Aku mau buka pintu dulu,” sahut Andi berusaha mengelak. Dia bukannya tak bersedia mengabulkan permintaan wanitanya itu. Tapi, dia kini berhitung dengan pemasukan yang akan berkurang banyak, karena Hanum sudah memotong lebih dulu gajinya. Sedangkan statusnya kini bukan pemilik perusahaan lagi, jadi dia tak bisa meminjam atau menggunakan uang perusahaan untuk menuruti kemauan Larasati. Dia tahu pasti kalau wanita itu akan minta rumah mewah. Sedangkan dia harus berhemat pada tabungannya. Dia tak mau tabungannya terkuras nantinya.“P

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Puber Kedua Pak Suami   35. Video Pernikahan

    Hanum tak menduga kalau Larasati akan berani berkata seperti itu padanya. Dia tekan rasa sakit hati dan terkejutnya. Dia tak mau kalau pelakor itu merasa puas hatinya. Dia lalu beranjak dari kursi makan dengan tatapan tak lepas dari wajah Larasati.“Silakan bawa hati Mas Andi sesuka hatimu! Saya juga mau melihat, sampai kapan kamu akan berbangga hati hanya dengan memiliki hati Mas Andi saja, tanpa embel-embel di belakangnya,” ucap Hanum dengan seringai di bibirnya. Dia lalu meninggalkan Larasati yang mematung di tempatnya.Larasati tertegun dan mengerutkan keningnya. Memikirkan kalimat terakhir Hanum yang kurang dia pahami.“Tanpa embel-embel di belakangnya? Apa maksud ucapannya tadi?” gumam Larasati seorang diri.Andi mengerutkan keningnya ketika melihat Hanum datang dari arah ruang makan, dan tak lama muncul Larasati di belakang Hanum. Dia awalnya mengira Hanum sedang melihat-lihat ke sekeliling ruang apartemen, ketika dia muncul di ruang tamu dan tak mendapati istrinya di sana.‘Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Puber Kedua Pak Suami   36. Bertemu Papa

    Apa yang dilakukan seorang remaja apabila mendapat larangan dari orang tuanya? Kebanyakan dari para remaja malah justru melakukan hal yang dilarang itu, karena rasa penasaran yang tinggi. Begitu juga dengan Amelia, ketika dilarang membuka ponsel sang mama. Gadis remaja itu pun tak segan membuka ponsel tersebut, yang kebetulan belum terkunci.Amelia lantas membuka pesan di barisan paling atas, yang terdapat nomor tak dikenal. Wajah cantik Amelia berubah menjadi tegang, setelah melihat isi pesan yang berupa beberapa foto pernikahan Andi dan Larasati, pun video pernikahan sang papa dengan wanita selingkuhannya. Amelia baru saja akan mengirimkan pesan balasan di nomor tersebut. Tapi, tiba-tiba dia urung melakukannya. Akal sehatnya kini mulai berfungsi. Dia tak akan membiarkan si pengirim pesan itu merasa senang karena berhasil membuatnya emosi. Dia tahu bahwa yang mengirimi semua itu adalah Larasati. Kini yang Amelia lakukan adalah meneruskan foto-foto itu plus video pernikahan tersebut k

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Puber Kedua Pak Suami   37. Hujatan Untuk Larasati

    “Iya, dia mengirimkan itu semua di ponselnya mama,” sahut Gilang seraya meraih ponselnya kembali.Andi menghembuskan napas kasar, dan langsung meraih pulpen untuk menandatangani formulir tersebut. Dia tersenyum ketika membaca formulir itu, dan dalam hati berharap kalau anak keduanya itu bisa diterima di Akademi Militer. Meskipun hubungan dia dan Gilang kini kurang baik, tapi sebagai orang tua tetap dia akan bangga kalau Gilang bisa lulus seleksi masuk Akademi Militer.“Ini sudah Papa tanda tangani. Semoga lulus ya, Lang.” Andi berkata sambil menyerahkan formulir tersebut dan tersenyum menatap Gilang.“Iya, terima kasih. Aku pamit dulu,” sahut Gilang datar. Setelah memasukkan formulir itu ke dalam tas, dia membalikkan tubuh dan melangkah menuju pintu.Senyum yang semula mengembang di bibir Andi, perlahan memudar. Andi pikir, setelah ini hubungannya dan sang anak akan membaik. Namun, dugaannya salah karena Gilang tetap saja datar dan dingin sikapnya. Dia berharap kalau Gilang akan menci

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Puber Kedua Pak Suami   38. Dendam Larasati

    “Laras!” pekik Andi yang mulai panik.Astuti tersenyum sinis melihat Andi panik dan membopong tubuh istrinya ke sofa.“Halah, paling dia akting saja! Orang macam dia paling pintar berakting, dan kamu sudah jadi korbannya, Ndi! Jangan kamu diletakkan tubuh lon te itu di sofa. Ibu nggak mau sofa itu tercemar! Capek kalau harus mencucinya,” ucap Astuti ketus.Andi yang semula akan meletakkan tubuh Larasati di atas sofa, urung melakukannya karena ucapan sang ibu. Dia menatap wajah Astuti dengan tatapan sendu.“Jangan setega itu pada istriku ini, Bu. Suka atau nggak suka, Larasati sudah menjadi menantu Ibu, sama seperti Hanum. Sekarang Larasati sedang syok karena hujatan Ibu tadi. Jadi mohon izinkan aku merebahkan tubuhnya di sofa ini,” sahut Andi dengan wajah memelas.“Nggak sudi aku perabotanku terkena tubuh si lon te ini. Sudah bawa pergi sana! Kamu rebahkan saja di mobil kamu, atau terserah di mana. Ibu nggak peduli! Ingat juga ya, Ndi, jangan sekali-kali kamu bawa dia kemari lagi atau

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Puber Kedua Pak Suami   39. Rencana Larasati

    Larasati akhirnya hanya bisa menatap ke depan dengan nelangsa. Dia tak jadi pindah duduk di sebelah Andi. Dia memilih tetap duduk di jok belakang sambil menahan air matanya yang mendesak ingin keluar. Cemburu. Itu yang dirasakan Larasati saat ini. Dia merasa tak rela kalau perhatian suaminya terbagi. Meski dia sadar kalau yang diperhatikan oleh Andi saat ini, adalah orang pertama yang hadir di hidup pria itu.Setibanya di rumah pun Larasati langsung turun dari mobil begitu saja tanpa menghiraukan suaminya.“Sayang...kamu sudah kuat? Sini aku papah atau mau aku gendong?” ucap Andi dengan langkah yang dia sejajarkan dengan langkah sang istri.Larasati membisu dan tetap melangkah masuk ke dalam rumah.“Kamu kenapa sih kok tiba-tiba ngambek begini? Masih kesal dengan omongan ibuku tadi, iya? Sudah deh jangan dipikirkan lagi. Biarkan ibu begitu, yang penting kan aku sayang sama kamu,” imbuh Andi dengan senyum semringah yang kini membingkai wajahnya.Langkah kaki Larasati sontak terhenti ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Puber Kedua Pak Suami   40. Musibah

    Pesan yang sudah dikirim Larasati pada seseorang di seberang sana, langsung dibaca oleh orang tersebut. Tak lama, orang itu pun mengirim pesan balasan untuk Larasati.[Mbak, tolong diinfo dong maunya Mbak Laras. Aku harus membuat perempuan itu jadi bagaimana?]Pesan balasan tersebut langsung dibaca oleh Larasati. Dia lalu menyeringai penuh arti setelah membaca pesan tersebut.Di saat yang sama, Andi menggerakkan kenop pintu. Pria itu mencoba masuk ke dalam kamar, namun tak bisa karena sudah dikunci oleh istrinya. Sehingga dia pun menggedor pintu itu.“Laras! Buka pintunya dong! Masak aku dikunciin dari dalam. Aku mau istirahat ini. Ayo, buka pintunya! Jangan ngambek terus!” seru Andi di luar kamar.Larasati mendengus kesal karena merasa terganggu oleh sang suami. Dia menghentikan gerak jemarinya, yang sedang lincah mengetikkan pesan balasan pada seseorang di seberang sana.“Sebentar dulu sih, Mas. Kalau nggak sabar dan ingin cepat istirahat, di kamar sebelah saja istirahatnya!” sahut

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Puber Kedua Pak Suami   41. Dewa Penolong

    Dalam waktu sekejap, bermunculan orang-orang di sekitar kejadian. Mereka berniat memberikan pertolongan pada Hanum. Beruntung mobil Hanum merupakan salah satu mobil yang dilengkapi airbag, sehingga dapat melindungi Hanum dari benturan ketika kecelakaan itu terjadi.“Orangnya pingsan kayaknya,” celetuk seorang pria yang berada di samping mobil Hanum.“Coba buka pintu mobilnya! Kita keluarkan dulu dia dari sana,” sahut yang lainnya lagi.Mereka lalu mencoba membuka pintu mobil Hanum, agar bisa mengeluarkan wanita itu dari dalam mobil dan memberikan pertolongan padanya.Di saat yang sama, sebuah mobil dinas dari instansi kepolisian melintas di lokasi itu.“Sepertinya telah terjadi kecelakaan mobil,” ucap seorang pria yang duduk di kursi penumpang belakang, dan mengenakan seragam warna coklat lengkap dengan atribut bintang satu di pundaknya.“Iya, Pak. Sepertinya begitu,” sahut sopir yang merangkap ajudannya.“Coba menepi dulu, Gun! Kita tanya pada orang-orang itu, apa sudah menelepon rum

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01

Bab terbaru

  • Puber Kedua Pak Suami   106. Kejutan Untuk Hanum

    Amelia sontak tersipu mendengar penuturan sang kakak. Wajahnya pun merona. “Cie, merah lho wajahnya si Amel. Nggak sangka kalau dia naksir sama si dosen itu. Nggak apa itu, Mel. Paling selisih usianya maksimal sepuluh tahun. Masih wajar itu menurut aku. Masih banyak yang selisihnya di atas sepuluh tahun. Ayo, Mel, aku dukung deh! Kayaknya orangnya baik,” ucap Gilang antusias. “Dia itu yang tolongin Amel saat mau dikerjai sama keponakannya Larasati, Lang,” celetuk Rafi. “Nah, keren itu. Sudah kelihatan tipe melindunginya. Nanti nggak apa deh kalau kamu duluan, Mel. Kakak sih belakangan nggak apa-apa. Lagi pula aku belum punya calonnya,” ucap Gilang dengan senyum menggoda pada sang adik. Wajah Amelia semakin memerah dan dia jadi salah tingkah. “Kita pulang saja sekarang, yuk! Ngobrol soal begini di tempat umum. Nanti kalau kedengaran orang, bagaimana? Malu tahu, Kak,” sahut Amelia. Dia lantas berjalan mendahului kedua kakaknya, karena merasa malu ketahuan isi hatinya oleh dua kakakn

  • Puber Kedua Pak Suami   105. Bulan Madu Kedua

    Hanum mengulum senyuman. Dia lalu menarik leher Andi dan mendekatkan telinga pria itu ke bibirnya. Dia lalu berbisik di sana.Kedua kelopak mata Andi membuka sempurna karena terkejut dengan apa yang Hanum bisikkan.“Kamu serius, Num? Nggak sedang bercanda?” tanya Andi dengan wajah memelas.“Iya, aku serius. Masak aku bohong sih, Mas. Aku ini kan belum menopause. Jadi masih kedatangan tamu bulanan lah. Aku tadi di kamar mandi baru tahu, kalau malam ini mendadak kedatangan tamu bulanan. Untung tadi sudah salat isya.” Hanum berkata sambil mengulum senyuman karena melihat wajah frustrasi Andi.“Sabar ya, Mas. Minggu depan deh baru bisa. Sekarang puasa dulu, ya. Sekalian menguji hati kamu, apa masih kuat menunggu satu minggu lagi?” imbuh Hanum yang masih mengulum senyumannya.Andi menghela napas. Dia berguling ke samping tubuh Hanum, dan memosisikan tubuhnya miring. Menghadap sang istri yang juga dalam posisi yang sama seperti dirinya. Tatapan mata mereka bertemu, dan saling mentransfer ra

  • Puber Kedua Pak Suami   104. Kembali Bersama

    Maya terdiam sambil mengaduk-aduk makanannya. Dia tiba-tiba saja menjadi tak berselera makan.Nadya yang melihat ekspresi sang mama, merasa bersalah karena terkesan dirinya memaksakan kehendak. Dia lalu memegang jemari tangan Maya dan mengusap lembut punggung tangan sang mama.“Aku minta maaf kalau perkataan tadi membuat Mama merasa nggak nyaman. Abaikan saja omongan aku tadi, Ma. Aku nggak memaksa Mama agar bisa memaafkan papa,” ucap Nadya lirih dan dengan nada yang tercekat, menahan tangis.Maya menoleh pada anak gadisnya. Dia melihat wajah cantik Nadya yang kini muram.‘Apa aku yang selama ini egois, mementingkan perasaanku sendiri tanpa memikirkan perasaan Nadya? Apa aku terlalu keras hati, sehingga sulit untuk memaafkan Mas Bima? Apakah sebenarnya Nadya merindukan papanya?’ ucap Maya dalam hati.“Nad, jawab pertanyaan Mama dengan jujur ya, Sayang,” ucap Maya dengan nada suara pelan.“Iya, Ma. Mama mau tanya apa?”“Apa kamu...merindukan papa kamu?”Nadya tak langsung menjawab. Dia

  • Puber Kedua Pak Suami   103. Restu Ibu

    ‘Jadi Hanum berencana akan rujuk dengan Andi. Sepertinya aku sia-sia saja selama ini mendekatinya. Lebih baik aku pulang saja sekarang. Mumpung belum ada yang tahu kehadiranku di sini. Mungkin Hanum memang bukan jodohku,’ ucap Sadewa dalam hati.Sadewa lalu dengan perlahan mundur teratur dari teras rumah Sawitri. Dia memutuskan pergi dari rumah itu karena tak ingin mendengar percakapan mereka. Dia memilih untuk lapang dada membuang jauh angannya terhadap Hanum, wanita yang dia suka sejak lama.“Mas Dewa, mau ke mana?” tanya seorang wanita, yang membuat Sadewa menghentikan langkah.Sadewa lalu menoleh dan melihat Lestari yang kini berdiri di jarak beberapa langkah di belakangnya.“Eh, Tari. Aku mau pulang. Nggak enak kalau mengganggu acara keluarga. Di ruang tamu sedang serius kayaknya,” sahut Sadewa terus terang, setelah dia membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini berhadapan dengan Lestari.“Nggak mau mampir sekedar menyapa ibuku, Mas?” tanya Lestari lagi. Dia memandang Sadewa deng

  • Puber Kedua Pak Suami   102. Kunjungan Sore Hari

    Andi menangkap tubuh Hanum yang terhuyung ke depan, agar tak tersungkur di lantai.“Hati-hati dong, kalau sampai jatuh di lantai kan sakit nanti,” ucap Andi lembut ketika tubuh Hanum sudah berada dalam dekapannya.“Ish, kamu ini cari alasan saja, Mas. Sudah lepasin tangan kamu!” ujar Hanum dengan mata yang melotot pada Andi.“Kenapa memangnya?” tanya Andi dengan tatapan lugu.“Berlagak nggak paham, pura-pura tanya pula,” sungut Hanum kesal. Dia lalu berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Andi. Namun, Andi sepertinya menahan lengannya agar bisa lebih lama memeluk sang mantan.Di saat yang sama, Amelia muncul di tempat itu. Gadis itu terkesiap hingga mulutnya terbuka sempurna, kala melihat kedua orang tuanya tengah berpelukan. Itu menurut penilaiannya, karena dia tak tahu awal mula kejadian sang mama berada dalam dekapan papanya.“Cieee...rujuk ini ceritanya. Kapan peresmiannya? Terus kalau rujuk, aku bakalan dapat adik nggak?” goda Amelia dengan tawanya.“Adik? Memangnya kamu masi

  • Puber Kedua Pak Suami   101. Bertemu Lagi

    “Iya, Bu Hanum. Tante Nita yang merekomendasikan katering Ibu. Katanya, katering Ibu sudah terjamin kualitasnya. Saya mencari jasa katering, untuk acara ulang tahun pernikahan orang tua saya. Ini saya lakukan sebagai hadiah di pernikahan mereka yang ketiga puluh. Oh iya, nama saya Fariz,” sahut Fariz dengan senyuman.“Fariz ini yang tempo hari menolong Amel lho, Num. Dia seorang dosen yang pintar ilmu bela diri, sehingga bisa mengalahkan si Roy,” timpal Andi, yang membuat Hanum terkesiap.“Oh ya? Wah, saya ucapkan banyak terima kasih deh sama kamu ya, Fariz. Lalu mengenai kateringnya, kapan acara ulang tahun pernikahan orang tua kamu? Apa kamu mau test food dulu, supaya yakin dengan makanannya?” sahut Hanum kalem.“Saya percaya kok dengan kualitas kateringnya Bu Hanum. Kalau Tante Nita sudah merekomendasikan sesuatu, itu artinya sudah ok. Jadi nggak perlu test food lagi, Bu. Lalu mengenai jadwal acaranya, itu dua minggu lagi. Sengaja saya jauh-jauh hari sudah cari kateringnya, supaya

  • Puber Kedua Pak Suami   100. Come back

    Hanum mundur satu langkah. Andi pun bergerak maju mendekat. Begitu terus, hingga akhirnya punggung Hanum menempel pada dinding. Tak ada ruang untuk dirinya mundur lagi.“Mas! Sudah lah kamu pulang saja sana. Kamu pastinya capek kan, dan perlu istirahat juga. Jangan sampai penyakit jantung kamu kumat gara-gara kecapekan,” ucap Hanum dengan jantung yang bertalu-talu saat ini.“Aku sehat kok, Num. Aku juga nggak terlalu capek kok. Di rumah Nadya kan tadi hanya ngobrol saja. Lalu yang bawa mobil, si Rafi. Aku hanya duduk manis di sebelahnya. Kalau mengantuk sih, iya. Aku boleh kan istirahat di sini dulu, di kamar tamu,” sahut Andi dengan tatapan penuh harap.“Ya sudah, kalau mau istirahat di kamar tamu. Langsung saja ke sana. Kamu kan sudah tahu letaknya,” sahut Hanum. Dia lalu mendorong dada Andi agar menjauhinya. Dia merasa canggung juga berada di jarak yang begitu dekat dengan mantan suaminya.Namun di luar dugaan Hanum, tangan Andi menangkap tangan Hanum yang mendorong dadanya. Dia ba

  • Puber Kedua Pak Suami   99. Para Mantan

    Hanum yang terkesiap hanya bisa menghela napas panjang. Dia lalu memandang ke arah Bima yang masih menatap Maya, yang sedang memberi kode agar sikap Bima lebih ramah pada tamu mereka.Setelah beberapa detik, Maya kembali menatap Hanum dan Andi. Wanita yang diperkirakan usianya sebaya dengan Andi, lantas tersenyum pada kedua calon besannya itu.“Maaf ya, Pak, Bu. Papanya Nadya sedang kurang enak badan. Jadi reaksinya seperti tadi. Mari, silakan masuk!” ucap Maya ramah, dan dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Dia sengaja memberikan alasan itu agar bisa dimaklumi oleh tamunya. Maya tak tahu saja, kalau Andi dan Hanum telah mengetahui penyebab sikap Bima tadi.“Oh, lagi kurang enak badan. Iya, nggak apa-apa. Kami maklum kok, Bu. Saya juga kalau kurang enak badan, suka begitu sikapnya. Iya kan, Ma,” sahut Andi dengan senyuman. Dia menoleh pada Hanum yang mengulum senyumannya mendengar penuturan mantan suaminya, yang masih menyebut kata ‘Ma’ pada dirinya.‘Aih, Mas Andi ini serba me

  • Puber Kedua Pak Suami   98. Pertemuan

    “Baik, Om, sepulang dari sini nanti, saya akan beritahu orang tua saya. Insya Allah, mereka bersedia datang kemari dan kenalan dengan Om Bima,” ucap Rafi, yang membuat lamunan Nadya buyar.Bima tersenyum seraya berkata, “Pastinya mau dong kenalan sama Om. Kalau nggak mau, Om nggak akan restui hubungan kalian.”Bima memang bercanda mengucapkan kalimat itu. Dia juga mengucapkannya sambil tersenyum. Namun, tetap saja membuat hati Rafi ketar-ketir.“I-iya, Om. Tolong restui dong. Saya dan Nadya serius lho, Om,” sahut Rafi yang sontak membuat Bima tertawa.“Iya...makanya nanti kenalan dulu. Biar enak ngomong soal kelanjutan hubungan kalian, iya kan,” ucap Bima setelah tawanya reda.Sementara itu, Maya yang rupanya menguping pembicaraan Rafi dan Bima lantas menampakkan dirinya di ruang tamu.Rafi yang melihat kedatangan Maya, lalu berdiri dan menghampiri wanita itu. Dia lalu mencium punggung tangan Maya dengan takzim.“Ada apa ini, Rafi?” tanya Maya pura-pura tak tahu. Dia lalu duduk di sof

DMCA.com Protection Status