Semua Bab Raja Baru untuk Dunia Kegelapan: Bab 71 - Bab 80

159 Bab

71. Melintas Dimensi

Celah dimensi, sebuah ruang yang tidak memiliki kepastian, di mana atas dan bawah menjadi tidak jelas saat tubuh memasukinya. Kaki dapat menapak, namun bukan pada tanah, dan rasa perih seperti ditusuk terasa setiap kali kaki melangkah. Memasuki ruang yang tidak memiliki kepastian ini, Lou Sherwood berpacu dengan waktu. Celah dimensi ini bagaikan pedang bermata dua, dapat mengantarkan ke mana pun yang diinginkan, tetapi tubuh bisa terkoyak dan belum tentu selamat hingga akhir.“Moura, bagaimana keadaannya?” gumam Lou. Sebuah guncangan terjadi karena pikiran Lou teralihkan. Jalan di depannya berubah arah dan dia merasa bingung sejenak. Secepat kilat, dia kembali memikirkan Fay Varsha, kekasih hatinya, ibu dari anak-anaknya. Guncangan kembali terjadi dan jalan di depannya berubah arah. Jalan menuju ke dunia bawah, Benua Utara.“Fokus, harus fokus atau aku akan terjebak di sini selamanya,” batin Lou. Jantungnya berdegup kencang saat menyadari bahwa sedikit saja dia teralih, jalan di depan
Baca selengkapnya

72. Kembalinya Kristal Perak

Suara rintihan menahan sakit terdengar jelas. Beberapa kali Yuan mengeluh dan mengerang kesakitan. Tubuhnya mulai dingin, wajahnya memucat dengan cepat.“Yuan!” Yui berteriak dengan keras. Berharap suaranya mendapatkan mampu mencapai telinga mereka yang ada dan datang membantu. Dia menggerakkan tubuh Yuan, mengguncangnya.“Yuan, bangun! Buka matamu.” Yui sudah mulai panik, dia menyentuh pergelangan tangan Yuan dan merasakan nadi kembarannya mulai melemah.“Tidak, Yuan, kamu harus bertahan.” Tangis pecah seketika. Saat itulah ratu pemilik istana masu ke dalam kamar.Gaun biru menjuntai hingga ke lantai sedikit diangkat saat dia berlari kerena teriakan Yui. Di belakangnya kedua putri dan pangeran juga menghampiri. Sang ratu memeriksa Yuan dengan seksama lalu menggelengkan kepalanya.“Dia tidak memiliki kristal, sepertinya Pangeran Yuan tidak akan bisa bertahan. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi dia bertahan dengan sesuatu seperti kenangan yang sekarang sudah pudar dan menghilang,
Baca selengkapnya

73. Terlepas dari Dunia Kematian

“Yuan!”Sayup-sayup suara Yui terdengar di telinga Yuan. Perlahan mata keperakan itu terbuka. Kesadarannya belum seratus persen berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Namun, pandangannya masih kabur. Yuan merasakan sesuatu yang berat di kedua kaki dan tangannya seperti terikat dengan sesuatu.“Di mana ini? Ini bukan Benua Utara,” gumam Yuan.Dia masih berusaha membuka matanya, rasanya begitu berat hanya untuk membuka mata saja. Yuan kembali memejamkan matanya. Ingatan beberapa hari yang lalu masih segar dalam kepalanya.Darren membuka kotak hitam kecil lalu sesuatu keluar seperti kabut asap hitam yang langsung menyerang. Yuan merasakan tekanan yang sangat besar, dia yang tidak memiliki kristal tak sanggup menghalau kabut hitam tersebut.“Harusnya bisa kumurnikan, harusnya ....” Yuan bergumam tidak jelas, kepalanya terasa sakit. Bagaikan tersihir, Yuan kembali tertidur. Dunia itu begitu tenang, tidur terasa begitu nyaman.Sosok lain dalam diri Yuan berteriak dengan keras, “Ban
Baca selengkapnya

74. Kembalinya Yuan

Mata Yuan mulai terbuka. Dia menyesuaikan cahaya dengan mengedipkan matanya beberapa kali. Pemandangan serba putih hamparan es beku memenuhi ruangan.“Istana es,” gumam Yuan.Dinding yang mengkilap persis seperti kristal es, bening dan kebiruan bagai batu shappire. Hawa dingin menyentuh kulitnya, dia meraba ranjang padat yang dingin, ranjang es abadi yang terkenal mampu mempercepat proses penyembuhan segala penyakit.“Yuan!”Pelukan hangat yang terasa dikulit Yuan, tubuh Yui begitu hangat dibandingkan dengan dinginnya ruangan. Yuan mengeratkan pelukannya pada sodari kembarnya.“Yui, aku masih hidup?” Yuan memegang tangan Yui lalu meletakkannya di pipi. Yui mencubit pipi Yuan hingga dia mengaduh.“Sudah yakin masih hidup?” Yui terlihat gemas, dia begitu cemas dengan kondisi Yuan, tapi saat kembarannya bangun malah terlihat santai seakan tidak mengalami hal berbahaya seperti hidup dan mati.“Kau tahu aku sungguh takut di dunia orang mati, aku memanggilmu tapi kau tidak datang,” balas Yu
Baca selengkapnya

75. Kembalinya Nacht

Kiriman datang,” ucap Yoru membawa bungkusan yang diperlukan Yui.“Taruh saja di situ,” jawab Yui tanpa menoleh. Dia sedang mengaduk sesuatu di panci lalu mengambil piring kecil kemudian menuang sedikit masakan yang sedang diolahnya. “Cobalah!”Yoru menerima piring kecil tersebut, Yui masih sibuk mengaduk dan tidak memperhatikan ekspresi Yoru. Pria itu menatap Yui, dia membayangkan jika suatu hari nanti Yui menjadi istrinya. Mungkin sajasetiap hari akan seperti hari ini, berada di dapur berdua dan mencicipi masakan pujaan hatinya.“Yoru bagaimana rasanya?” tanya Yui menoleh ke arah Yoru.Hampir saja piring kecil itu jatuh dari tangan Yoru, dia segera mencicipi selagi hangat. “Enak,” jawab Yoru.“jangan berbohong, Yuan tidak akan mau makan kalau rasanya hambar,” tuntut Yui. Matanya menatap tajam Yoru agar berkata jujur.“Sedikit kurang manis,” jawab Yoru cepat dan tersenyum ke arah Yui, “Bagiku sudah cukup manisnya jika sambil melihatmu, Putri.”Yui menoleh ke arah Yoru, wajah pria itu
Baca selengkapnya

76. Lari dari Bayangan

“Sudah Yuan!” Yui menghentikan Yuan mengejar Yoru.“Lepaskan, Yui, dia Nacht!” teriak Yuan.Kegaduhan tersebut membuat Xavier dan yang lain datang.“Ada apa?” Xavier terlihat masih mengatur napasnya. Udara dingin Benua Utara ditambah dengan efek dari pedang es abadi membuat uap napas Xavier mengebul.“Kak Xavier, kita kejar Nacht!” Yuan bersikeras mengejar pria yang sudah pergi beberapa menit yang lalu.“Yuan!” teriak Yui. Kaki dan tangan Yuan terikat oleh sulur tanaman yang muncul dari dalam tanah. Pemuda itu kesulitan bergerak.“Yui, lepaskan!” teriak Yuan dengan mata tajam penuh kekesalan. Dia memotong sulur dengan kekuatan angin dan kembali berlari, kali ini Yui tidak bisa menghentikan Yuan saat dua sayap hitam melebar di punggungnya. Yuan terbang tinggi dengan kecepatan yang tidak bisa dikejar Yui.“Yuan!” teriak Yui.“Biar saya yang mengejar Pangeran Yuan,” ucap Xavier. Pria itu melesat dengan kecepatan tinggi tanpa menunggu jawaban Yui diikiti oleh Lixue di belakangnya. Keduany
Baca selengkapnya

77. Singgasana Kegelapan

Yuan berjalan mendekati pemuda yang duduk di singgasana. Suasana temaram ruangan yang dipenuhi ornamen warna merah dan hitam. Puri lama yang terbengkalai dengan karpet merah tergelar, lantai mengkilap dengan ukiran tak biasa seperti sebuah lingkaran sihir yang berpusat pada singgasana. Seakan tidak lekang oleh waktu, tempat itu tidak berdebu dan bersih.“Kenapa kau ada di sini?” Yuan berhenti tepat di lingkaran terluar ukiran yang menyerupai lingkaran sihir.“Sudah kubilang, aku yang seharusnya bertanya.” Helaan napas berat terdengar dengan mata sayu menatap ke arah Yuan. Dia yang duduk di singgasana bukanlah orang lain melainkan dirinya sendiri yang lain, Yuan yang lain dengan dua sayap hitam di punggung dan tanduk di kepala.Mata Yuan menatap dirinya yang lain yang berada di singgasana. Sosok itu berdiri dan baru melangkah lingkaran yang ada di bawahnya bersinar dan membentuk sebuah perisai. Dia kembali duduk dan perisai itu menghilang kembali.“Kau lihat, aku tidak bisa keluar dari
Baca selengkapnya

78. Pemurnian Dua Belas Jenderal

Penjara Istana Es tidak memiliki penjaga. Jangankan penjaga, Istana Es sendiri hanya dihuni oleh tiga orang saja, sang ratu dan kedua anaknya, Pangeran Lixue dan Putri Eirlys. Yuan bersama dengan Xavier dan Yui menapaki lorong dan menuruni tangga menuju ke sel tahanan. Dinding kemilau es yang memadat tidak mudah diterobos para tahanan. Penjara memiliki lapisan khusus yang dilindungi kekuatan es sang ratu.“Yuan kau yakin mau memurnikan mereka sekarang?” Yui melirik Yuan. matanya melihat ke arah mata kembarannya.“Tidak ada waktu lagi,Yui, harus sekarang,” jawab Yuan. “Tidak ada waktu, dia akan terkurung lebih jauh lagi jika aku menunda pemurnian kedua belas jenderal hari ini,” batin Yuan. Dirinya yang satu lagi hanya memiliki sedikit waktu sebelum mereka berdua benar-benar terpisah. Lingkaran sihir yang mengurungnya akan semakin kuat setiap waktu.Yui menghela napas, embusan napasnya berubah menjadi uap putih karena suhu yang begitu dingin. “Aku akan membantumu.”“Terima kasih, aku me
Baca selengkapnya

79. Menghilangnya Razen

Para jenderal berkumpul bersama di taman yang berada di luar istana. Mereka menikmati keindahan alam yang mempesona. “Benua Utara yang berselimut salju bisa seperti ini, kurasa harpa itu benar-benar ajaib,” ucap salah satu dari dua belas jenderal dengan nada penuh kekaguman.“Benar,” sahut jenderal lainnya, menunjuk ke kakinya yang telah sembuh. “Pangeran Yuan tidak hanya menghilangkan kontaminasi, tetapi juga memulihkan lukaku. Dia benar-benar sangat baik hati. Bukankah sangat jarang ada yang memiliki kekuatan sebesar itu, tetapi masih peduli dengan yang lain?”Mereka membicarakan kebaikan Pangeran Yuan, juga membandingkan dengan ucapan Jenderal Razen waktu itu. “Jenderal Razen benar,” kata salah satu jenderal dengan tegas. “Seharusnya dia yang menduduki takhta kerajaan. Dunia kegelapan akan bangkit kembali jika dia yang memimpin.”Anggukan demi anggukan terlihat, mereka mencapai kesepakatan untuk menepati janji. Janji mendukung Pangeran Yuan dan menjadikannya raja. “Tapi kenapa Pang
Baca selengkapnya

80. Murka Sang Raja Leiz

Di Istana Kegelapan, awan hitam dan petir yang menggelegar seolah menjadi ciri khasnya. Selama seabad, tak pernah ada hari cerah di sekitar istana. Awan hitam yang tebal bergulung-gulung menambah pekat aura mengerikan dari istana tersebut. Rumor tentang banyaknya korban yang berjatuhan dan tingginya kontaminasi di sekitar ibukota menambah daftar panjang kengerian istana itu.Raja Leiz duduk di singgasananya, wajahnya merah padam dan tangannya mengepal erat. Setiap kali mengingat ucapan Razen, dia menjadi murka.“Panggilkan Jenderal Darren!” perintah sang raja dengan suara yang menggema.Mata Leiz tertuju pada kristal besar di sebelah singgasananya. Bukan rahasia lagi jika kristal hitam itu telah bersih karena ‘kemampuan pemurnian’ Raja Leiz yang sebenarnya hanyalah tipuan. Perlahan, kilau dari kristal itu memudar, lapisan es yang menyelimutinya mulai meleleh dan warna hitam kristal kembali terlihat.“Gawat, jika ada yang masuk dan memintaku melakukan pemurnian tanpa adanya Lixue, repu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status