Semua Bab Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan: Bab 161 - Bab 170

172 Bab

BAB 162 Bukan salahnya

Ayrin menghela napas berat sambil terus memantau kondisi anaknya yang masih terbujur koma di ranjang rumah sakit. Setiap hari, perasaan bersalah itu menekan dadanya, seakan-akan menambah beban yang tak terlihat di bahunya. Sudah berhari-hari Rania koma, dan selama itu pula Ayrin menghindari Frans. Memang bukan salah pria itu, tetapi Ayrin belum bisa melupakan tatapan putrinya yang penuh rasa sakit saat melihatnya bersama Frans.Suatu hari, saat mereka berpapasan di rumah sakit, Frans mencoba menghiburnya. "Aku mengerti, Rin," katanya dengan lembut, suaranya penuh pengertian. "Aku mengerti perasaanmu.""Maafkan aku, Frans. Aku masih butuh waktu untuk bisa mencerna semuanya," ujar Ayrin dengan perasaan tak enak. Frans sudah begitu baik padanya, selalu mendengarkan keluh kesahnya tanpa niat lain. Tapi sekarang, d
Baca selengkapnya

BAB 163 Hati yang penuh harap

Ayrin selalu setia menunggu di sisi Rania. Setiap malam, dia bercerita tentang hari-hari mereka dan memanjatkan doa, berharap mukjizat akan datang. Dengan hati penuh harap,  dia menggenggam tangan anaknya yang dingin dan tak bergerak. "Bangunlah, Nia. Mama janji akan melakukan apa pun yang Nia mau," bisiknya dengan suara bergetar sambil menatap wajah putrinya yang masih memejamkan mata.Namun, Rania tetap diam. Wajahnya tenang, seolah sedang dalam tidur yang dalam. Ayrin menghela napas, menahan air mata yang hampir tumpah. "Mama janji kita akan kembali seperti dulu, Nia. Mama janji akan kembali sama Papa asal Nia bangun," bisiknya dengan penuh harap.Keputusan untuk kembali bersama Reygan bukanlah hal yang mudah bagi Ayrin. Sudah cukup lama dia memikirkannya, meresapi setiap konsekuensi. Ia tahu bahwa demi anak-anaknya, kebahagiaan mereka harus diutamakan.
Baca selengkapnya

BAB 164 Masih mencintaimu

Lily mengawasi Reygan dan Ayrin dari kejauhan, matanya dipenuhi dengan pandangan tak suka yang jelas terpancar dari ekspresinya yang dingin dan tajam. Hatinya membara dengan rasa kebencian dan kekesalan yang sulit untuk ditahan. Bagaimana mungkin wanita itu berani kembali ke dalam kehidupan Reygan begitu saja dan merebut kebahagiaan yang baru saja mulai dia rasakan? Dengan langkah penuh kemarahan, Lily mendekati mereka."Lama sekali sih, Om! Padahal cerita Lily kan belum selesai," ujar Lily dengan manja, suaranya penuh dengan sindiran. Dia meraih bahu Reygan dengan agak kasar, ingin melepaskan pelukan mereka.Ayrin terdiam, matanya terbelalak kaget saat menyadari siapa sosok gadis itu. "Lily...," bisiknya dengan nada tak percaya, hatinya berdegup kencang."Hai, Tan
Baca selengkapnya

BAB 165 Masih belum terlambat

Ayrin dan Reygan kembali bersama ke rumah sakit. Langkah mereka terayun mantap, seakan sudah menemukan keputusan besar yang akan mengubah segalanya. Ketika Frans melihat mereka, matanya langsung menangkap sinyal yang jelas—Ayrin telah membuat keputusan untuk memaafkan suaminya. "Jadi, inikah kejutannya?" kata Frans dengan tenang, matanya yang penuh pengertian menatap dalam ke mata Ayrin. Setelah Reygan pergi ke sudut lain ruangan untuk memberi keduanya privasi, mereka akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berbicara."Maafkan aku, Frans," gumam Ayrin sambil menundukkan kepalanya, jemarinya saling meremas dengan gelisah. Dia merasa berat untuk mengucapkan kata-kata itu, tetapi tahu bahwa dia harus melakukannya.Frans mendekat dan memegang kedua pundak Ayrin dengan lembut namun tegas, memaksa wanita itu men
Baca selengkapnya

BAB 166 Tak sesuai harapan

Reygan melangkah masuk ke dalam klub malam yang gemerlap, tempat di mana dia pertama kali bertemu dengan Lily. Lampu berwarna-warni yang berkedip-kedip dan musik yang menghentak keras tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari kekhawatiran yang menghimpit hatinya. Dia menelusuri setiap sudut klub, berharap menemukan gadis itu di antara kerumunan orang. Namun, sia-sia. Lily tidak terlihat di mana pun."Di mana kamu, Lily?" bisiknya putus asa pada diri sendiri, suaranya tenggelam di tengah bisingnya musik. Rasa bersalah semakin mencengkeram hatinya dengan setiap detik yang berlalu tanpa menemukan gadis itu. Dia hampir tergoda untuk mengalihkan perasaannya dengan segelas minuman. Namun, saat tangan terulur menuju bar, ponselnya bergetar. Panggilan dari Ayrin menyentak kesadarannya."Lily, Mas. Kami sudah bertemu d
Baca selengkapnya

BAB 167 Penebusan dosa

Reygan duduk di sudut ruang tunggu rumah sakit, dengan tatapan kosong yang menatap ke langit-langit putih yang terang. Setiap hari, ia merasa tersiksa oleh pertanyaan tak terjawab dan rasa bersalah yang membelit hatinya. Air mata sering kali tak bisa ia tahan lagi, mengalir deras ketika melihat Rania yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang perawatan, dan Lily yang masih berjuang untuk hidupnya."Kalau memang dosa-dosaku lah yang menyebabkan semua ini. Tolong limpahkan semuanya padaku, Tuhan. Jangan pada anak istriku. Mereka tidak bersalah. Akulah yang penuh dosa," gumam Reygan dengan suara gemetar, bibirnya bergetar dalam keputusasaan yang mendalam.Tidak hanya Reygan yang dihantui rasa bersalah yang mendalam, tetapi juga Frans. Setiap hari, pria itu duduk di sisi ranjang Lily, memegang tangannya yang lemah, membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Kat
Baca selengkapnya

BAB 168 Di ambang hidup dan mati

Ayrin menatap wajah Lily yang pucat di ranjang rumah sakit sebelum operasi transplantasi ginjal yang sebentar lagi akan dilakukan. Hatinya serasa diremas melihat betapa rapuhnya gadis itu. Di dalam hatinya, ada perasaan yang tak terlukiskan. Entah dari mana datangnya perasaan ini, setiap kali berada di samping gadis ini, dia merasakan ada tali tak kasat mata yang mengikat mereka, seolah-olah Lily adalah bagian dari dirinya sendiri.Dengan lembut, Ayrin membelai kepala Lily, sentuhan yang penuh kasih dan kelembutan, seakan gadis itu adalah anaknya sendiri. "Cepatlah sembuh, Lily. Cepatlah kembali pulih. Izinkan Tante meminta maaf padamu. Izinkan Tante menjelaskan semuanya," bisik Ayrin dengan suara yang hangat namun penuh harap. Matanya berkaca-kaca, berharap agar gadis itu segera membuka mata indahnya lagi.Jika dulu Ayrin sangat tidak menyukai tatapan Lily yan
Baca selengkapnya

BAB 169 Kembali utuh

Setelah akhirnya pulih, Ayrin memutuskan untuk menemui Lily bersama Reygan. Saat mereka masuk, mata Lily menatap mereka dengan perasaan campur aduk. Tidak ada lagi sorot tajam dan kebencian seperti dulu. Yang terlihat di sana hanyalah penyesalan yang mendalam. Gadis itu menundukkan kepalanya, suaranya gemetar saat berkata, "Maafkan Lily, Tante. Maafkan sikap Lily selama ini."Ayrin merasakan gelombang kesedihan mengalir di hatinya. Dia mendekati Lily dengan langkah pelan dan mendekap tubuh gadis itu dengan lembut. "Maafkan Tante juga, Lily. Maaf karena sikap Tante membuatmu salah paham. Maaf karena membuatmu tidak nyaman selama ini," balasnya dengan suara bergetar. Lily pun menangis, menumpahkan segala penyesalan dan kesedihannya di dada Ayrin. Dalam dekapan hangat itu, semua ketegangan yang selama ini a
Baca selengkapnya

BAB 170 Kembali utuh 2

Setelah semua ketegangan ini mereda, Ayrin dan Reygan kembali ke rumah mereka sambil saling bergandengan tangan, perasaan lega dan bahagia terpancar dari wajah mereka."Hai, Sayang," sapa mereka pada anak-anaknya yang tengah duduk bersama di ruang keluarga. Rian dan Rania, yang sedang asyik dengan aktivitas mereka, segera menoleh bersamaan. Melihat kedua orang tuanya datang bersama dengan senyum bahagia membuat hati mereka meledak oleh kebahagiaan."Mama dan Papa nggak akan berpisah, kan?" tanya Rian dengan hati-hati setelah beberapa saat lamanya mereka duduk bersama. Ada kekhawatiran di balik tatapan matanya yang polos, kekhawatiran akan perpisahan yang mungkin terjadi lagi.Reygan tersenyum sambil menoleh ke arah Ayrin, tatapannya penuh kasih. "Bodoh kalau Papa melepaskan wanita sebaik Mama, Rian," katanya dengan
Baca selengkapnya

BAB 171 Seperti putriku yang hilang

"Selamat datang, silakan duduk," sambut Ayrin dengan senyum tulus, matanya berbinar-binar bahagia.Lily dan Frans duduk di tempat yang telah disiapkan, dan tanpa menunggu lama, mereka mulai menyantap hidangan yang telah tersedia. Suasana terasa nyaman dan akrab, seolah mereka sudah menjadi satu keluarga besar."Wah, masakan Tante memang oke juga," puji Lily dengan jujur setelah mencicipi satu suapan. "Semuanya enak, Tan."Ayrin baru akan menjawab, tetapi Rania dengan cepat menyela. "Iya, dong. Masakan Mama emang yang paling enak," ujarnya penuh kebanggaan. Pujian itu membuat semua orang di meja makan tersenyum."Kalau begitu, aku main ke sini setiap hari deh, biar bisa makan enak terus," goda Lily sambil melirik ke arah Rania.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status