All Chapters of Sistem Militer : Bertahan Dari Kiamat Zombie: Chapter 121 - Chapter 130

156 Chapters

Bab 121 AC-130 Tiba

Saat Spooky-1 berbaris di zona tempur, pilot melaporkan ke pusat komando, "Spooky-1 ke Eagle Actual, dua menit lagi."Kokpit menjadi penuh dengan kewaspadaan, setiap anggota kru menyesuaikan diri dengan peran masing-masing. Pesawat tempur yang memiliki persenjataan mematikan ini memiliki satu misi sekarang yaitu melakukan serangan tepat ke kedua target.Petugas sistem senjata (WSO) terus menatap layar inframerah dan layar penargetan, menunggu koordinat untuk misi penembakan."Dimengerti, Spooky-1," suara Richard kembali terdengar jelas melalui radio. "Target ditandai dengan cahaya IR. Konfirmasikan jika target sudah berada dalam jangkauan visual.""Konfirmasi visual dalam satu," WSO melaporkan, cahaya hijau dari layar membentuk sudut tajam pada wajahnya yang terfokus. Tangannya bergerak dengan efisiensi yang terlatih, membalik sakelar untuk menghidupkan howitzer 105mm.Pesawat tempur itu, AC-130 yang dikenal sebagai Spooky-1, adalah perangkat artileri udara, jauh berbeda dengan drone
Read more

Bab 122 Membawa Pulang Target

16 September, pukul tiga sore matahari menyinari kota itu, sinarnya memantul di badan Boeing CH-47 Chinook saat Helikopter ini melintas di langit dekat TPLEX.Di dalam helikopter dengan dua rotor itu, kokpitnya merupakan benteng pertahanan yang terkendali. "Kami mendekat ke LZ (Lending Zone)," terdengar suara pilot yang tegas dan berwibawa. Tangannya mantap pada tuas pendorong."Eagle Actual ke Iron Horse, kami terima," suara Richard menjawab melalui komunikasi, sambungannya sedikit berderak karena jarak. "Harap diperhatikan, target sudah tergeletak di tanah, kemungkinan mereka sudah mati, tapi tetaplah berhati-hati.""Dimengerti, Eagle Actual," matanya mengamati alat pengukur dan medan di depan.Dua menit kemudian, lanskap jalan tol ditandai dengan kawah dan bekas ledakan yang menghitam dari peperangan sebelumnya. ."Eagle Actual, kami sudah melihat LZ (Lending Zone)," pilot menyampaikan, suaranya mantap, tidak menunjukkan ketegangan yang menegang di dalam kokpit.Pendaratan Chinook
Read more

Bab 123 Tugas Pertama Korps Sukarelawan

Di Front Barat Kamp Militer Oriental Blackwatch, sebuah JLTV Oshkosh mendekati pos pemeriksaan keamanan. Tentara yang bertugas mengenakan seragam standar Blackwatch, memberi isyarat agar kendaraan berhenti dengan tangan yang terangkat.JLTV Oshkosh mematuhi perintah tersebut, suara mesin yang awalnya berderu menjadi senyap saat pengemudi mematikan kunci kontak. Tentara itu melangkah maju dan mengintip sebentar ke arah para penumpang melalui jendela yang diperkuat sebelum memberi isyarat kepada mereka untuk menurunkan jendela.Para penghuni mobil itu pun menuruti perintah, dan terlihatlah empat orang wanita muda berusia akhir belasan tahun. Mata tentara itu membelalak ketika dia mengenali salah satu penghuni yang duduk di kursi kemudi."Oh! Nona Lisa! Selamat siang. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan Anda di sini," sapa tentara itu, keterkejutannya terlihat jelas dalam nada bicaranya, namun dengan cepat ia kembali bersikap profesional."Selamat siang," Lisa tersenyum hangat sebaga
Read more

Bab 124 Tugas Pertama Korps Sukarelawan Bagian 2

"Baiklah tim, awasi setiap toko swalayan yang terlihat sebelum digeledah," Lisa menginstruksi teman-teman nya, nadanya seperti seorang pemimpin, yang mencerminkan betapa pentingnya misi mereka.Jalanan sepi, dan itu terlalu sepi, yang selalu menjadi pertanda untuk lebih waspada. Kota itu adalah sebuah kota yang awalnya ramai tapi sekarang kota ini menjadi sunyi seperti halnya kota hantu.Denise, membuka peta yang ia bawa, menyebut beberapa lokasi yang mungkin memiliki persediaan logistik. "Ada satu tempat yang hanya berjarak dua blok dari sini. dan jalannya jarang dilalui orang."Lisa berbelok di persimpangan berikutnya, menuju ke toko yang disebutkan Denise."Apa toko itu yang kamu maksud, Denise?" Lisa menunjukkan sebuah papan nama yang sudah pudar yang sesuai dengan jaringan toko swalayan yang mereka cari."Ya, itu dia tokonya," Denise mengonfirmasi, saat mereka mendekati toko tersebut.JLTV Oshkosh berhenti di luar toko. Jendela tokonya kotor, tetapi kacanya masih utuh dan tidak a
Read more

Bab 125 Monster Baru

Angela bereaksi dengan tajam. "Lisa, mundur, sekarang!" teriaknya.Lisa tidak membuang waktu. Dia membanting persneling ke gigi mundur dan JLTV Oshkosh meluncur mundur. Makhluk itu menerjang, langkah kakinya yang berat memecahkan aspal seperti kulit telur. Makhluk itu menghancurkan mobil-mobil yang ditinggalkan seolah-olah terbuat dari kertas, menerbangkannya ke samping dalam kemarahannya."Lebih cepat, Lisa! Dia tepat di depan kita!" Denise berteriak dari belakang sambil melihat ke arah kaca depan.Peringatan Denise datang tepat ketika makhluk itu mengayunkan lengannya yang besar ke arah mereka. Lisa menekan pedal gas ke lantai, mesin JLTV menjerit saat mereka meluncur mundur. Pukulan makhluk itu meleset tipis, mengirimkan gelombang kejut yang menggetarkan gigi mereka."Kiri! Ke kiri!" Ella menginstruksikan dengan tajam, saat sebuah celah besar terbuka di jalan tepat di jalur mereka.Lisa menarik setir ke samping, kendaraan tergelincir di jalan yang tidak rata. Mereka melewatkan reta
Read more

Bab 126 'Jatuhkan dia Monster'

"Teman-teman, dengan luka-luka kita, kita tidak akan bisa mengalahkan makhluk itu," kata Ella.Makhluk yang mereka temui memiliki kemampuan yang luar biasa - melemparkan reruntuhan besar melintasi jarak yang jauh dengan mudah, melompat dengan jarak yang melampaui pemahaman mereka, dan memberikan pukulan dahsyat yang meretakkan tanah di bawah mereka. Pilihan mereka terbatas; berlari lebih cepat dari makhluk itu bukanlah salah satunya.Bagaimana kalau melawannya? Nah, Ella sudah memperhitungkan hal itu. Jika makhluk itu bisa membelah sebuah mobil dan mengirimnya terbang sejauh sepuluh sampai dua puluh meter, tidak mungkin senjata kecil mereka bisa melukainya. Senjata mereka tidak dirancang untuk skala ancaman seperti ini.Ella melanjutkan, suaranya diwarnai dengan sisi realisme yang keras, "Kita harus berpikir defensif. Senjata kecil kita tidak akan banyak membantu melawan sesuatu yang bisa melempar JLTV seperti mainan.""Berapa lama lagi sampai paket serangan tiba?" Angela bertanya."Se
Read more

Bab 127 Selamat tinggal, Lisa

"Jatuhkan dia, monster!" Denise berteriak.Namun makhluk itu tidak bergeming. Teriakan kesakitan Ella memenuhi udara saat cengkeraman monster itu semakin erat. Kedua gadis itu terus menembak, mereka membidik mata makhluk itu, mereka juga menembaki sendi-sendinya, mereka terus melepaskan tembakan yang mungkin bisa memaksanya melepaskan Ella.Terlepas dari usaha mereka, cengkeraman monster itu tidak goyah. Teriakan Ella semakin menjadi-jadi seiring dengan tekanan yang semakin meningkat, dan Lisa serta Denise hanya bisa menyaksikan dengan ngeri saat perjuangan teman mereka melemah.Beberapa saat kemudian, Ella mencoba meraih mereka dengan lengannya, seolah-olah ingin memeluk mereka.Lisa dan Denise berhenti menembak, amunisi mereka habis, tindakan sia-sia mereka terasa berat di udara. Monster itu, dengan tekanan terakhir ia mengakhiri penderitaan Ella. Tubuh Ella menjadi lemas, kehidupan padam dari matanya.Dalam keheningan yang terjadi setelahnya, hanya diselingi oleh suara pertempuran
Read more

Bab 128 Sebuah Harapan

Lisa berjalan perlahan menuju pintu masuk toko buku, kesedihan membebani pundaknya. Tangannya meski gemetar, dia tetap menggenggam senapan M4-nya dengan erat. Air matanya telah mengering di pipinya, meninggalkan jejak kesedihan. Ia harus memeriksa apakah diluar sudah aman, untuk memastikan apakah ia benar-benar aman sekarang. Dengan menarik napas dalam-dalam, dia mendorong pintu."Huuft"Dia mengintip ke luar dengan hati-hati, matanya memindai makhluk yang telah mengubah misi mereka menjadi mimpi buruk.Jalanan sepi dan hening yang meresahkan. Lisa melangkah keluar, sepatunya berderak di atas pecahan kaca. Udara pekat dengan debu dan aroma asap yang tajam serta sesuatu yang lain, mungkin itu rasa takut, atau sisa-sisa pertempuran yang baru saja terjadi.Dengan setiap langkahnya, latihan Lisa yang sudah ia lalui mulai bekerja, mendorong kesedihan yang menutupi perasaan nya. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain, matanya melesat ke setiap bayangan, setiap tempat persembunyian ya
Read more

Bab 129 Harapan Baru?

Helikopter Apache melanjutkan serangannya dengan cepat, penembak di kursi belakang dan melacak pergerakan monster di bawah. Senapan rantai M230, meriam 30 mm yang mampu menembakkan 625 peluru per menit, melepaskan rentetan peluru ke arah monster itu.Kulit monster itu udah terluka dan berasap akibat serangan sebelumnya. Monster itu memungut bongkahan-bongkahan jalan yang hancur, melemparkannya dengan akurasi yang mematikan. Namun Apache itu gesit, menukik tajam untuk menghindari proyektil yang datang.Di dalam kokpit, tangan sang pilot tetap tenang meski adrenalinnya mengalir deras. Dengan setiap manuver, ia tetap berada di luar jangkauan makhluk itu, sehingga penembak dapat melepaskan tembakan tanpa henti.Monster itu tidak bisa berbuat apa-apa selain melemparkan puing-puing ke arah Apache karena tidak bisa menjangkaunya. Dengan itu, monster itu tampaknya mengubah taktiknya. Monster itu tidak lagi berada di tempat terbuka, dia berkeliling di antara blok-blok gedung, dia menggunakan b
Read more

Bab 130 Beberapa Menit Sebelumnya

Beberapa menit sebelumnya, di Kamp Militer Oriental Blackwatch."Pak, makhluk tak dikenal itu telah dipindahkan ke laboratorium kita," Graves melaporkan, suaranya tegas, sambil berdiri di belakang Richard, yang menghadap ke landasan pacu kamp."Bagus," Richard menjawab dan melanjutkan. "Pasti ada pil di dalam tubuh mereka yang entah bagaimana mengendalikan gadis-gadis itu. Keluarkan pil itu, dan lihat apakah kita bisa membuat mereka berpihak pada kita. Jika tidak, maka kita akan memusnahkan mereka. Kita tidak boleh membiarkan orang seperti mereka berada di dekat kita."Graves mengangguk. "Itu keputusan yang bijaksana, Pak. Em... Pak, apa aku boleh mengajukan pertanyaan?""Kamu tidak perlu meminta izin dari ku," kata Richard sambil tersenyum kecil, perhatiannya masih terfokus pada landasan pacu. "Tanya saja.""Aku minta maaf, Pak...""Dan kamu tidak perlu meminta maaf," jawab Richard dengan lembut. "Bicaralah padaku seperti layaknya kita berteman, membicarakan hal-hal yang santai tanpa
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status