All Chapters of Gadis Kriminal dan Tetangga Misterius: Chapter 31 - Chapter 40

78 Chapters

Special Chapter (Sedikit Tampan)

Saat akhirnya tiba di bengkel, Chika tengah memperhatikan motornya dari kejauhan seraya kedua tangan yang berusaha membuka kunci helm. Entahlah, maniknya terpaku kepada motornya yang ternyata baru saja disentuh oleh montir."Chik, lepas dulu helmnya,"Suara berat Dirga terdengar merangsak ke dalam rungunya, namun setiap pergerakannya langsung terhenti ketika kedua maniknya menangkap Dirga yang telah melepas helmnya. Maniknya mengerjap beberapa kali, dan secara mendadak gadis itu seperti mengalami sesak nafas.Potongan rambut laki-laki itu sukses membuatnya mematung. Pasalnya, sejak tadi dia tak memperhatikan bagaimana tampan—eh, rapinya rambut Dirga yang baru saja dipangkas. Rupanya itu juga mengubah tampilannya. Entahlah, Chika bahkan sulit mendeskripsikan apa yang dia lihat saat ini. Mendadak seluruh jarinya tak dapat digerakkan, sampai membuat Dirga turun tangan guna membuka helmnya."Kenapa, sih?" tanya Dirga lagi.Jari telunjuknya tampak bergerak acak dengan bibir yang sedikit te
Read more

31. Persiapan Matang

Bermodalkan laptop yang dia bawa dari rumah dan flashdisk yang diberikan Dimas, gadis itu meletakkan seluruh fokusnya. Tangan dan otaknya bekerja sama dalam menyusun rencana yang lebih rapi. Dengan sedikit bantuan yang diberikan Dirga kala itu, juga ia cantumkan dalam susunan rencana tersebut.Manik hitam dengan kilauan cantiknya itu beberapa kali menyipit ketika Dimas tengah meretas beberapa sistem yang mereka butuhkan. Memang, dalam urusan ini hanya Dimas yang bisa dia andalkan dalam sekelebat pikiran."Gue pikir, lo bakal ngelupain rencana ini," kata Dimas tanpa memalingkan wajah.Tangan yang terlipat di depan dada, dan kaki yang bertumpu membuat Chika merasa begitu rileks setelah dia akhirnya mendapatkan waktu luangnya. Mungkin memang begitu yang dipikirkan Dimas, namun pada kenyataannya hampir setiap malam Chika selalu memikirkan rencana yang harus dia lakukan dengan tuntas. Lantas dengan satu hembusan nafas yang keluar, dia berkata."Kalau gue lupain, yang ada bokap gue nggak be
Read more

32. Permintaan Kedua Dirga

Dirga baru saja meletakkan motornya di depan rumah, pribadi itu juga ingin meletakkan penat tubuh dan peningnya kepala setelah beberapa jam mengerjakan soal ujian. Pasti menyenangkan hal yang sudah terbayang dalam angannya. Bahkan, tepat setelah helmnya diletakkan nyaman pada tangki bensin, Dirga mulai meregangkan otot tangan dan punggungnya dengan sedikit erangan.Tangannya menarik kunci motor, lantas membawa langkahnya memijak anak tangga pertama pada teras rumah. Namun, atensinya teralihkan saat melihat tetangganya tampak terburu mengunci pintu rumah sampai benda tersebut jatuh ke lantai."Tante, mau kemana?" tanya Dirga."Ke klinik, Chika kecelakaan," ucap ibunda Chika.Bagaikan sebuah satu amunisi yang ditembakkan hingga menembus dadanya, jantungnya menyebarkan rasa panas ke sekujur tubuh. Maniknya terbelalak, serta bibir yang sedikit terbuka karena terkejut mendengar kabar tersebut. "Tante, saya ikut!" kata Dirga yang membatalkan niatannya untuk masuk ke dalam rumah.Pikiran ya
Read more

33. Pemberi Perhatian

"Makasih, udah ngurus motor Chika,"Ditengah-tengah keadaan langit yang tampak menimbang untuk menumpahkan atau menghilangkan hasil penguapan air laut itu, Dimas menoleh mendapati suara yang menyambangi indera pendengarannya. Tubuh yang semula membungkuk melihat bagian dalam motor Chika, seketika ditegakkan bersamaan dengan berkacak pinggang sebagai bentuk sambutan.Wajah angkuh Dimas berhadapan dengan air muka tenang yang dibawa Dirga dalam jaraknya. Cukup mengejutkan menerima tamu tak diundang dengan balutan seragam sekolah yang masih melekat pada tubuhnya."Di sini nggak buka tempat les," kata Dimas.Salah satu sudut Dirga terangkat, seakan tergelitik dengan kalimat yang baru saja mengudara. "Gue cuma mau ngambil motor Chika," katanya seraya mengeluarkan tangan dari kedua saku celananya.Tangannya dia letakkan pada motor tepat di sebelahnya, sedangkan satunya lagi dia letakkan di atas pinggang. Tatapannya lurus ke arah Dimas yang sedari tadi masih setia dengan posisinya. Dengan sua
Read more

34. Yang Bersembunyi

Dirga tahu, setiap keberuntungan itu datangnya tidak setiap hari. Barangkali mereka juga memiliki tanggal yang telah terjadwal rapi untuk menghampirinya. Namun, disaat setiap rentetan angka dan formula yang tercetak di atas kertas itu memusingkannya, Dirga mendadak membutuhkan keberuntungannya. Tidak bisakah mereka datang lebih awal dari yang dijadwalkan? Keadaan Dirga begitu darurat sampai semua bulir-bulir keringat keluar dari pori-pori.Padahal, dia sangat begitu yakin telah mempelajari rumus-rumus yang sebelumnya cukup mudah untuk bisa dia selesaikan. Hanya saja, sesuatu yang tercampur secara berlebihan di dalam pikirannya ini justru mengacaukannya.Tepat setelah keluar dari kamar Chika, secara mendadak ibunda Chika menarik lengannya sampai ke halaman belakang rumah. Hal yang membuatnya bingung itu justru mengejutkannya, sampai butuh waktu beberapa detik untuk jantungnya berdekat kembali ketika diajak mengobrol."Tante sedikit dengar apa yang kamu dan Chika bicarakan. Tapi, maksud
Read more

35. Pesan Banyak

"Dirga, pengen burger,"Itu adalah permintaan yang lolos dari mulut Chika ketika dia hanya melihat Dirga berkutat dengan buku-buku pelajaran di ruang tamu rumahnya. Butuh waktu lama untuk mengajukan permintaan itu setelah bergelut dengan pemikirannya lantaran tak ingin mengganggu waktu belajar pribadi itu. Namun, keinginannya tak mampu Chika pendam lebih lama lagi sampai pada akhirnya mengalihkan atensi Dirga dari buku sainsnya.Tanpa menolehkan kepala, Dirga menyambar ponsel yang diletakkan di sebelah tasnya guna membuka aplikasi pesan antar. Dia menyerahkan ponselnya pada gadis itu, membiarkannya memilih apa yang ingin dimasukkan kedalam saluran pencernaannya."Lo mau yang ukuran apa?" tanya Chika."Samain aja nggak apa-apa,"Gadis itu paham, dan tentunya juga langsung melakukan pembayaran dengan menggunakan saldo laki-laki itu. Dalam hati berkata, ada bagusnya ketika Dirga memilih untuk belajar di rumahnya—kendati tak ada hubungannya dengan dirinya yang hanya sebatas adik kelas.Di
Read more

36. Mengganggu dan Mendebarkan

Bentangan cakrawala sore hari ini menampilkan semburat jingga yang mampu menarik banyak orang untuk tenggelam pada perasaan tenang dan damai. Seorang laki-laki yang tampak menenteng tas selempang milik gadis terkasihnya itu tak bisa berhenti melepas senyumnya ketika menyaksikan bagaimana tenangnya wajah sang gadis yang tertutup rapat dengan seutas senyuman. Dia menikmati kehidupannya yang terasa begitu damai sembari menyerap energi baik dari lingkungannya."Ternyata begini ya, hidup tenang tanpa adanya masalah," kata sang gadis."Ketenangan dalam kehidupan itu salah satu kebahagiaan yang nggak bisa diukir maupun dibayar dengan apapun," balas sang laki-laki yang turut duduk bersebelahan dengan sang kekasih. "Cukup jalanin pagi dengan minuman hangat dan sepotong roti, menghirup udara pagi. Seperti itu salah satu ketenangan dan kedamaiannya," imbuhnya.Laki-laki itu juga tak bisa membuang pemandangan indah langit sore ini. Dia merasakan bagaimana sebelah tangannya dirangkul begitu kuat o
Read more

37. Mengejutkan

Mungkin Chika harus mempertanyakan langsung pada yang bersangkutan perihal sikapnya yang mendadak dingin. Terlebih ketika ia ditinggal usai Dirga memarkirkan motor. Kalau tidak Chika panggil, mungkin laki-laki itu akan membiarkannya membusuk tanpa berniat membantu."Temenin jalan. Gue nggak percaya diri," kata Chika.Dengan helaan nafas terberatnya, Dirga menurut dan berdiri di belakang gadis itu dengan langkah yang begitu lambat. "Nggak bakal selesai kalau begini," ucapnya lirih.Langkah lambat yang Chika lakukan saat ini bukanlah pilihan yang dia ambil. Beruntung satu minggu memiliki waktu istirahat di rumah membuat keadaannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Ya, walau hari ini dia harus menggunakan kruk saat berjalan ke kelasnya sendiri. Dan masih beruntung juga, lantaran Dirga mau berangkat bersama. Hanya saja, hal yang baru dia dapati bukanlah kehendaknya.Dirga menggendongnya yang nyaris menjatuhkan kruk, membawa keduanya dengan langkah yang lebih cepat untuk tiba di tujuan. Kua
Read more

38. Menyesakkan

Satu hari telah dilewati oleh para murid di sekolah, dan tepat setelah adanya bel pertanda pulang, mereka berbondong-bondong untuk sekolah meninggalkan tempat mencari ilmu ini. Namun, Chika hanya bisa berdiam diri di tempat duduknya dengan rasa takut yang masih menyambangi diri.Gadis itu berhenti menggigit kuku ibu jarinya ketika bosan Dirga masih terus menempel kuat di kepala. Dia sampai mengabaikan tawaran bantuan dari teman sebangkunya."Chik," panggil Dirga.Respon gadis itu langsung kuat untuk menoleh ke arah Dirga yang berlari kecil menghampirinya. Dia juga seakan bisa mengambil banyak oksigen setelah laki-laki itu turut duduk di sebelahnya dengan raut wajah yang tak jauh berbeda. Secara kontan dia memegang tangan Dirga yang cukup untuk menghangatkan tangan dinginnya."Kita bahas di luar. Ayo, sekarang pulang, dan tolong bersikap biasa aja," perintah Dirga.Dirga menggendong Chika di belakang tubuhnya supaya mereka berdua bisa segera meninggalkan sekolah ini. Dan di belakang tu
Read more

39. Kehilangan Konsentrasi

Terdapat perubahan yang cukup jelas sejak beberapa hari lalu. Sesuatu yang hampir tidak pernah dilihat sebelumnya, seperti banyak diam dan melamun. Pun Dirga juga tak memiliki banyak keberanian untuk berbicara pada gadis itu. Belakangan ini, tugasnya memang hanya seperti mengantar-jemput Chika.Semilir angin yang menerbangkan tiap helai rambut Chika sama sekali tak mempengaruhi gadis itu untuk terus menatap danau di depannya. Ini salah satu bentuk syukur Dirga ketika gadis itu memintanya untuk diantar ke sebuah danau. Barangkali memang Chika bosan hanya melakukan kegiatan yang sama setiap harinya setelah hari itu."Dirga," panggil Chika untuk kali pertamanya. "Gimana kalau tiba-tiba gue masuk penjara?" tanyanya.Mendengar pertanyaan itu kontan membuat tolehan kepala Dirga terasa berat beriringan dengan rasa keterkejutan. Pandangannya langsung terarah pada pupil Chika yang terlihat adanya getaran putus asa. Dirga bertanya-tanya, jawaban apa yang ingin Chika dengar atas pertanyaannya ba
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status