All Chapters of PERNIKAHAN DADAKAN DENGAN MAJIKAN TAMPAN: Chapter 41 - Chapter 50

61 Chapters

Bab 41  Tuntutan Ambar

Wajah Ambar merah padam. Dia benar-benar tidak terima Alvaro berulang kali membentaknya. Namun, ketika dia ingin membantah tuduhan Alvaro, dari dalam muncullah Afreen yang sudah mengenakan piyama. Bocah lelaki itu berlari memeluk Ambar dan menatap Alvaro nyalang. Dia lalu berkata marah, “Kenapa Papa memarahi Mama?”Alvaro terkejut melihat anaknya tiba-tiba muncul. “Saayang … Papa nggak marahin Mama kok.”“Tapi kenapa suara Papa keras ke Mama seperti … seperti orang bentak-bentak,” ucap Afreen.Alvaro terdiam dia tidak bisa mencari alasan lagi. Suaranya memang tinggi karena dia sedang membentak Ambar.Melihat Alvaro kebingungan merespon kata-kata Afreen, Ambar berjongkok. Mata Ambar menatap mata Afreen lekat, “Papa nggak marahin Mama, kok. Papa dan Mama sedang diskusi."‘Diskusi itu apa Ma?” tanya Afreen lugu. “Diskusi itu … orang-orang dewasa yang sedang bicara serius jadi suaranya keras,” jelas Ambar.Afreen manggut-manggut. “Oo gitu.”“Iya … jadi karena Papa dan Mama mau diskusi, A
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Bab 42  Permintaan Aneh Alvaro 

“Kenapa kamu diam saja? Sekarang jelaskan untuk apa kamu meminta Mbak Anisa datang ke ruanganku dengan membawa makanan. Apa maksudmu?” desak Ambar.Alvaro tersentak. Rupanya dia tidak menyangka Ambar akan menanyakan hal itu. Raut Alvaro yang semula datar mulai beriak. Di wajah lelaki itu mulai menunjukkan kebingungannya dalam memberikan jawaban pada pertanyaan Ambar.“Untuk apa kamu tanyakan itu?” Wajah Alvaro sudah kembali menjadi datar ketika bertanya.“Memangnya salah kalau seorang pimpinan memperhatikan kebutuhan bawahannya?” lanjut Alvaro.“Ini bukan tentang salah atau benar, hanya terasa aneh saja. Kamu meminta aku menyembunyikan status sebagai istri kamu, tapi kamu sendiri justru membuat orang-orang semakin curiga kepadaku.” Ambar berkata dengan kesal.Alvaro menelengkan kepalanya ke arah kanan untuk melihat Ambar lebih jelas. Namun dia tidak memberikan reaksi apapun ketika melihat wajah kesal Ambar.Melihat Alvaro tampak cuek Ambar melanjutkan ucapannya“Di hari pertama aku
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Bab 43.  Kepergok 

Ambar melongo. “Ganti baju? Memangnya kenapa dengan gaun ini? Bukankah gaun ini salah satu yang kemarin kamu belikan itu? Artinya kamu sendiri yang memilih gaun ini. Jadi kenapa sekarang kamu meminta aku ganti baju?” “Sudah jangan banyak tanya! Lakukan perintahku!” sentak Alvaro.Ambar tersentak mendengar nada bicara Alvaro yang tinggi. “Kamu kenapa, sih, pagi-pagi sudah bikin emosi?”“Makanya kalau aku minta sesuatu itu harus segera kamu turutin bukannya membantah!” potong Alvaro tak sabar.Afreen yang duduk di meja makan bersama Ambar dan Alvaro menyaksikan perdebatan kedua orang tuanya itu. Dia kemudian mengerucutkan bibirnya. Bulu matanya pun mulai bergetar tanda dia sebentar lagi akan menangis.“Papa kenapa bentak-bentak Mama,” protes bocah lelaki itu.Alvaro dan Ambar seketika menoleh mendengar protes Afreen. Melihat wajah bocah lelaki berumur 4 tahun itu siap menangis membuat mereka baru tersadar telah melakukan kesalahan.Ambar yang duduk di sebelah Afreen segera memeluk da
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Bab 44  Korban Gosip 

“Ambil saja kembaliannya, Pak,” ucap Ambar setelah dia turun dari ojek motor.“Lho ini masih banyak uang kembaliannya, Bu,” jawab bapak tua pengemudi ojek. “Iya nggak apa-apa, kan, tadi Bapak bilang belum ada penumpang. Jadi Bapak bisa beli sarapan dengan uang itu,” kata Ambar sambil tersenyum.“Masya Allah terima kasih banyak semoga rezeki Ibu berlipat ganda dan Ibu selalu dalam perlindungan Allah. Aamiin.” Doa tulus pengemudi ojek sebelum berlalu. Ambar menatap kepergian motor butut yang dipakai untuk ojek itu dengan prihatin. Memang sejak fenomena ojek online marak maka ojek tradisional menjadi tersisihkan. Bukan para tukang ojek tradisional itu tidak mau bergabung dengan ojek online, tapi kendala motor mereka yang butut membuat mereka tidak bisa mendaftar menjadi driver ojek online.Setelah motor tukang ojek tak kelihatan lagi, Ambar kemudian melenggang masuk ke kantor sambil menenteng tas belanjaan. Dia tadi memang membeli aneka minuman dan camilan untuk dibagikan dengan reka
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

Bab 45  Sang Penyelamat

Salah satu perempuan yang duduk di meja itu mendecih. Lalu dia berkata dengan sinis, “Belagu sekali. Mentang-mentang dekat dengan Big bos.” Ambar terkesiap mendengar sindiran itu. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ambar segera menarik nafas dalam. Dia berusaha menguasai dirinya. Setelah berhasil Ambar lalu bertanya, “Maksud Mbak apa ya?” Sambil menunggu jawaban Ambar menatap bergantian kelima perempuan yang duduk semeja itu. Ambar mengenali mereka sebagai para perempuan yang tadi pagi sudah bergosip tentang dirinya. Kelima perempuan itu rupanya tidak suka melihat tatapan menilai dari mata Ambar. Jadi mereka pun memandang balik dengan sinis. Perempuan yang tadi menyindirnya itu kemudian berkata, “Kenapa Mbak? Mbak tidak suka dibilang dekat dengan big boss? Bukannya itu kenyataannya, ya? Yang tadi turun dari mobil big boss kalau bukan mbak terus siapa?”Sekuat tenaga Ambar menahan gejolak hatinya. Dia merasakan telapak tangannya dingin ketika mengepalkannya. Ambar benar-benar t
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Bab  46   Alvaro VS Ken

“Aku mau tanya, Ken. Kenapa tadi kamu mengatakan ada barangku yang ketinggalan di mobilmu tadi pagi? Bukankah kita belum bertemu lagi semenjak pertemuan pertama kita. Jadi mana mungkin kita bertemu tadi pagi?”Ken terkekeh. “Aku sengaja.”Ambar melongo mendengar jawaban Ken. “Kenapa kamu sengaja melakukan hal itu? Apa maksudmu?” “Aku tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja ketika aku masuk ke kantin aku melihat keributan itu. Dan aku juga menyaksikan kamu berdiri tertegun. Kamu tampak kebingungan dan tidak bisa menjawab. Jadi aku berinisiatif mengatakan hal itu,” terang Ken panjang lebar.Ambar menatap Ken tak percaya. ‘Dia masih seperti dulu … selalu menjadi pelindungnya termasuk sekarang ini. Meski tidak tahu perdebatannya tentang apa, tapi Ken tetap membantunya,’ batin Ambar haru. Tatapan Ambar masih melekat erat memindai seluruh wajah Ken ketika sebuah suara bariton mengembalikan fokusnya kembali. "Aku tahu aku ganteng makanya kamu terpesona kepadaku sampai ngeliatin aku nggak berk
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Bab 47   Ambar Terguncang

Bab 47 Ambar TerguncangAlvaro membuka pintu ruangannya dengan kasar dan membiarkannya tertutup dengan keras di depan hidung Ambar. Bukan hanya kaget yang dirasakan oleh Ambar, tetapi hatinya sangat sakit mendapat perlakuan dari Alvaro seperti itu. Raut wajah Ambar sulit untuk dilukiskan karena semua emosi yang bercampur aduk itu tergambar silih berganti di wajah cantiknya.Dengan berusaha keras menekan perasaannya, Ambar membuka pintu ruang kerja Alvaro. Baru saja tubuhnya melewati pintu dan pintu pun belum tertutup dengan sempurna di belakangnya, telinga Ambar sudah disambut dengan gelegar suara Alvaro, “Apa-apaan itu tadi!”“Tadi? Yang mana maksudmu?” tanya Ambar takut-takut.“Yang mana lagi kalau bukan perbuatanmu di tempat parkir tadi,” sahut Alvaro ketus.“Memangnya di tempat parkir, aku melakukan apa?” Ambar kembali bertanya. Dia tampak bingung menghadapi kemarahan Alvaro.“Kamu itu beneran lugu atau pura-pura nggak tahu kalau jadi pusat perhatian!” bentak Alvaro. Bukan cuma
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 48   Hati Ambar Hancur

Bab 48 Hati Ambar Hancur “Ambar kamu kenapa? Apa yang terjadi?” tanya Susan. Dia berdiri di samping pembatas kubikel Ambar. Di sebelah Susan berjajar juga kedua orang sahabatnya. Ambar tidak menjawab. Dia masih menelungkup di mejanya. “Kamu tadi waktu pergi makan siang baik-baik saja, kok, kenapa sekarang jadi seperti ini? Apa terjadi sesuatu saat kamu makan siang? Memangnya kamu makan siang di mana?” Susan memberondong Ambar dengan banyak pertanyaan. Akan tetapi, Susan harus menelan kecewa. Karena masih sama seperti sebelumnya, tidak satu pun pertanyaan Susan dijawab oleh Ambar. Memang tidak terdengar lagi isak tangis Ambar hingga bahunya berguncang, tetapi gadis itu tetap menelungkup di meja.“Sudah … tidak perlu didesak lagi kalau memang dia tidak mau bicara,” seru Wulan dengan nada kesal. Gadis itu memang masih menyimpan rasa tidak suka kepada Ambar. Semua disebabkan oleh kecemburuan Wulan kepada Ambar. Itu sebabnya dia tidak peduli melihat Ambar terpuruk, bahkan diam-diam
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 49   Tugas Rahasia

“Kok bisa Ambar menabrakmu?” “Mungkin karena Mbak Ambar lagi banyak pikiran setelah menangis.” Alvaro meletakkan pena yang tadi dipegangnya. Dia memusatkan perhatian kepada Annisa. “Ambar menangis?” “Iya, Tuan. Wajahnya sembab.”Alvaro menghembuskan napas kasar. “Ya sudah kalau begitu. Terima kasih infonya.”Annisa mengangguk dan kemudian berlalu meninggalkan ruangan Alvaro. Sebelum menutup pintu, Annisa bisa melihat mata pemilik perusahaan besar itu tampak menerawang. Sepeninggal Annisa, Alvaro menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Kepalanya tengadah dan matanya menatap ke langit-langit ruangannya. Sebuah kebiasaan yang dimiliki Alvaro sejak dulu ketika dia sedang banyak pikiran. Namun setelah beberapa saat rupanya pikiran Alvaro belum bisa kembali jernih. Alvaro menegakkan tubuhnya. Dia meraih pena dan memutuskan untuk kembali fokus melanjutkan pekerjaannya. Namun sebelumnya dia bergumam, “Aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku dan pulang. Di rumah aku bisa leluasa m
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

Bab 50.  Alvaro Marah

Bab 50. Alvaro Marah“Khusus untuk laporan yang satu ini kamu bisa bertanya langsung kepada saya. Dan sebaiknya kamu tidak mengatakan kepada siapa pun tentang perintah saya untuk membuat laporan ini,” tegas Pak Salman. Ambar mengerjapkan kelopak matanya mendengar kata-kata Pak Salman. Dia menatap heran bercampur curiga dengan perintah bosnya itu. Dia juga terkejut sekaligus syok mendapat perintah tidak terduga itu, ‘Ada apa ini? Apakah saat ini aku sedang diajak untuk berkolusi dalam merugikan perusahaan? Apa yang harus aku lakukan?’ Pak Salman melihat tatapan Ambar yang aneh terarah kepadanya. Dia tersenyum mafhum ketika menyadari arti tatapan itu. “Tidak usah curiga, karena apa yang saya katakan ini sudah sesuai permintaan Tuan Alvaro. Memang keberadaan Mbak Ambar di sini mempunyai satu misi khusus, tapi itu nanti saja biar Tuan Alvaro yang menjelaskannya.” Mata Ambar membulat dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Namun melihat ekspresi Pak Salman yang tanpa
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status