Home / Romansa / Mempelaiku Bukan Kekasihku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Mempelaiku Bukan Kekasihku: Chapter 21 - Chapter 30

52 Chapters

21. Permintaan Konyol Judith

"Bagaimana kondisimu, Jud? Sudah baikan? Perutmu aman?" Kutodongkan sejumlah pertanyaan kepada pasien semalam yang masih berbaring dengan nyaman di atas tempat tidurku.Berkat provokasi Xander, aku terpaksa berlari pulang hanya untuk mendapati Judith masih terlelap. Ia baru terbangun ketika aku selesai mandi. Tahu begini tadi aku jalan kaki saja. Hah!"Masih sempat ke toilet beberapa kali, tapi sepertinya hari ini sudah tidak apa-apa," jawab Judith dengan suara malas.Wajar dia terlihat pucat, pasti semalam Judith kurang tidur karena sakit perut dan harus pergi ke toilet. Bangun tidur saja kesiangan!"Kenapa kamu tidak membangunkan aku? Sudah kubilang kalau ada apa-apa cepat panggil aku di kamar sebelah," ujarku sedikit mengomel. Semalam sebelum berangkat ke kamar sebelah, aku sudah mewanti-wanti agar Judith memanggilku bila ia butuh bantuan."Bagaimana mungkin aku akan mengganggu kenyamanan sepasang suami istri yang sedang tidur bersama?" cibirnya dengan sindiran nyelekit yang tidak t
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

22. Pencitraan

"Jangan macam-macam!" Teguran keras itu tak hanya mengagetkan Judith, tetapi aku dan Xander pun sedikit tersentak, lalu melihat sekilas satu sama lain. Tanpa sadar kami mengucapkan kalimat itu secara bersamaan. Kami memiliki kekhawatiran yang sama. "Kompak banget, ya, kalian berdua ini," kekeh Judith, tetapi jelas terasa sewotnya. Mimiknya berubah, wajahnya melengos, dan perhatiannya terfokus pada makanan di depannya, satu pertanda bahwa dirinya sedang ngambek. "Tidak baik seorang pemuda dan seorang gadis yang baru mengenal untuk pergi berdua. Tak baik untuk orang yang melihat, dan lebih tak baik lagi untuk mereka berdua," cakap Xander penuh pertimbangan. Hmm, mode bisnis menyala! Sejauh ini aku masih berusaha memahami cara Xander berpikir dan bersikap, dan meskipun belum berhasil seratus persen, aku selalu tahu ketika suamiku bersikap sebagai seorang pebisnis. Saat itu sikapnya sangat percaya diri, meyakinkan, dan sedikit mengintimidasi. "Ah, kau ini seperti ayahku saja."
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

23. "Enak juga punya sopir."

"Barusan Mama telepon, katanya Adam dan Vanessa ke rumah Papa Mama, kita diminta ke sana, dan ... kita akan menginap," cakap Xander menerangkan perubahan rencana tiba-tiba ini.Apa? Menginap??? Aduh, bulu kudukku merinding!Sekadar berkunjung ke rumah mertuaku bukanlah masalah, tetapi menginap di sana??? Tak ada kamar khusus untukku, sebab bagi mereka kamar Xander adalah kamarku juga, dan kami dikondisikan sebagai pasangan yang saling mencintai, tak mungkinlah kami tidur terpisah."Tak perlu overthinking!""Astaga! Ngagetin aja sih!" Aku terpekik pelan tatkala Judith berbisik tiba-tiba. Tanganku refleks menumbuk lengannya, tetapi perempuan itu malah tersenyum meledek."Nikmati saja kesempatan berduaan lagi sama yayang. Semalam kayaknya masih kurang." Seusai membisikkan kalimat jahil itu Judith berlalu secepat pencuri yang menghindari kejaran massa, dan duduk di kursi belakang mobil.Pandai sekali dia menghindari pukulanku lebih lanjut. Diiringi desah menyerah, aku masuk ke mobil, dan d
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

24. Jangan Kecewa!

"Hahahaha. Apaan sih, sayang?" Aku tertawa keras untuk menutupi kecanggungan. Kugerakkan pundakku sembari mendorong dengan lenganku agar Xander menjauh, dan berhenti menempel, tapi sia-sia. Bukannya lepas, pria itu malah mengunciku semakin rapat. "Xander, jangan macam-macam. Yang wajar saja, tak usah lebay," desisku dalam mode senyum ceria, padahal mataku memelototi Xander tajam. Aku tahu maksudnya, seperti biasa kami bersandiwara sebagai pasangan yang saling mencintai di saat ada orang lain, terutama anggota keluarga Smith. Bisa kulihat pula Mr. Ben sesekali melirik dari kaca spion dalam mobil, tetapi menurutku Xander cukup bersikap normal, toh aku akan bekerja sama dengan baik. "Aku tahu kamu modus, kan," tambahku ketika Xander tak kunjung melepaskanku. Mr. Ben Andrews adalah salah satu orang kepercayaan mertuaku yang telah bekerja sebagai sopir keluarga Smith selama puluhan tahun. Namun, sikap Xander sedikit berlebihan bila niatnya hanya untuk memberikan kesan mesra di had
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

25. "Tersipu-sipu tidak akan membuatmu kenyang"

"Ngaco banget, deh, omonganmu!" sentakku seraya menarik tangan dari genggaman Xander.Wah, pria ini sungguh berbahaya! Perkataannya membawa halusinasi. Bagaimana bisa dia menginginkan seorang anak lelaki dariku yang hanyalah seorang istri gadungan?"Kenapa memangnya? Seorang anak perempuan juga tak masalah," tambahnya belum berniat mundur dari pembicaraan tentang anak."Ngawur!""Atau ... kau mau dua-duanya? Satu laki-laki, satu perem ....""Hentikan!!!" Kedua tanganku bergerak cepat menutup mulut Xander sebelum ocehannya semakin melantur. Mataku memelototinya sengit, sementara Xander tak kalah terkejut dan balik menatapku.Selama beberapa saat kedua pasang mata kami bertemu, hingga suasana terasa aneh ... terlalu mendebarkan. Baru aku menyadari bahwa posisi kami terlalu dekat."Ups, sorry!" Niatku adalah menarik kembali tanganku, serta mundur menjauh dari Xander, tapi lagi-lagi gerakan pria ini lebih cepat dariku.Belum juga jarak aman tercapai, lengan Xander yang semula melintang di
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

26. Berbagi Makanan dengan Pujaan Hati

"Bersabarlah, Ma. Baru jalan dua bulan kami menikah, jangan ditanyai dulu soal anak, biar kami menikmati masa pengantin baru berdua," ucap Xander begitu lembut, hingga aku nyaris tak bisa mempercayai telingaku sendiri.Dan aku tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencari posisi aman. Kuanggukkan kepalaku dengan serius sembari mengatakan, "Betul, Ma, betul," kepada ibu mertuaku.Wanita paruh baya itu tersenyum, dan memaklumi kami, seraya menyampaikan harapannya untuk kebahagiaanku dan Xander, tak soal kapan kami akan memiliki anak.Aku tersenyum lega. Meskipun aku tak tahu bagaimana kelanjutan kisahku dengan Xander setahun lagi, entah kami masih bersama ataupun berpisah, setidaknya untuk saat ini hubungan kami masih baik-baik saja, aman terkendali."Kalau ditunda setahun, minimal harus seperti Brian dan Brandon, dong, kembar, atau kalau perlu triplet gitu," sahut Vanessa yang punya hobi nimbrung.Kubungkam mulutku dengan makanan agar tak perlu mengacuhkannya. Ah, aku memang terlalu cepat
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

27. Gaun Merah Menantang

Malam belum terlalu larut, meskipun aku yakin orang-orang di rumah ini sudah lelah dan ingin beristirahat. Akan tetapi, kantuk belum jua menghampiri kedua bocah kembar menggemaskan itu. Uncle Xander adalah korbannya, sebab ia diminta untuk membacakan dongeng sebelum tidur untuk keponakannya itu di kamar mereka.Sementara penghuni rumah yang lain berkumpul di ruang televisi, menyaksikan berita malam; kedua mertuaku duduk berdampingan, Vanessa bermanja-manja dengan suaminya, sementara aku ... duduk sendiri berteman sepi, hingga terkantuk-kantuk."Tidurlah duluan, Theodora sayang, kamu pasti sudah lelah." Ucapan ibu mertuaku sedikit menyentak kesadaranku yang mulai meredup. Tampaknya ia memperhatikanku sedari tadi, dan menyarankan agar aku tidur duluan."Baik, Ma," sahutku pelan, berupaya tak terlihat terlalu lega. Dengan sopan aku pamit, dan mengucapkan selamat malam kepada mereka yang berada di ruangan ini.Ah, syukurlah! Yang ada di pikiranku hanyalah segera berbaring di kasur yang emp
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

28. "Biasa saja, sudah pernah lihat."

"Apa-apaan kamu, Xander??""Dasar tak tahu diri! Kurang ajar!""Plak!"Hardikan keras semacam itu, ataupun sebuah pukulan layak diberikan kepada Xander, karena ia begitu lancang menarik selimut yang kugunakan.Namun, seperti yang sudah-sudah Xander membuatku tak berdaya, dan bingung harus bagaimana."Xander!" pekikku sembari membenahi ujung gaun yang sedikit tersingkap, serta satu lengan menutupi dada secara refleks. Mataku mendelik marah, tetapi lidahku tak mampu berucap lebih banyak. Wajahku panas, dan jantungku berdebar kencang."Hah!" dengus Xander sambil melotot. "Biasa saja, sudah pernah lihat." Sebelum detik itu berakhir, Xander membentangkan kembali selimut ke atasku hingga menutupi badan hingga kepalaku."Aarkkh!" Dengan rasa kesal yang bergemuruh di dada, kuturunkan selimut yang menutupi kepalaku.Xander berjalan menjauh dari tempat tidur, dan kini berada di depan lemari pakaian yang terbuka. Setelah memindai isi lemari, ia menarik baju kaos yang dikenakannya ke atas melalui
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

29. Mobil Baru

"Rahasia."Cukup satu kata; singkat, padat, menghentikan semua rengekan Vanessa yang sedari kemarin tak pernah melewatkan satu kesempatan pun untuk menggodaku.Hampir semua orang, kecuali Xander, sudah mengelilingi meja makan untuk makan siang bersama, tetapi itu tak mengurangi keisengan Vanessa. Namun, buatku semalam sudah lebih dari cukup, aku tak mau terus-terusan diledek oleh adik iparku."Sukanya main rahasia-rahasiaan, seperti anak TK saja." Vanessa menggerutu setelah mendengar jawabanku.Aku mengunyah sepotong chicken cordon bleu sambil menahan senyum. Sekali-kali meniru sikap cuek dan seenaknya dari Xander menarik juga. Tak ada kewajiban untuk memberi penjelasan kepada semua orang yang kepo akan kehidupan kita."Aku yakin kau lebih suka bermain rahasia ketimbang anak TK." Suara dalam dari seorang pria menyeruak seraya sosok tersebut memasuki ruang makan; suara seseorang yang sedari tadi kurindukan.Xander yang telah selesai mandi sehabis berenang muncul dalam tampilan kasual.
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

30. Strategi Untuk PDKT

"Menjauh, Xander!" Kedua tanganku mendorong pria itu agar mundur, tapi tak ada hasil. Tubuh kokoh Xander tak bergerak barang sejengkalpun.Yang ada malah hatiku dibuat tremor hanya karena menyentuh dadanya yang sekeras batu. Tak bisa dipungkiri seorang pria memang secara fisik lebih kuat daripada wanita, apalagi bila prianya adalah Xander, dan wanitanya adalah aku.Mata kami saling bertatapan, namun kondisinya sangat berbeda. Ia bagaikan singa yang siap memangsa, sedangkan aku seperti kelinci yang telah terpojokkan."Diiiiiin!" Suara keras klakson mobil dari belakang kamilah yang menyelamatkanku. Lampu lalu lintas telah berubah hijau."Menyingkir, Xander!" seruku, dan sekali lagi aku mendorongnya. Kali ini ia mundur dengan sukarela sambil meringis.Diiringi suara klakson yang memekakkan telinga, serta teriakan beberapa orang, kujalankan kembali mobilku dengan perasaan kesal sekaligus malu.Selama beberapa waktu yang terdengar hanya suara radio. Aku mengunci mulutku, sebab aku tak tahu
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status