Home / Romansa / Mempelaiku Bukan Kekasihku / 30. Strategi Untuk PDKT

Share

30. Strategi Untuk PDKT

Author: Teha
last update Last Updated: 2024-08-23 22:06:20
"Menjauh, Xander!" Kedua tanganku mendorong pria itu agar mundur, tapi tak ada hasil. Tubuh kokoh Xander tak bergerak barang sejengkalpun.

Yang ada malah hatiku dibuat tremor hanya karena menyentuh dadanya yang sekeras batu. Tak bisa dipungkiri seorang pria memang secara fisik lebih kuat daripada wanita, apalagi bila prianya adalah Xander, dan wanitanya adalah aku.

Mata kami saling bertatapan, namun kondisinya sangat berbeda. Ia bagaikan singa yang siap memangsa, sedangkan aku seperti kelinci yang telah terpojokkan.

"Diiiiiin!" Suara keras klakson mobil dari belakang kamilah yang menyelamatkanku. Lampu lalu lintas telah berubah hijau.

"Menyingkir, Xander!" seruku, dan sekali lagi aku mendorongnya. Kali ini ia mundur dengan sukarela sambil meringis.

Diiringi suara klakson yang memekakkan telinga, serta teriakan beberapa orang, kujalankan kembali mobilku dengan perasaan kesal sekaligus malu.

Selama beberapa waktu yang terdengar hanya suara radio. Aku mengunci mulutku, sebab aku tak tahu
Teha

Apa kabar, pembaca? Semoga sehat. Yuk, tinggalkan komentar dan sumbangan gem biar author makin semangat untuk update. Terima kasih.^^

| Like
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   31. Belajar Memasak

    "Julia!!!" Panik, aku berlari kecil mendekati Xander dan Julia, dan mendapatkan tatapan keheranan dari Xander. Pria itu telah duduk di kursi menghadap meja, dengan semangkuk sup pangsit buatanku ... yang diselesaikan oleh Julia tentunya. Aku hanya membuat pangsitnya."Kenapa, Theodora?" Julia memandangku penuh tanya, tanpa menunjukkan perasaan bersalah, meskipun dirinya telah memberikan pangsitku kepada Xander tanpa izin terlebih dahulu."Itu ... itu." Seperti orang yang sudah berabad-abad tak bertemu manusia lain dan berbicara, aku tergagap tak mampu menyampaikan maksudku.Gusar, tetapi aku tak bisa menyalahkan Julia, maksudnya memang baik, dan sudah sewajarnya bila masakan seorang wanita dimakan oleh suaminya. Malahan akan terkesan aneh bila aku tak merelakan makanan itu untuk Xander.Hanya saja aku berharap diriku sendiri yang akan menikmati upaya pertamaku di tempat ini. Lagi pula bentuk pangsit yang kubuat sangat abstrak, hanya beberapa biji, tetapi ukurannya tak sama, dan tak rap

    Last Updated : 2024-09-01
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   32. Sarapan Penuh Syukur

    "Xander ..., kamu serius ... masih mau push up ..., dan bergelantungan ... di situ?" Susah payah aku mengatur napas, kehabisan tenaga setelah berlari selama dua puluh menit.Hari ini cuaca cerah, dan udara sudah panas, bahkan di pagi hari. Sungguh, jogging hari ini terasa seperti berlari di padang gurun gersang. Namun, meskipun kami banyak berkeringat, Xander sama sekali belum menunjukkan tanda kelelahan.Porsi latihan fisiknya sudah menyerupai atlet sungguhan. Dengan sigap ia melompat naik, tangannya bergelantungan pada palang besi ayunan, lalu mulai melakukan pull up."Kau tahu, otot-ototku ini tak diperoleh secara instan, dan tak akan bertahan bila aku tak terus melatihnya." Sambil bergerak naik turun, Xander berceloteh tentang bentuk ideal badan seorang pria, khususnya bagi seorang pengusaha yang sering mendapat sorotan publik seperti dirinya.Xander juga menyebutkan tentang usianya yang sudah menginjak kepala tiga. Disiplin harus mulai diterapkan bila ingin menjaga kebugaran, seka

    Last Updated : 2024-09-12
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   33. Romeo dan Juliet Gadungan

    "Keterlaluan!" desisku marah menahan emosi, seusai Judith mengungkapkan satu kebenaran menyakitkan.Kali terakhir ia mengunjungiku, Judith terlalu bersenang-senang mukbang makanan pedas sampai-sampai ia mengalami sakit perut hebat serta diare.Dan di kesempatan itu pula terjadi drama romansa mencurigakan antara Judith dengan Rafael yang begitu sigap mengurus temanku itu saat dirinya kesakitan. Meskipun diriku sendiri mengingatkannya untuk melihat perbedaan status sosial mereka yang berbeda, sebagai sesama perempuan aku tetap tergelitik untuk mengetahui perasaan mereka yang tersembunyi."Santai saja, bestie! Mending kamu nikmati kue ini. Masa berkabungku telah usai," ucap Judith sembari menggigit sepotong kue kenyal dari tepung beras dengan isian kacang merah buatan Joy."Apa???""Sssttt!" Judith meletakkan telunjuknya di depan bibir demi mendengar teriakanku yang cukup nyaring.Bagaimana aku tak kaget mendengar omongan Judith tentang masa berkabung? Ini jelas mengartikan sahabatku semp

    Last Updated : 2024-09-15
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   34. Manis, Lalu ....

    "Xander, anu, kau tahu aku tak benar-benar ahli dalam berdansa." Malu-malu kuterima uluran tangannya, dan ia menarikku agar berdiri.Ini kali kedua kami berdansa. Yang pertama di resepsi pernikahan kami yang akhirnya berantakan. Tak dapat dipungkiri aku menikmati berdansa dengannya kala itu, tapi kali ini suasananya berbeda.Satu lengannya bergerak leluasa melingkar di pinggangku, sementara tangannya yang lain tak kalah lihai menggenggam tanganku."Just follow my lead, lady." Kaki Xander bergerak lincah memanduku, persis seperti dansa pertama kami. Hanya saja kali ini aku tak menanggung beban apapun, dan tak berencana untuk melarikan diri.Bila ada tempat aku ingin berlari itu hanyalah ke pelukannya ... sayangnya itu tak mungkin kulakukan, meskipun ia tepat berada di depan mataku."Semuanya, turun ke panggung!" Bersama satu seruan komando dari Charles, beberapa pasangan lain bergabung dengan kami untuk berdansa. Sungguh lucu, Charles menyebut kata panggung seolah kami adalah pedansa pr

    Last Updated : 2024-09-24
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   35. Perhatian yang Tak Terbalas

    "Oh, baiklah .... Selamat tidur, Xander." Kutatap suamiku yang berjalan menuju kamar tidurnya.Sesaat terlintas harapan bahwa ia akan berubah pikiran, berbalik, dan turun ke dapur untuk makan malam bersamaku. Akan tetapi, Xander menaiki anak tangga tanpa keraguan hingga ujung. Jangankan kembali, menengok atau membalas ucapanku pun tidak. Padahal selama ini terlewatkan olehnya untuk mengucapkan selamat tidur kepadaku.Untuk pertama kalinya sejak menjadi istri Xander, aku merasa sedih, bukan marah, benci, ataupun kesal. Batinku terluka, bukan hanya karena ia tak mau memakan masakan yang telah kusiapkan, tapi juga untuk kali pertama ia bersikap begitu dingin dan mengabaikanku."Sabar, dia pasti lelah, dan hanya ingin segera beristirahat." Berkali-kali kugumamkan kalimat penuh pengertian itu.Menekan semua kepahitan, kulangkahkan kaki menuju kamar tidurku. Ketika mencapai ujung tangga, bisa kulihat lampu kamar Xander masih menyala."Katanya lelah dan ingin tidur, nyatanya masih terjaga saj

    Last Updated : 2024-10-07
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   36. Sosialita dan Mantan

    "Aku bukan sarjana komunikasi, tetapi kalau hanya menjadi teman berbincang yang baik aku bisa melakukannya. Dan ingat, aku tak bisa menjamin hasilnya akan sesuai harapan." Kuucapkan dengan sejelas-jelasnya hal yang bisa dan tak bisa kulakukan untuk suamiku.Mengingat kerugian yang timbul akibat tender yang batal diraih, Xander memutuskan untuk turun tangan langsung dalam mencari klien atau partner, tanpa perlu menanti peluang diluncurkan. Bicara bisnis head to head dengan pengusaha yang potensial diajak bekerja sama jelas lebih aman.Caranya? Menemui mereka di acara sosial ataupun pesta pribadi yang diselenggarakan oleh pejabat setempat ataupun para pebisnis yang telah ternama."Tak perlu menargetkan apapun, kau hanya perlu meninggalkan image yang bagus di hadapan istri pengusaha atau pejabat penting yang kita temui," sahut Xander seolah tanpa beban, padahal sudah jelas ia mengharapkan hasil yang maksimal."Baiklah!" Jiah, katanya tak perlu menargetkan apapun, padahal sebelumnya dia bi

    Last Updated : 2024-10-21
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   37. Konspirasi? Kisah Sebenarnya Terungkap

    "Terima kasih." Secepat mungkin kuraih gelas berisi wine di tangan kiri Alex, dan berbalik meninggalkannya. Namun, pria penipu itu tak membiarkanku pergi begitu saja."Eit, tunggu, tunggu!" Alex memegang lengan bajuku sehingga langkahku tertahan. "Kau sungguh akan pergi begitu saja?"Dari ekor mata bisa terlihat jemarinya masih menjepit ujung lengan bajuku. Kutarik lenganku hingga terlepas dari tangan lancang Alex. Kulanjutkan langkahku untuk meninggalkan dirinya.Lagi-lagi mantan sialanku menghalangi. Menyebalkan!"Sungguh tak ada yang ingin kau tanyakan kepadaku? Tidakkah kau merindukanku?" Dilontarkannya pertanyaan tadi dengan suara bernada tak berdosa.Kubalikkan badan menghadapinya. Mataku melotot tajam. Pria itu meringis. "Rindu untuk menghajarku mungkin. Hehe," kekehnya sembari memamerkan gigi gingsulnya yang manis.Ah, untuk apa pula aku terkesima hanya karena sebuah gigi yang sedikit menonjol itu? Iya, dulu hal ini membuatku terpesona, tapi itu dulu. Kejahatan pria ini jelas l

    Last Updated : 2024-10-24
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   38. Tak Mampu Menolak

    "Hari ini kita sukses lagi, Xander. Aku yakin 100% Tiffany akan membujuk suaminya untuk menandatangani tender dengan perusahaan kita. Tentu saja kunci pertama adalah keahlianmu dalam melakukan lobi. Hahaha." Penuh keceriaan aku berceloteh dalam perjalanan pulang dari tempat Mr. Brown. Tuan rumah sangat welcome, acaranya seru, kateringnya mewah, makanannya enak-enak, dan para tamu undangan ramah. Mr. Brown bahkan membagikan door prize bagi hadirin yang beruntung, dan aku adalah salah satunya. Satu set cangkir minum teh cantik berhasil kubawa pulang. "Memang itu bukan hadiah utama, tapi justru aku lebih senang mendapatkan hadiah tersebut. Acara minum tehku pasti makin seru," ocehku puas. Hatiku sungguh gembira. Namun, baru kusadari ada satu hal yang janggal. Sedari tadi aku berkicau sendirian, tanpa mendapatkan tanggapan yang berarti dari Xander. Memang ia sedang fokus menyetir, tetapi reaksinya terlalu dingin. Tak biasanya dia seperti itu. "Kamu kenapa, Xander? Adakah hal yang sal

    Last Updated : 2024-10-25

Latest chapter

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   60. Suami Modus (Bab Terakhir)

    "Nakal sekali kamu!" Kutumbuk pelan lengan sahabatku yang otaknya sanggup memikirkan ide-ide random tapi kreatif itu. "Itu sangat tidak perlu, Jud, sebab suamiku sebenarnya sangat berjiwa modus."Selama berbulan-bulan aku memendam perasaanku sendiri, dan bertanya-tanya bila Xander juga mencintaiku, kadang tersipu-sipu atas sikap manisnya, dan di saat lain frustasi karena sikap dinginnya, padahal dalam kenyataan Xander-lah yang lebih dahulu menyukaiku."Hmm, sebenarnya hal semacam ini sudah kuduga, sih," sahut Judith dengan tampang sok tahu. Saat itu wajahnya terlihat sangat konyol sehingga alih-alih mencemooh, aku justru menertawakan tampang lucunya.Xander di masa kuliah yang kukenal dahulu terkesan sangat berbeda dari Xander sang pengusaha yang kutemui di hari pernikahan kami, sehingga aku sempat mengira kepribadiannya telah berubah.Padahal itu semua adalah bagian dari upaya serta modusnya untuk memenangkan hatiku. Mulai dari pernyataan tentang hukuman, permintaan untuk berakting m

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   59. Pria Italia

    "Kemarin kau bilang Vanessa orangnya perhitungan, sekarang malah justru aku menyaksikan kakak lelaki Vanessa bersikap jauh lebih perhitungan. Benar-benar, ya, kakak adik sama saja!" Kulirik Xander dengan apa yang orang sebut sebagai bombastic side eye.Xander tertawa, lalu dengan liciknya menyahut, "Kalau kau tidak suka kita bisa langsung pulang -""Eh, jangan! Sudah sampai sini masa langsung pulang sih?" Sebelum didahului oleh suamiku yang selalu bertindak ala seorang gentleman, aku bergegas membuka pintu mobil, keluar, dan berjalan mendahuluinya ke rumah yang kami tuju sambil cengar-cengir.Lebih baik melarikan diri sebelum Xander menggangguku lebih lanjut, atau malah betulan membawa kami pergi dari tempat ini.Suamiku memang se-sweet itu sampai-sampai saat kami pergi berdua dirinya selalu membukakan serta menutupkan pintu mobil untukku. Di dalam rumah pun kadang ia masih membukakan pintu untukku, sampai aku memarahinya karena ia ingin membukakan pintu toilet juga sewaktu aku kebelet

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   58. Utang Budi

    "Memangnya apa lagi? Sudah jelas karena Xander adalah pria yang lebih baik dari Alex; tampan, kaya, mandiri, bertanggung jawab, dan yang pasti menyayangimu," cerocos ibuku. "Bahkan Ibu sudah melihat sendiri sekarang kau juga ....""Ibu, tolong!" Kuhardik ibuku dengan mata melotot, ia membalas dengan lirikan masam. Biar saja masam, yang penting Bu Agatha Wilson tak melanjutkan omong kosongnya itu."Ibu," panggilku lebih lembut, "aku tahu ibuku ini adalah wanita yang keras, galak, suka mengomel, atau apalah.""Enak saja kau menyebut Ibu seperti itu." Ibuku bersungut dengan bibir komat-kamit."Tapi aku tahu," potongku tak mengalah, "Ibu adalah ibu terbaik yang kumiliki, yang menyayangi serta mendidik anak-anak untuk menjadi orang yang jujur."Kuingatkan dirinya tentang nilai-nilai luhur yang selalu ia ajarkan kepadaku dan Theo agar tidak menyontek, tidak mengganggu teman, dan tidak berbohong."Iya, aku memang telah menikah dengan Xander, dan benar, kami telah menemukan kebahagiaan dalam

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   57. Whatever

    "Mengapa kita ke mari, Xander? Kau mau kita membeli oleh-oleh untuk Ayah Ibu? Atau ... membelikanku lebih banyak kukis dan kue?" Mataku berbinar senang sekaligus penasaran saat mendapati mobil yang membawa kami berdua berhenti di depan Whatever Bakery, toko kue dan kukis favoritku.Siang ini kami berencana mengunjungi orang tuaku di Hazelton. Selama ini kami berkomunikasi lewat telepon atau panggilan video. Sudah lama aku ingin menengok mereka, tetapi Xander baru sempat sekarang. Suamiku melarangku pergi sendirian, dengan dalih aku tengah hamil, makanya aku harus menunggu sampai Xander punya waktu untuk pergi."Dua-duanya boleh," sahut Xander sembari membukakan pintu mobil untukku."Terima kasih." Kubalas kebaikannya dengan senyuman manis. Bergandengan tangan kami berjalan menuju toko.Aroma kue yang menyenangkan menyapa penciuman kami begitu kami memasuki bangunan itu. Serta merta waitress yang bertugas menyambut kami dengan keramahan luar biasa. "Selamat datang, Tuan dan Nyonya Smith

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   56. Tak Akan Meminta Maaf 

    "Awalnya aku tidak mau," ucapnya terus terang. Sebagai seorang pebisnis yang memiliki citra bersih, serta selalu bermain adil, Xander menolak tawaran untuk menikahi calon istri sang sepupu. Namun, pada akhirnya ia merasa kasihan kepadaku."Kasihan?" tanyaku sedikit bingung. "Jika kau merasa kasihan, harusnya kau tak perlu menikahiku. Lunasi saja utang Alex, lalu kau buat perhitungan dengannya, seumur hidup, bila perlu."Meskipun pada akhirnya pernikahan kami telah mencapai titik sepakat, dan kami bahagia bisa hidup bersama, kemungkinan semacam itu lebih masuk akal. Toh mereka masih kerabat, orang tua mereka pun bisa dilibatkan.Xander tersenyum sedih. "Masalahnya tak sesederhana itu, sayang." Dengan lembut dibelainya pipiku. "Aku juga menyarankan agar dirinya membatalkan pernikahan itu, tetapi Alex terus mendesakku untuk menikahimu. Ketika akhirnya sepupuku berhenti memaksa, ia mengatakan bahwa kalian akan tetap menikah seperti rencana semula."Xander panik, pendiriannya goyah. Ia tahu

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   55. Pillow Talk 

    "Xander, tak bisakah kau melihat perasaanku dari perhatian yang kuberikan kepadamu selama ini? Juga bagaimana wajahku tersipu-sipu karena rayuan gombalmu, tak bisakah kau lihat itu?" Mataku menatapnya dengan perasaan terluka yang kurekayasa agar terkesan dramatis.Namun, Xander menanggapinya dengan serius. Ia mendesah berat, seolah hidupnya penuh dengan masalah pelik. Aku jadi sedikit merasa bersalah, tapi lagi-lagi ia terlihat menggemaskan, sampai-sampai aku nyaris gagal berakting."Thea, bahkan seorang pria paling percaya diri sekalipun perlu diyakinkan bahwa wanita yang dicintainya memiliki perasaan yang sama. Kau sendiri sering menggerutu bahwa aku ini kurang peka," keluh Xander dengan wajah semakin murung.Oh, tidak! Ini terlalu lucu. Kami seakan mengulang percakapan beberapa menit lalu di saat Xander menanyakan perasaanku. Interaksinya mirip, hanya saja fakta bahwa Xander menyebutkan ketidakpekaan di pihaknya membuat keseriusan pembicaraan ini buyar."Ahahahaha!" Aku tertawa terb

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   54. Membuang Semua Gengsi

    "Begitu, begini! Kalau bicara tuh yang jelas, jangan membuat orang bingung dan menerka-nerka," gerutuku, melirik Xander dari ekor mataku.Walaupun masih menerka-nerka, aku bisa melihat arah omongannya itu; ke arah yang 'berbahaya' ..., berbahaya untuk jantungku.Xander meringis. "Ah, kau sungguh menggemaskan!" desahnya putus asa. "Kalau saja aku tak punya urusan penting siang ini, aku akan menyampaikannya sekarang. Namun, istriku kau harus bersabar, tunggu sore ini, aku akan memasak untukmu, kita bisa makan bersama, dan bicara lebih banyak.""Memasak?" Sontak aku berdiri. Kupandang Xander setengah tak percaya."Kenapa? Kau tak mau aku memasak untukmu?" Ia meraih tanganku."Bukan begitu, aku hanya bertanya apa kau sudah mampu melakukannya. Tangan kirimu memang handal, tapi kau butuh dua tangan untuk memasak."Di dunia nyata memang ada orang yang hanya memiliki satu lengan, dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.Akan tetapi, kasus Xander jelas berbeda. Sepanjang hidupny

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   53. Tak Banyak yang Tahu

    "Hari ini akan ada beberapa rapat yang harus kuikuti. Bila aku belum keluar saat makan siang, kau bisa makan duluan." Tergesa Xander membenahi penampilannya.Pagi itu suamiku mengatakan bahwa jadwal kerjanya cukup padat dari pagi hingga siang atau bahkan sore hari."Aku akan meminta Julia untuk menyiapkan makan siang untukmu, atau ....""Iya, iya. Aku sendiri yang akan mengurusnya nanti, kau tak perlu mengkhawatirkanku, fokus saja pada pekerjaanmu," sergahku sebelum Xander bersikap cerewet seperti ibuku.Kudorong punggungnya agar ia segera memasuki ruang kerjanya, lalu kututup pintunya.Aku tersenyum. Suamiku sedang sangat semangat bekerja, katanya ini demi masa depan anak kami. Selama ini ia memang sudah rajin bekerja, tetapi kali ini berbeda, sikapnya sungguh mencerminkan tanggung jawab sebagai seorang suami.Oleh sebab itu, sebagai istri yang baik aku berusaha menunjukkan dukungan sebisaku.Meskipun Xander telah mengatakan bahwa dirinya akan sibuk, dan tak bisa makan siang bersamaku

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   52. Satu ..., Dua ....

    "Tuan, ini doku ...."Kalimat terputus itu seolah menyadarkanku dari pesona wajah rupawan Xander yang telah melumpuhkan akal sehatku."Aduh!" Xander berteriak kaget saat kudorong dirinya sehingga terjatuh di kursi. Untung ada kursi di belakangnya, kalau tidak, aku tak tahu pantatnya akan mendarat di mana.Tergesa-gesa aku melangkah ke arah pintu keluar. Morgan, salah satu pekerja yang bisa disebut sekretaris perkebunan, tengah berdiri di dekat pintu yang kini terbuka lebar. Ia menggigit bibir, raut wajahnya tegang, seperti menahan tawa."Selamat pagi, Nyonya!" Sang pekerja menyapaku begitu aku mendekat."Pagi, Morgan," sahutku dengan gaya se-cool mungkin sembari melemparkan senyum 'tidak ada apa-apa yang terjadi'.Dari belakangku Xander berseru kesal kepada pegawainya itu. "Mengapa kau tak mengetuk dulu? Kebiasaan!""Maaf, Tuan, tadi saya sudah mengetuk sampai tiga kali, tapi ...."Sebelum pembicaraan antara pak bos dan bawahannya itu selesai, kakiku telah berhasil mencapai dapur, dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status