All Chapters of Terjerat Pesona Putri Gelap Tuan Konglomerat: Chapter 41 - Chapter 50

145 Chapters

Impulsif

"Sudah, jangan banyak bicara. Ayo hadapi aku sekarang," tantang Arya geram. Selalu diperlakukan sebagai si nomor dua sejak kecil, membuat segala kekesalan yang lama terpendam jadi bangun. Detik ini, Arya sudah siap jika salah satu dari mereka harus meregang nyawa.Bukankah, sejak dulu sang kakak memang menginginkan kematiannya? "Arrggghhhh... ." Raungan Aryo terdengar kencang pada saat dia bergerak bagai kilat. Sayangnya, tepat pada saat ini pintu ruangan terkuak diiringi dengan munculnya dua pria yang rupanya sudah berjaga-jaga di depan pintu sejak tadi. "Bos, jangan terbawa emosi." Bram mencetus seraya menarik lengan Arya. Tak berbeda jauh, asisten Aryo pun menarik lengan majikannya sekuat tenaga. "Bos, tenanglah. Jangan buang-buang energi untuk hal yang tidak perlu."Tentu saja Aryo yang blangsakan meronta sepenuh hati. Matanya melotot seperti hewan buas yang mengamuk. "Lepaskan aku sialan! Jongos sepertimu tak p
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

Provokasi

Sesuai rencana, syuting iklan pariwisata pun dilakukan di lokasi yang sudah disepakati. Putri nampak siap dengan peralatan snorkel terpasang di wajah. Untuk mempersingkat waktu, mereka cuma snorkeling di lautan dangkal. Beberapa kamera underwater yang terhubung ke layar monitor sudah siaga di tangan kameramen. "Action!"Begitu sutradara memberi aba-aba, Putri langsung menyelam ke bawah permukaan air diiringi tiga kameramen yang dengan sigap mengikuti semua pergerakannya. Pada layar monitor, tampak Putri bergerak luwes di dalam air dengan kostum mermaid bermotif tenun setempat. Pada kepalanya tersemat mahkota bunga anggrek hitam yang juga flora endemik lokal. Sutradara dan produser mengangguk puas melihat gerakannya yang lincah hingga di penghujung menit pertama, Putri meliuk indah lalu melakukan gerak menyerupai salto dalam air dan "cut!" teriak sutradara lewat pengeras suara. Setelah memastikan kualitas video dan eksekusi a
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Tekad

Usai kepergian Dirga, rasa tak berdaya mulai menyergap hati Putri, terlebih saat menyadari jika dirinya ada di basecamp Marion.Entah apa yang diceritakan sang aktris tentang dia, yang jelas mata orang-orang yang duduk berkelompok tadi mulai menyorot tajam padanya. Dia merasa seperti si terdakwa yang sedang diadili sekarang."Kenapa diam saja? Apa mulutmu yang culas ini tak bisa berbicara?" pancing Marion lagi. Perlahan, Putri mengarahkan tatapannya pada sang aktris. Dengan ekspresi yang sukar ditebak, dia mulai bertanya, "apa yang harus kukatakan? Bahkan masalah apa yang kakak bicarakan pun aku tak paham.""Hahaha, kau dengar itu?" toleh Marion pada asistennya. Setelah itu dia menatap tajam sang rival hingga wajah cantiknya berubah menakutkan. "Jangan mengelak, aku tahu dirimu sedang mengincar Arya."Tudingan tak berdasar ini sukses bikin Putri kehilangan kata-kata. Entah bagaimana caranya menjelaskan pada sekelilingnya jika dia tak ber
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Artis

Besoknya, seluruh tim yang bertugas dalam pengambilan gambar bergerak menuju daerah pedesaan yang jadi lokasi pendakian gunung. Berangkat sekitar pukul lima pagi, mereka akhirnya tiba di sana sekitar empat jam kemudian. Rombongan yang terdiri dari sepuluh orang itu langsung disambut dengan ramah oleh kepala dusun dan beberapa warga yang dituakan. "Kami sudah menyediakan tiga rumah yang akan menampung semua anggota rombongan," ujar kepala dusun kepada sutradara yang merangkap sebagai kepala rombongan. "Terima kasih atas keramahannya, Pak. Kami sangat senang atas sambutannya."Usai ramah-tamah singkat di rumah kepala dusun, rombongan yang terdiri atas enam pria dan empat wanita dipecah dalam tiga kelompok. Para wanita tinggal di rumah kepala dusun, sedangkan kaum pria menginap di rumah dua penduduk lainnya. "Aduh, sederhana betul tempatnya," gerutu salah seorang rekan Putri yang turut menginap di rumah kepala dusun. Ucapannya
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more

Takut

Putri dan Claudia yang sejak tadi begitu serius menyantap makanan mereka, sontak angkat kepala dan menatap tajam kedua gadis yang baru datang itu. Satu diantaranya berambut ombre sedang yang satu lagi berpotongan bob. "Kenapa? Ada yang salah dengan omonganku?" si gadis ombre kembali menimpali. Baik Putri maupun Claudia tidak menyahut. Mereka kembali menyantap nasi yang sudah hampir habis di atas piring. "Geser dong, gimana mau duduk kalau tempatnya kamu embat semua." Gadis berambut ombre lagi-lagi mencetus kasar seraya menyenggol tubuh Putri. Tak mau cari masalah, Putri langsung menggeser duduknya dan berpura-pura tak ada yang terjadi. Bukannya diam, gadis itu mulai lagi berkata pedas. "Hmm, santapan macam apa ini? Bahkan anjingku bisa makan lebih enak."Gadis berpotongan bob tak ketinggalan. Dengan bibir dimanyun-manyunkan, dia menyahuti perkataan temannya. "Kau benar. Dasar udik tak tahu etika. Memang dikira kita
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more

Telepon Asing

Tepat pukul tujuh, ketika matahari sudah sepenuhnya terbenam, rombongan berangkat menuju pendakian. Mendampingi mereka adalah dua pemuda setempat yang sudah terbiasa jadi ranger kalau ada tamu luar kota yang ingin menikmati indahnya pemandangan dari puncak gunung. "Putri, kamu baik-baik saja?" Terdengar suara sutradara yang berjalan beberapa langkah di depan. "Ya Pak, aman semua." Putri menyahut singkat lalu melanjutkan percakapannya dengan Claudia. Berhubung pengambilan gambar di puncak gunung hanya menyorot dirinya, maka yang turut serta dalam pendakian cuma kameramen, sutradara, beserta produser. Sementara Claudia ikut secara sukarela untuk menemani Putri. "Makasih ya, udah bersusah-susah mendaki bareng aku," ujar Putri seraya berpegangan pada tali tambang besar yang dipasang di kiri-kanan jalur pendakian. "It's okay. Lebih baik ngos-ngosan mendaki daripada mendengar ocehan dua perempuan itu. Nanti aku mati mengenaskan lagi."
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more

Tarian

Seraya memandang ke kiri dan kanan untuk memastikan situasi, dia pun menyahut lirih, "kamu? Kenapa meneleponku?"[Memangnya tak bisa? Kita kan teman]'Teman, jidatmu!' nyaris Putri meneriakkan kata ini sebelum dia ingat sosok di seberang sana adalah atasannya. [Kenapa diam? Kamu baik-baik aja, kan?]"Hm, ya aku baik. Kamu gimana?"[Tentu saja aku baik. Tolong jangan terlalu capek ya. Kalau tak sanggup lagi, kamu hanya perlu bilang sama aku. Nanti aku minta sutradara menggantinya dengan stuntman]Putri memutar bola matanya jengah. Entah dimana otak jenius Arya bisa mencari stuntman yang mau menari tarian tradisional."Snorkeling sama climbing sudah selesai. Tinggal menari. Kamu mau jadi stunt- nya?"[Apa? Kurang ajar! Mereka benar-benar memaksamu bekerja tanpa henti. Aku perlu bicara dengan David]"Maaf Bos, kita sudah membahasnya kemarin. Tolong biarkan aku bekerja dengan profesional. Kalau sudah tak s
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

Tunggu Aku

Keesokan harinya, rombongan dengan dibantu oleh warga dusun, ramai-ramai bekerja sama menyiapkan santap siang. Ada lima belas ekor ayam serta belasan kilo ikan yang dikorbankan untuk hajatan ini. Tepat pukul sebelas seperempat, seluruh penduduk dusun yang jumlahnya hanya seratusan orang berkumpul di balai pertemuan. Acara makan siang didahului oleh kata sambutan. " ... saya berterima kasih atas keramahan semua warga menyambut kami. Saya harap ke depannya, wisata di desa ini semakin mendapat perhatian," pungkas sutradara menutup sambutannya. Sebagaimana lazim dalam budaya masyarakat, kata-kata sutradara ini mesti dibalas oleh tuan rumah yang dalam hal ini diwakili oleh kepala dusun. "... Kami senang kalian bersedia mampir di dusun kami. Semoga ke depannya akan semakin banyak yang berkunjung kemari... ." Kepala dusun menyampaikan sambutannya yang sedikit agak panjang hingga beberapa orang mulai kasak-kusuk. Pukul dua belas lewat, akhir
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

Cantik

Kenapa buru-buru? Santai saja jalannya," tegur Arya ketika mereka sudah di luar gedung. "Aku tak mau ada orang yang mengenali kita. Bisa bikin salah paham.""Salah paham apanya? Kita sama-sama pakai baju dan berjalan di ruang publik."Entah pikiran Putri yang kelewat maju, namun perkataan Arya cukup menggelitik hatinya. Mulut pria bermata tajam ini selalu bisa membungkamnya dengan berbagai cara. "Kita makan dulu ya, aku yakin kamu pasti lapar," cetus Arya sembari memasukkan koper Putri dalam bagasi mobil. Sebab dirinya terlalu lapar, Putri tak lagi punya niat menolak, walau sekedar basa-basi. Dengan sigap dia duduk di sebelah Arya dan mobil pun meluncur memecah padatnya jalanan. Tak berapa lama mereka tiba di sebuah restoran Jepang yang cozy namun tidak terlalu ramai. Arya langsung menghelanya ke sebuah private room yang nyaman, lengkap dengan meja rendah dan tatami. "Kamu mau pesan apa?" tanya Arya seraya mengangsu
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

Darling

"Makanan sebanyak ini cuma untuk kita?" selidik Putri begitu pelayan meletakkan aneka makanan dalam jumlah melimpah. Arya mengedikkan bahu tak acuh. "Habis, aku nggak tahu kamu suka yang mana. Jadi kupesan saja yang kira-kira cocok di lidahmu."Meski dalam hatinya kesal melihat sikap ceroboh Arya dalam memperlakukan makanan, namun didorong rasa lapar yang kian menyiksa, Putri tak banyak protes. Segera dia bergabung dengan Arya dalam mencomot setiap sajian. Bedanya, pria muda di depannya memakai sumpit, sedangkan dirinya lebih suka pakai sendok dan garpu. Meskipun pernah jadi karyawan di restoran oriental, tetap saja Putri tak mahir menggunakan alat makan yang satu ini. "Makan yang banyak, nasi di restoran Jepang punya rasa yang khas," ujar Arya seraya meletakkan satu tusuk yakitori ke dalam mangkuknya. Perhatian kecil ini sukses bikin Putri berhenti mengunyah walau cuma sesaat. Susah payah dia menelan ludah yang tercekat di tenggoroka
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status