"Sudah, jangan banyak bicara. Ayo hadapi aku sekarang," tantang Arya geram. Selalu diperlakukan sebagai si nomor dua sejak kecil, membuat segala kekesalan yang lama terpendam jadi bangun. Detik ini, Arya sudah siap jika salah satu dari mereka harus meregang nyawa.Bukankah, sejak dulu sang kakak memang menginginkan kematiannya? "Arrggghhhh... ." Raungan Aryo terdengar kencang pada saat dia bergerak bagai kilat. Sayangnya, tepat pada saat ini pintu ruangan terkuak diiringi dengan munculnya dua pria yang rupanya sudah berjaga-jaga di depan pintu sejak tadi. "Bos, jangan terbawa emosi." Bram mencetus seraya menarik lengan Arya. Tak berbeda jauh, asisten Aryo pun menarik lengan majikannya sekuat tenaga. "Bos, tenanglah. Jangan buang-buang energi untuk hal yang tidak perlu."Tentu saja Aryo yang blangsakan meronta sepenuh hati. Matanya melotot seperti hewan buas yang mengamuk. "Lepaskan aku sialan! Jongos sepertimu tak p
Last Updated : 2024-02-12 Read more