"Sedang apa janda itu di sini, Bu?" tunjuk seorang gadis, yang tengah berdiri pongah! Fotocopyan Pak Lurah banget.Sengaja pasti dia itu, dengan menyematkan status jandaku! Malesin deh."Eh Nak Aima, mari duduk." Ibu Emir, masih saja ramah. Memang begitu sih sifatnya, tapi, takutnya malah bikin kepala gadis itu makin gede!"Nak Aima kenalan dulu sama Dwi, biar panggil nama kalau ketemu." Aku mengulum senyum, sebelas dua belas ini Ibu Emir sama anaknya bisa memainkan kata."Nggak usahlah, Bu!" tolaknya, duduk dengan menaikan kedua kaki. Menampakan kulit halus, pakaiannya yang minim membuatku terus meneguk ludah. Apa Emir nggak akan kegoda, jika setiap hari disodorkan pemandangan yang membagongkan begini? Astagfirullah!Kami duduk di ruang tamu, menunggui Emir yang tengah berganti baju. Rencana hari ini aku, Risma, dan dia mau ke kebun Bapak. Mengenang masa lalu, sudah lama semenjak menginjakan kaki di sini aku belum jalan ke mana-mana. Paling makan bakso yang deket aja, kangen suasana
Read more