All Chapters of Suamiku Pewaris Kaya Raya: Chapter 171 - Chapter 180
264 Chapters
Bab 171 - Tunduk Pada Akhirnya
Hermanto menjadi penasaran setelah melihat Bastian tampak begitu terkejut setelah mengecek sesuatu di tab milik Jauhar.Ia ingin bertanya mengapa putranya bersikap demikian, tapi akhirnya ia mengurungkan niat, memutuskan menunggu saja. Selagi Bastian terdiam shock, Jauhar angkat suara. "Dua orang itu ... adalah suruhan Anda, bukan, Pak Bastian? Yang Anda perintahkan untuk mengikuti saya dan Nona Vania?" Pertanyaan itu membuat Bastian tersadar. Sedangkan Hermanto mengerjap. Di saat ini, pria tua itu langsung teringat dengan perkataan Bastian tadi sewaktu di mobil yang mengatakan jika dia sedang mencari bukti. Kala memikirkan hal itu, Hermanto seketika memasang ekspresi wajah tak berdaya. Tentu saja mudah bagi Jauhar meringkus orang-orang suruhan Bastian tersebut.Di sisi lain, ia geram dengan apa yang dilakukan Bastian terhadap Jauhar dan Vania. Jauhar lanjut berkata. "Apa yang ingin Anda cari, Pak Bastian? Anda ingin mencari bukti-bukti jika saya dan Nona Vania memiliki hubungan
Read more
Bab 172 - Mimpi Buruk Bagi Bastian, Susan dan Mario
"Ternyata dua orang yang mengikutimu akhir-akhir ini adalah orang suruhanya Paman Bastian, sayang." Jelas Aditama kepada sang istri. Seketika Vania menghadap Aditama.Pasangan suami istri itu kini sedang duduk bersebelahan di sofa ruang bersantai. Aditama baru saja pulang dari kantor. Sedangkan Vania pulang lebih awal. Jadi, ia bisa menyambut kepulangan sang suami. Vania mendecakan lidah seraya menggeleng mendengarnya. Dia kemudian berkata. "Ya ampun ... sebegitu yakinya Paman jika aku dan Pak Jauhar memiliki hubungan?!" Wajah Vania mengernyit. Pun kesal. Ia tidak habis pikir dengan sang Paman, sepertinya rasa iri telah membutakan mata dan pikiranya.Aditama lanjut berkata. "Tapi kamu tak perlu khawatir, sayang ... karena orang-orang suruhan Paman Bastian itu sudah aku bereskan." Kemudian, rahangnya mengeras. "Jadi, mereka tidak akan bisa mengganggumu lagi!" Seketika terbit senyum di bibir Vania. "Terima kasih, Tama," Kemudian, matanya menyipit. "Aku jadi tidak takut lagi kalau p
Read more
Bab 173 - Akhirnya Meminta Maaf dan Mengakui Kesalahan
Tiba di ruang tamu, Bastian, Susan dan Mario kompak terkejut melihat Aditama dan Vania sudah duduk di sana.Mereka pikir keduanya belum sampai, ternyata sudah sampai lebih dulu. Melihat kedatangan mereka bertiga, Aditama, Vania dan Hermanto kompak menoleh menatap mereka bertiga dengan dingin. Menginginkan segera mendapat simpati dari Vania dan Aditama, Susan buru-buru memasang ekspresi wajah sendu."Vania ... Aditama ... " panggil Susan, menatap keduanya bergantian selagi berjalan mendekat dan duduk di sofa dekat mereka. "Sudah lama kalian sampai di sini?" "Belum terlalu lama, Bi." Jawab Vania dingin, balik menatap sang Bibi. Sedangkan Aditama hanya diam saja. "Vania ... Aditama ... " sambung Bastian selagi berjalan mendekat dan duduk di samping istrinya. Diikuti Mario setelahnya yang kemudian duduk di sampingnya. "Paman benar-benar sangat menyesal—" "Santai saja dulu, Paman," sergah Aditama menyela perkataan Bastian yang membuat Bastian gelagapan sebelum akhirnya mengangguk pela
Read more
Bab 174 - Supaya Tidak Dianggap Hanya Menumpang Hidup Di Rumah Keluarga Istrinya
Akhirnya, setelah terdiam beberapa saat, Hermanto membuka mata dan berkata. "Sekarang, Aditama sudah tidak bisa kalian anggap remeh lagi karena dia ... " Hermanto menggantungkan kalimatnya. Kemudian, dia menggelengkan kepala. "Bukan pria miskin lagi!" Mendengar itu, Bastian, Susan dan Mario secara perlahan mengangkat muka—beralih menatap Hermanto dengan kening berkerut. Apa maksud Hermanto mengatakan jika Aditama bukan orang miskin lagi? Sementara Aditama, Vania dan Stephanie tengah saling pandang satu sama lain dan saling melempar senyum. Mereka menduga jika Kakek Hermanto akan menyinggung soal Aditama yang mendapatkan warisan kepada mereka bertiga. Aditama sendiri tidak mempermasalahkan hal itu. Lagi pula, sebelumnya sang kakek sudah ijin padanya untuk mengatakan hal itu kepada mereka bertiga dan ia memperbolehkanya. Memang sudah seharusnya mereka mengetahui hal tersebut supaya mereka tidak menganggap dirinya hanya menumpang hidup di keluarga Hermanto saja. Selagi mereka ber
Read more
Bab 175 - Semakin Murka!
Belum sepenuhnya tersadar dari keterkejutan hebat yang tengah melanda diri mereka bertiga masing-masing karena baru saja melihat nominal saldo sebesar 800 miliar di rekening Aditama, mereka bertiga harus dibuat terkejut lagi dengan sesuatu yang tengah diperlihatkan Vania. Setelah meletakan surat-surat di atas meja—di hadapan mereka bertiga—Vania kembali menghempaskan punggung ke sandaran kursi dan berujar. "Itu adalah sertifikat kepemilikan unit apartemen yang dibeli suamiku yang sekarang telah resmi menjadi milik kami, serta surat-surat bukti kepemilikan mobil BMW kami." Ekspresi wajahnya dingin kala mengatakan hal tersebut. Seketika pandangan mereka bertiga jatuh pada beberapa surat-surat yang kini berada di atas meja.Selagi mereka bertiga terdiam tengah memandangi surat-surat itu, Vania angkat suara lagi. "Silahkan bisa kalian cek sendiri sertifikat dan surat-suratnya." Titahnya dengan mempertahankan ekspresi wajah dan nada dinginya. Akhirnya, setelah terdiam beberapa saat,
Read more
Bab 176 - Memberitahu Kehamilan Vania
Vania menghela napas pelan. "Aku tidak tahu ... apakah kabar yang akan aku sampaikan ini akan menjadi kabar bahagia bagi kalian atau tidak," Vania menghentikan kalimatnya sejenak. Lipatan di kening mereka bertiga semakin bertambah. Apa sebenarnya yang akan Vania sampaikan? Vania lanjut berkata. "Mengingat ... apa yang telah kalian lakukan kepadaku ... kalian merasa iri dengan keberhasilanku mewujudkan perusahaan kita bekerja sama dengan Gandara corporation ... apalagi ... setelah aku dan Aditama melaporkan kalian ke polisi ... pasti ... kalian menjadi marah dan kecewa kepada kami berdua, bukan?" Mendengar ucapan Vania, Bastian, Susan dan Mario saling pandang satu sama lain, kemudian saling memberikan kode atas perkataan Vania barusan. Akhirnya, setelah melalukan hal itu beberapa saat, mereka bertiga kembali menatap Vania dan menggeleng pelan. Seakan ingin memberitahu jika mereka bertiga tidak marah dan kecewa seperti apa yang Vania pikirkan. Tiba-tiba Susan menyipi
Read more
Bab 177 - Akan Membalasnya
Namun tiba-tiba rahang Bastian mengeras. Kemudian, tatapanya hanya terfokus pada Vania. "Tapi ... kenapa kamu langsung berpikir bahwa kehamilan itu, tidak akan menjadi kabar bahagia bagi kami, Van?" ujar Bastian, ingin mendengar alasan dari wanita itu mengapa berkata demikian tadi. Sementara Mario menggertakan giginya. "Benar itu ... itu artinya kamu berprasangka buruk dengan kami, Van. Padahal, kami bahagia mendengar jika kamu hamil!" Sambung Mario dengan nada agak meninggi. Kentara jelas jika tersinggung. "Apa yang telah kalian lakukan kepada istriku itu ... membuat kami jadi agak sulit untuk mempercayai kalian lagi." Tiba-tiba Aditama berujar. Mendengar ucapan Aditama, membuat mereka bertiga beralih menatap pria itu. "Walau kami memaafkan kalian ... tapi aku dan Vania tidak bisa langsung percaya dengan kalian begitu saja. Butuh waktu sampai kami melihat kalian benar-benar menyesali perbuatan kalian dan benar-benar tidak akan berbuat jahat lagi kepada istriku." Kata Aditam
Read more
Bab 178 - Menceritakanya Kepada Bella
Sebuah pesan dituliskan Bella. [Apakah kamu dan Aditama sudah pulang dari rumah kakek?] Di bawahnya, ada pesan lain. [Ngomong-ngomong, apakah kalian sudah makan malam di rumah Kakek? Jika belum, jangan makan di luar, makan di rumah saja karena aku sudah memasakan untuk kalian]Vania sekilas menyunggingkan senyum tipis selagi membaca pesan itu.Vania menggeleng. "Astaga ... repot-repot sekali Kak Bella," gumam Vania, lalu jari jemarinya seketika berkutat pada layar ponsel, hendak mengetikan balasan. [Kami masih dalam perjalanan pulang, Kak] [Wah, kebetulan sekali kami belum makan malam di rumah kakek. Baik lah. Kami akan makan di rumah saja.] Mendengar nama Bella disebut, Aditama menebak jika sang istri mendapatkan pesan dari kakak sepupunya. Namun, Aditama memilih tak bertanya lebih dulu, memutuskan menunggu sang istri selesai mengirimkan pesan kepada Bella.Setelah selesai mengirimkan balasan, Vania segera mematikan layar ponselnya. Melihat hal itu, Aditama menoleh ke ar
Read more
Bab 179 - Rencana Robert Dan Andika
Di ruangan rapat sebuah perusahaan, terlihat dua pria paruh baya sedang saling duduk di kursi masing-masing, saling pandang satu lain, terlibat dalam pembicaraan serius. Pria itu adalah Robert dan Andika—sahabat dari usia muda sekaligus partner bisnis. Rahang pria paruh baya bernama Andika itu kini mengeras, seperti tengah memikirkan sesuatu. Dia kemudian berkata. "Kau yakin, Bert? Laksana sudah tidak bisa apa-apa sekarang? Sudah tak berdaya?" Ia menatap sang sahabat dengan serius. Mendengar itu, Robert mengangguk, "Aku yakin sekali, An. Baru-baru ini ... aku menemuinya di kediamanya, dia masih menggunakan kursi roda." Balas Robert. Kemudian, ia menghela napas. "Walau tidak menutup kemungkinan jika dia akan segera pulih dalam waktu dekat ini." Andika terdiam. "Maka, kita harus segera bertindak cepat sebelum hal itu terjadi, bukan?" ucap Andika, hendak memastikan kepada partner bisnisnya itu. Robert mengangguk. "Ya. Kita memang harus segera bertindak cepat sebelum Laksana pu
Read more
Bab 180 - Memenuhi Ajakan Bertemu Robert dan Andika
Setelah meminta maaf serta mengakui kesalahan kepada Aditama dan Vania, Bastian beserta keluarganya mendatangi rumah Jauhar untuk melakukan hal yang sama. Seperti perkataan Jauhar pada saat Bastian dan Hermanto datang ke ruanganya—jika ia akan mencabut laporanya terhadap mereka bertiga, dengan catatan mereka bertiga sudah harus dimaafkan oleh Aditama dan Vania terlebih dahulu—baru ia pun akan mencabut laporanya. Di hadapan Jauhar, Bastian beserta keluarganya benar-benar tidak berani berkata apa-apa selain permintaan maaf yang keluar dari mulut mereka masing-masing, mengaku salah dan amat begitu menyesal. Mereka bertiga benar-benar tidak bisa berkutik dan tidak berdaya sama sekali. Setelah memastikan kepada Aditama mengenai pengakuan Bastian beserta keluarga jika sudah melakukan apa yang ia minta, juga mendapat perintah dari Aditama, akhirnya Jauhar pun mencabut laporanya terhadap mereka bertiga. Hal tersebut tentu membuat Bastian, Susan dan Mario langsung senang bukan main. Lega
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
27
DMCA.com Protection Status