Hari Rabu pagi Tiana sudah pulang dari rumah sakit. Gadis itu kini merasa senang karena Maminya akan menetap di Prancis selama beberapa hari sampai kondisi Tiana benar-benar pulih. Gadis itu juga tidak boleh melakukan apapun untuk sementara waktu. "Kalau sudah di rumah, jangan melakukan apapun. Diam saja di dalam kamar, ngerti!" tegas Tino yang kini menggendong Tiana. "Iya, iya... Kak Tino tidak capek ya, dari tadi marahin Tiana terus," protes gadis itu cemberut. "Ya lagian, yang sakit kepalanya, jalan saja tidak mau! Ini kaki genap dua, panjang pula, tapi tidak berguna, potong aja sekalian!" seru Tino. Tiana menoleh ke belakang. "Pi, nakal nih..." "Sudah, sana naik ke atas dengan Kakakmu," ujar Sebastian. Tino memasang wajah jahil dan menjulurkan lidahnya pada Tiana. Dia tahu Tiana berharap Tino akan dimarahi oleh Sebastian meskipun nyatanya tidak. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam kamar, Tiana meletakkan dagunya di pundak Tino. "Kak Tino..." "Emm, apa lagi?" seru Tino
Last Updated : 2024-04-11 Read more