Pak Jo melajukan mobil dengan cukup tergesa, apalagi ketika aku memintanya dengan nada tinggi. Dia semakin gugup, pasalnya tidak mungkin ngebut di jalan desa yang sudah pasti sempit."Duh, Den. Bahaya kalau kita ngebut," ujarnya dengan wajah tertekan karena perintahku."Kita harus segera keluar dari desa sialan ini, Pak Jo!""Iya, Den ... paham. Tapi bisa bahaya kalau ngebut, apalagi banyak anak kecil."Huff!Percuma debat dengan orang paruh baya itu. Apalagi alasannya memang masuk akal, aku saja yang terlalu paranoid dengan kelakuan arwah usil itu.Hah?! Ingatanku seketika ke Marsya. Kutoleh keluar mobil, mencoba memperhatikan sekitar."Pak Jo! Kenapa sejak tadi kita hanya berputar saja? Kita tadi sudah melewati pertigaan desa ini," tuturku dengan penuh keheranan.Pak Jo menepikan mobil, kemudian mencoba turut mengamati sekitar. Tampak dia mengerutkan dahi, aku rasa dia pun mulai bingung."Bener, Den Darren. Kita sudah melewati pertigaan ini dua kali. Apa kita salah jalan?""Ah, ngga
Read more