Home / Fantasi / Misteri Gadis Lintas Waktu / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Misteri Gadis Lintas Waktu: Chapter 11 - Chapter 20

65 Chapters

Pendekatan Pertama

Dengan gamang kulangkahkan kaki yang sebenarnya terasa berat menuju gazebo yang kini telah berubah menjadi tempat belajar. Semakin dag dig dug saat harus duduk di dekat Miss Lena, mencium harum bau parfum sweet romance yang mengusik indera pembau.“Sudah siap, Darren?”“Iya, Miss.”“Sekarang kamu bisa baca ringkasan materi ini dan silahkan mana yang belum paham.”“Baik, Miss.”Kuterima lembaran kertas yang telah distaples menjadi bandelan, namun tak segera kubaca. Tatapanku justru terarah ke Meisya yang ternyata sejak tadi memperhatikan wajahku tanpa berkedip, sebuah senyum juga terurai dari bibir itu.Mama kenapa juga nyuruh gadis katrok itu untuk ikutan belajar. Ganggu rencana saja. Kalau begini bagaimana cara aku merayu Miss Lena. “Ehm, ehm ….” Kucoba berdehem untuk menghentikan sikap konyol dari gadis kampung itu, namun ternyata tak ada efek sama sekali.“Eh, gadis kampung! Kamu mau belajar apa mau lihatin aku?” Tak dapat kusembunyikan sikap ketusku terhadap gadis itu meski ada M
Read more

Kegundahan

Dari arah lain kulihat Meisya dan Bik Atin membawa penampan berisi makanan yang akan disajikan untuk makan bersama. Mereka meletakkan seluruh makanan dan alat makan di lantai gazebo.“Meisya, kamu ikut makan di sini, ya. Temani Miss Lena,” pinta guru kesayanganku itu.“Maaf, Bu guru. Meisya tadi pagi sudah makan, dia kalau makan di dapur.” Bik Atin segera menyambar ucapan Miss Lena, kemudian menarik tangan Meisya agar segera pergi dari sini.Miss Lena tampak keheranan dengan sikap Bik Atin. Ia melepas pandangan ke arah mereka yang hendak pergi.“Itu asisten rumah tangga kamu, kok, bersikap begitu dengan Meisya?”“Meisya itu keponakannya Bik Atin, Miss. Dia ikut ke sini karena ayahnya ingin Meisya sekolah di kota.”“Ooh … itu sebabnya kamu bersikap seenaknya ke Meisya?”“Bukan, Miss. Tapi ada hal lain yang tak bisa kuceritakan.”“Rahasia?”Mata ini kembali menelusuri wajah cantik di hadapanku. Hanya sebuah senyum yang kuberikan sebagai jawaban.“Makan, Miss. Semoga suka dengan masakan
Read more

Berasa Dejavu

Samar-samar terdengar suara mobil memasuki halaman rumah. Kemungkinan itu papa yang baru saja sampai setelah hampir dua minggu mengurus usahanya yang di luar kota.Mama menghentikan tangis dan melepas pelukan, ia seka air mata yang telah membasahi pipi sehingga ada sedikit sembab terlihat di sana. Semburat kekhawatiran semakin menggurita di wajah itu, aku tahu pasti ia sedang bingung harus bicara apa ke papa nanti.“Ma, Mama tak perlu khawatir. Nanti kita akan sampaikan ke Papa secara bersamaan agar Papa bisa mendengar langsung cerita dari Darren.” Aku mencoba menenangkan mama yang tampak kebingungan, kuelus punggung tangannya.“Kita sambut Papa, yuk! Darren sudah kangen dengan Papa.”“Iya, Sayang.”Kugandeng tangan Mama untuk menuju ruang depan, menyambut kehadiran lelaki luar biasa bernama Tuan Zain Bakri, yaitu seorang ayah sekaligus suami yang sangat menyayangi keluarga.“Sudah pulang, Pa,” sambut mama ketika melihat lelaki yang sangat ia cintai itu memasuki ruang tengah.“Iya, Ma
Read more

Ke Psikolog

Tangis kekhawatiran dari mama masih dapat kudengar saat aku memasuki sebuah ruangan untuk melakukan pemeriksaan CT Scan. Aku hanya bisa memejamkan kelopak mata ini.Jujur, tak ingin aku membuat kedua orang tuaku cemas karena kondisiku. Namun, sungguh apa yang terjadi padaku membuat isi kepala sakit tak terkira.“Bagaimana hasil CT Scan anak saya, Dok?” tanya mama setelah aku keluar dari ruang pemeriksaan.“Untuk hasilnya kita tunggu sampai dua hari, ya, Bu.”“Nggak bisa sekarang, Dok?”“Maaf, Ibu. Kami membutuhkan waktu untuk menganalisa hasil CT Scan.”“Baiklah, Dok. Terimakasih.”Dokter pun berlalu, sedangkan aku masih lemah duduk di kursi roda yang di dorong oleh papa. Mama perlahan mendekatiku dengan tatapan mata sendu.“Mama harap kamu baik-baik saja, Darren,” ucap mama sembari kedua tangan itu merangkum wajahku.Ucapan wanita yang tengah mencemaskan diriku itu penuh nada harap. Kembali kulihat bulir bening meluncur dari netranya kemudian jatuh tepat di pangkuanku.“Maafkan aku,
Read more

Rencana Pertama

Sudah tiga hari ini aku terbaring di ruang bercat putih ini. Selang infus juga masih terpasang di tanganku. Mama dan papa bergantian menungguiku, masih terlihat gurat cemas yang berusaha mereka tutupi melalui senyum.Seharusnya dari hasil CT Scan, tak ada yang perlu dikhawatirkan karena tak didapati ada penyakit dalam otakku. Semuanya dalam keadaan baik, tak ada tanda-tanda adanya penyakit yang bersarang di sana.Namun, justru itu yang membuat mama dan papa tak mengerti kenapa aku sering merasakan sakit kepala. Bahkan apa yang kualami mengenai semua mimpi itu, hingga sekarang belum terungkap. Belum ada titik terang yang bisa menuntunku ke arah sana.Ada satu hal yang tak aku mengerti, bayangan itu semakin jelas saat diri bersama dengan Meisya. Gadis kampung yang kemunculannya saja sudah membuatku syok dan tak mengerti dengan jalan takdir dalam hidupku.Apa mungkin Meisya sengaja dikirim oleh Tuhan sebagai penunjuk atas semua mimpiku selama ini? Jika benar, langkah apa yang harus aku t
Read more

Ingin Menjauh

Kujatuhkan tubuh ini ke peraduan yang telah aku tinggalkan selama empat hari. Aroma ruangan yang sangat aku sukai dibandingkan ruang rawat inap. Kuhirup kuat-kuat udara di sekitar, begitu lega bisa kembali ke rumah ini.Setelah merasa kangen dengan kamar pribadi terobati, bergegas aku kembali bangkit dan menuju ke kamar mandi. Mengguyur tubuh dengan air dari shower membuat tubuh ini semakin segar. Tak lupa kutuang obat keramas ke kepala, menghilangkan aroma obat yang berasa menempel ke seluruh tubuh hingga kepala.Setelah puas memanjakan diri dengan guyuran air, segera kuraih handuk dan menutupkan ke sebagian tubuh. Baru saja kaki ini hendak melangkah keluar kamar mandi, tampak seorang gadis yang tak ingin kulihat bayangannya justru tengah berdiri dekat meja di sisi ranjang. Sontak aku terkejut.“Heh, gadis kampung! Ngapain kamu di sini?” bentakku tanpa basa-basi lagi.“Ini, Mas. Bik Atin menyuruh aku bawain makanan untuk Mas Darren.”“Ngapain juga Bik Atin nyuruh cewek aneh ini!” ger
Read more

Bayangan Penuntun

Hari demi hari kulalui tanpa mendengar suara Meisya di rumah ini. Ada sesuatu yang hilang dalam kepingan hati, entah apa aku masih belum mengerti.Hanya saja ada rasa rindu yang terselip dan menurutku cukup aneh. Kerinduan ini seakan pernah kurasakan sebelumnya, perasaan yang hadir pun seakan pernah tumbuh dan begitu kuat.Tapi kapan semua itu pernah hadir? Semua serasa dejavu, namun memiliki kekuatan untuk menganggu alam bawah sadarku.Kesepian yang aku rasa sedikit terobati saat hari Sabtu dan Minggu dengan kehadiran Miss Lena yang masih bersedia membimbingku hingga ujian sekolah nanti. Rencana untuk menjadikan Miss Lena sebagai pacar seakan telah menguar. Pikiran ini justru sudah tak menghiraukan apa pun selain pelajaran sekolah.Sikap Alea yang masih cari perhatian hanya kutanggapi dengan sikap dingin dan acuh. Beberapa slentingan terdengar di telinga, mereka mengatakan jika seorang Darren telah berubah menjadi manusia kutub yang sangat dingin.Saat berpapasan dengan Meisya, baik
Read more

Kekonyolan Hakiki

“Mas Darren, kita mau ke mall? Dengan pakaian aku yang seperti ini?” tanya Meisya dengan mata membeliak.Ia menatapku tak percaya yang nekad membawa dirinya ke mall dengan pakaian seperti itu. Tampak ia menahan malu ketika tahu mobil benar-benar memasuki area parkir sebuah mall besar di kota ini.Tak kuhiraukan ucapan dia, bahkan rasa panik yang menghinggap dirinya pun sengaja kuabaikan. Aku memilih fokus mencari tempat parkir yang sekiranya dekat dengan kamar mandi.“Kamu di sini dulu, ingat … jangan keluar dari mobil sebelum aku datang!” perintahku sebelum keluar dari mobil.“Mas Darren mau ke mana? Kok, aku ditinggal sendiri?”Aku tutup pintu mobil tanpa ingin menjawab pertanyaan Meisya yang masih kebingungan dengan sikapku. Bergegas aku memasuki mall dan mencari lorong bagian pakaian perempuan.Bola manikku tertuju pada sebuah gaun cantik berwarna merah, sepertinya itu gaun cocok di badan Meisya.Entah kekuatan apa yang menarikku untuk mendekati gaun tersebut kemudian meraihnya. Ki
Read more

Tingkah Meisya

“Sudah selesai, Mas. Terus ini aku nggak sisiran, gitu?” tanya Meisya sembari duduk, kemudiah meraih bedak dan lipbalm yang ia letakkan di dashboard. Dengan enggan kuraih laci dashboard dan mengambil sisir milikku. “Nih, dipakai. Tapi nanti sampai di rumah harus segera kamu cuci yang bersih!”“Emang kenapa, Mas? ‘Kan, aku baru saja keramas, nih masih bau wangi.” Dengan sengaja ia mendekatkan kepalanya k earah wajahku.“Apaan, sih, kamu? Bisa cepet nggak? Capek nungguin kamu. Mandinya lama, dandan aja juga lama. Lama-lama tumbuh jamur di kepala gegara kelamaan nungguin kamu!”“Hahaha … Mas Darren ini bisa aja. Masa jamur tumbuh di kepala, yang ada jamur itu tumbuh di batang kayu yang udah lama.”“Terserah!” jawabku ketus sembari membuang pandangan keluar mobil.“Eh, Mas. Tahu nggak waktu yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh setinggi pohon manga?” tetiba ia melontarkan pertanyaan seraya tangannya memegang lengan atasku, wajahnya tampak serius.Pertanyaan aneh, mana ada jamur tumbuh setin
Read more

Rasa yang Aneh

Kubiarkan ia memungut kembali sandal miliknya, kemudian memasukkan ke dalam kardus dan berlari kembali ke kasir untuk meminta kantong plastik. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, ia bergegas menghampiriku lagi.Akhirnya langkah ini bisa menuju ke tempat yang menjadi tujuan awal, bagian dari mall yang memberikan banyak keseruan. Sudah tentu ke wahana permainan yang akan menyita waktu tanpa terasa.Riuh suara manusia saling berlomba, mereka heboh dengan permainan yang tengah mereka mainkan terdengar ke seluruh penjuru area permainan saat langkah ini mulai memasuki bagian mall yang paling seru itu.Sudah pasti wajah-wajah mereka dipenuhi dengan keceriaan yang mungkin hanya sesaat mereka rasakan, menghilangkan penat setelah lelah beraktivitas hampir satu pekan. Meski setelah permaianan selesai mereka akan dihadapkan kembali pada rutinitas.Suara anak-anak mendominasi kehebohan di wahana permainan yang beraneka macam. Sedangkan aku yang paling menyukai game dance lebih memilih Pump I
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status