Seketika aku menoleh ke arah Meisya. "Sya, kamu lihat dia?" tanyaku seraya menunjuk ke arah ayunan, namun saat itu pula bayangan yang mirip Meisya menghilang tanpa jejak."Dia, tadi dia di sini. Di ayunan ini.""Siapa, Mas?""Wanita yang kamu bilang mengakhiri hidup di pohon besar itu.""Maksudnya?""Dia, dia mirip kamu ... dan aku pikir dia itu Marsya, wanita yang ada di foto itu."Meisya tampak kebingungan dengan penjelasanku, begitu pun aku yang masih tak campur aduk tak karuan rasanya. Perasaan takut dan cemas menyatu menjadi paduan kegundahan yang teramat sangat."Mas Arda, ehm ... maksud aku, Nak Darren." Tetiba suara Pak Joyo menghentikan kesibukan pikiran yang terus penuh duga.Aku menoleh ke arahnya. "Pak Joyo, aku butuh Bapak untuk mengurai benang kusut ini.""Masuklah dulu, Nak. Istirahat dan tenangkan dirimu.""Aku nggak bisa tenang, Pak, sebelum semua hal yang aneh ini terungkap.""Nak Darren, kamu terlihat sangat lelah. Istirahat atau makan dulu, nanti setelah itu akan B
Baca selengkapnya