Semua Bab Menikahi Pria Asing: Bab 31 - Bab 40

144 Bab

Clicbait Menyebalkan

"Camera one, stand by! Camera two, take!" Teriakan demi teriakan yang di ucapkan oleh produser silih berganti terdengar. Zane mulai membiasakan diri untuk belajar di suasana kerja yang baru. Bila sebelumnya ia bebas berekspresi selama bertugas di lapangan, kini tak lagi sama ketika Zane harus bekerja di dalam studio. Semua yang ia rekam harus sesuai dengan arahan produser, bergantian dengan beberapa kameramen lain yang juga bersiaga. "Camera one, take!" teriak produser dengan lantang. Zane, yang kali ini bertugas di belakang kamera satu, mulai menyorotkan lensanya pada seorang host yang tengah membawakan acara bincang-bincang santai bersama artis-artis yang sedang naik daun. Bukan acara siaran langsung seperti yang biasa Zane rekam, acara kali ini merupakan acara taping yang dikerjakan beberapa hari sebelum tayang di televisi. Setelah kurang lebih dua jam berkutat di belakang kamera, akhirnya pekerjaannya pertamanya rampung. Zane menyerahkan hasil rekamannya ke ruang VTR lantas
Baca selengkapnya

Demi Nama Baik

Selama ini Zane berpikir bila Belle selalu menghabiskan waktunya bersama Bryan seusai pulang dari kantor. Namun, kenyataannya tak setiap malam Belle melakukan hal itu. Karena jadwal Bryan yang seringkali sibuk, Belle akhirnya menghabiskan malamnya dengan nongkrong di cafe hingga larut malam. Bukan tanpa alasan Belle melakukan hal itu, ia hanya tak suka terlalu banyak menghabiskan waktu di apartemen. Sejak tinggal bersama Zane, terkadang Belle merasa jiwanya tak lagi sama. Seperti ada sosok lain yang muncul setiap kali Belle mengobrol bersama Zane, sosok yang rapuh dan ingin Belle kubur dalam-dalam. Entahlah, padahal belum sebulan mereka saling mengenal, tetapi Zane nampaknya telah berhasil menyentuh sisi terlemah dari mental Belle yang mati-matian ia sembunyikan dari siapapun. Bahkan Bryan yang telah menjalin kasih selama tiga tahun, tak pernah tahu jika Belle memiliki phobia pada kedalaman air. Dan, Zane yang baru saja menginjakkan kakinya di hidup Belle, justru telah berhasil memba
Baca selengkapnya

Dikawal Josh

"Brengsek!" umpat Belle kesal setelah Zane menghilang di balik pintu. Memangnya siapa yang berkuasa di apartemen ini? Kenapa justru Zane yang memaksanya melakukan apa yang pria itu inginkan! Menjaga nama baik? Menjaga kesehatan Papa? Tanpa perlu diingatkan oleh Zane, Belle sudah tahu batasannya. Itulah mengapa ia tak pernah mau berkencan di tempat umum bersama Bryan, kecuali di cafe Jeremy. Dulu, ia merahasiakan hubungannya dan Bryan demi popularitas pria itu. Dan sekarang pun, ia masih harus merahasiakan hubungan mereka karena pernikahan sialan ini! Sambil terus menggerutu, Belle mengayunkan langkahnya ke dapur. Berteriak membuat tenggorokannya kering, pun dadanya berdebar kencang tak terkontrol. Usai meneguk segelas air, Belle menatap nanar ke dalam kulkas yang penuh terisi bahan makanan. Apakah Zane yang membelinya? Padahal kemarin lusa Belle tak menemukan sayuran di dalam kulkas itu. Mengingat Zane sangat suka memasak, bisa jadi memang dia yang membeli bahan-bahan masakan itu
Baca selengkapnya

Pekan Pertama Di Club Pasutri Bahagia

"Kita mau ke mana, Josh?" Josh sekilas melirik sang majikan dari kaca spion dan berujar, "tentu saja ke lokasi club itu diadakan pekan ini, Nona.""Aku juga tahu! Tapi kenapa kamu malah ke luar dari kota." "Karena lokasinya ada di pedesaan yang tenang. Dua hari ini kegiatannya di sana." Belle menghembuskan napasnya panjang, ia menoleh pada Zane yang bergeming dan malah menikmati pemandangan di luar jendela. Ingin rasanya Belle memprotes, tetapi ia tak bisa berkutik karena masih kesal pada Zane. Tak lama, mobil pun masuk ke sebuah halaman yang luas dengan bangunan besar di tengah-tengahnya. Sudah ada beberapa mobil lain terparkir di sana. Sepertinya Belle dan Zane adalah peserta terakhir yang datang. Josh lebih dulu masuk ke bangunan itu, diikuti oleh Zane dan kemudian Belle yang berjalan dengan malas di barisan belakang. Josh nampak berbincang dengan seseorang di depan pintu, kemudian orang itu tersenyum pada Zane. "Selamat datang, Suami Hebat! Mari kita isi daftar hadir dulu!"
Baca selengkapnya

Seperti Dua Potongan Puzzle

"Selamat datang kembali untuk kalian semua, Pasangan Penuh Cinta!" Trias menyambut kembali semua pasutri yang sudah duduk di kursi masing-masing. "Bagaimana kegiatan hati ini? Berkesan sekali, bukan? Ini baru hari pertama! Hari-hari berikutnya pasti lebih seru!" Hampir semua pasutri bertepuk tangan dengan antusias. Belle dan Zane saling tatap dan akhirnya ikut bertepuk tangan dengan canggung. "Sebelum saya meminta kalian untuk maju dan menceritakan kembali momen berkesan kalian, terlebih dahulu silahkan kalian memotong jawaban dari pertanyaan nomor enam, dan masukkan ke dalam amplop kecil yang ada di scrapbook." Trias memberi instruksi pada seluruh pasangan. Mereka pun mulai menggunting jawaban dari pertanyaan terakhir dan melipatnya. "Jangan tunjukkan jawaban kalian pada pasangan! Ingat, soal nomor terakhir adalah rahasia yang baru bisa kalian buka jika pertanyaan tersebut terjadi di kehidupan kalian. Tapi amit-amit, ya! Jangan sampai kejadian!" seru Trias dengan serius. "Baiklah
Baca selengkapnya

Waspada

Debaran hangat yang sesaat lalu sempat Belle rasakan, kini berganti gemuruh kencang saat sepasang suami istri yang lain kini maju menggantikannya. Tatapan Belle terus tertuju tajam pada sosok pria yang berjalan sambil menggandeng tangan pasangannya. Tidak, Belle tidak salah lihat. Pria itu adalah Jeremi, sahabat Bryan!"Damn!" desis Belle sembari menunduk dan menutupi wajahnya dengan rambut. Namun, sesaat kemudian Belle tersadar, percuma ia bersembunyi karena Jeremi pasti sudah melihat kemesraannya dengan Zane tadi. Sial sekali, mengapa Jeremi harus ikut club ini juga! "Kamu mengenal mereka?" tanya Zane lirih sembari mendekat ke telinga istrinya. Dari cara Belle menatap pasutri itu, terlihat jelas jika Belle tak nyaman dan gelisah. Dengan cepat, Belle menggeleng. Namun, beberapa detik kemudian ia mengangguk ragu. Entah, Belle sendiri bingung bagaimana harus menjelaskan pada Zane tentang status Jeremi! "Jadi, kamu mengenalnya atau tidak?" "Nggak! Aku nggak kenal mereka!" tukas B
Baca selengkapnya

Bukan Satu-Satunya yang Menderita

"Zara?" cicit Zane heran, sesaat setelah ia berbalik dan mendapati sosok perempuan muda yang beberapa hari ini selalu mengekor padanya di kantor. "Ngapain kamu di sini?" tanya Zane bingung. Zara lantas mengangkat paperbag yang ia jinjing dan menunjukkan tas itu pada Zane. "Aku habis dari kantor barusan! Mbak Lintang minta tolong sama aku buat standby selama Mas Zane libur.""Jadi kamu yang gantikan aku selama aku dikasi libur?" Zane bertanya lagi dengan iba, dan dengan mantap, Zara menganggukkan kepalanya. Kebijakan baru yang ia dapatkan setelah menikah, nampak tak adil bagi sebagian karyawan seperti Zara. Di saat karyawan lain harus tetap standby di kala weekend, Zane justru mendapat jatah libur. "Kamu sudah makan? Aku traktir makan siang, mau?" tawar Zane sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling apartemen. "Mau, mau, mau!! Kebetulan aku juga udah laper, sih!" kekeh Zara girang. Dan setelah berdiskusi singkat untuk memilih tempat makan, akhirnya keduanya memutuskan untuk
Baca selengkapnya

Pohon Masa Depan

Sejak memutuskan untuk menikah dengan Zane, beberapa kali Belle mendengar selentingan di kalangan para pebisnis di sekitarnya tentang sosok suaminya yang dianggap sangat beruntung bisa menikah dengan putri tunggal konglomerat. Belle yang selalu menjaga image dan personal branding dengan sangat baik, mulai terusik ketika seleranya tentang pria banyak dipertanyakan. Banyak yang kecewa, mengapa Belle justru menikah dengan pria dari kalangan biasa dan bukan pebisnis handal seperti Ronald. Meskipun awalnya orang-orang mengagumi sosok Zane yang tampan dan berkharisma, tetapi celotehan-celotehan negatif tetap tak bisa dihindari. Meskipun sempat syok pada awalnya, tetapi akhirnya Belle memilih untuk tak peduli. Baginya, penilaian Bryan sudah lebih dari cukup. Ia tak butuh dianggap baik oleh orang banyak. Yang terpenting baginya adalah Bryan percaya dan tetap mencintainya. Namun, sejak melihat Jeremi berada di club yang sama, Belle merasa dunianya nyaris hancur. Jeremi adalah sahabat baik Br
Baca selengkapnya

Bintang Tamu?

Akhir pekan yang romantis dan intimate, pada akhirnya harus berakhir ketika hari berganti senin. Belle kembali dingin dan bersikap acuh pada Zane, seakan pria itu tak ada dihadapannya. Setiap pagi, Zane akan menyiram bibit pohon Tabebuya yang masih rata dengan tanah. Kegiatannya bertambah sejak memilikinya. "Jangan lupa, ajak tanaman kita mengobrol setiap hari. Anggaplah ia sebagai makhluk hidup yang akan merespon setiap rayuan yang kita ucapkan padanya." Perkataan Trias kembali terngiang, Zane tersenyum samar dengan tatapan yang masih tertuju pada permukaan tanah yang baru saja ia sirami. "Selamat pagi. Semoga kamu cepat tumbuh dan besar. Aku akan merawatmu dengan baik, jangan khawatir!" Zane tak pandai merayu, ia juga tak suka basa-basi. Bahkan berbicara dengan bibit pohon saja sudah membuatnya salting bukan main. Sebelum akhirnya meninggalkan kawan barunya itu pergi, Zane lebih dulu memindahnya ke dekat jendela agar sinar matahari bisa menyinarinya. Belle sudah berangkat beb
Baca selengkapnya

Bersekongkol

Beberapa hari sebelum family gathering itu dimulai, Belle baru saja tiba di kantor ketika ponselnya berdering tiada henti. Ia merogoh gawai canggih keluaran terbaru di dalam tas sembari berjalan menuju kursinya. Ketika sebaris nama yang ia tunggu muncul di layar, senyumnya merekah lebar. "Hai, Bryan!""Beb, maaf. Kemarin aku super sibuk sampai nggak sempat pegang hape sama sekali. Huft!" keluh Bryan diujung sana. "Apa kamu sudah di kantor?" "Iya, ini baru sampai." Belle meletakkan tasnya di meja dan menghempaskan pantatnya di kursi. "Apa hari ini kamu nggak sibuk?""Sebenarnya masih, sih! Tapi kesibukanku dimulai nanti setelah jam dua belas siang. I miss you, Belle," decit Bryan sendu."I miss you too, Bryan. Betewe, apa kamu sudah membaca pesanku? Aku butuh nomer Jeremy.""Untuk apa?""Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan sama dia. Bisa kirimi aku nomornya?" sela Belle cepat. "Baik, aku kirim sebentar lagi. I miss you so much, Belle!" Sekali lagi, Bryan menegaskan perasaannya. "Sep
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status