"Naya hamil." Kukatakan itu pada Firman saat kami beres makan siang. Aku tidak mempedulikan dia yang sedikit terkejut. "Yang bener, lo?" "Ya. Kami sudah memeriksanya ke dokter." Firman tergelak kecil. "Tokcer, ya, lo, baru satu kali hubungan langsung jadi." "Mungkin saat itu dia lagi masa subur." "Selamat deh, lo bakal jadi bokap lagi." Aku tersenyum dan menyeruput minumanku. "Etapi, dia gak marahkan?" Wajahku datar mendengar itu. "Harusnya dia senang, stempel mandul yang selama ini diberikan orang-orang padanya hilang. Tapi, hanya gue yang bahagia banget." "Sudah gue duga. Yaah, namanya juga orang belum lama ditinggal mati suami, hatinya masih kacau. Mungkin dia ngerasa bersalah dan jadi semakin ngerasa bersalah." "Sepertinya begitu.""Banyak-banyak sabar aja, Bro. Gue doain, moga nanti lahirannya lancar, bayi dan Ibunya sehat.""Thank's."Firman menepuk pundakku satu kali menyemangati. Aku tertunduk memikirkan Naya di rumah. Apa dia baik-baik saja? Seharian di kantor sampai
Read more