Home / Pernikahan / Pengantin yang Ternoda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pengantin yang Ternoda: Chapter 11 - Chapter 20

26 Chapters

Bab 11. Tes Kehamilan

"Megy!" Teriakan itu menggema bersamaan dengan tangan aku yang dicekal kuat. Gunting direbut ketika aku membuka mata."Mas Daran?"Dia menggeleng kuat sebagai isyarat bahwa dia tidak memberi izin aku mengakhiri hidup. Dalam satu gerakan, aku sudah berada dalam pelukannya. Tentu hal ini menambah kecurigaan Mas Abryal. Aku pasrah, memejamkan mata untuk sesaat.Tidak kupedulikan hinaan Mas Abryal yang mengatai kami manusia hina. Bahkan sampai lelaki itu pergi, Mas Daran tetap pada posisinya. Untuk waktu yang lama, aku merasa damai.***Tanpa terasa, waktu berputar begitu cepat dan setiap pagi aku harus menahan mual agar keluarga suami tidak curiga. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mencoba mencari jalan keluar yang sudah pasti buntu?Selain jujur pada mereka, aku tidak akan pernah lepas dari masalah ini. Namun, Mas Daran sudah berjanji ingin membantu meskipun bukan bermaksud akan bertanggungjawab dengan menikah."Aku sudah telat sebulan hari ini, Mas. Kayaknya ... emang lagi hamil."M
Read more

Bab 12. Jawaban dari Kania

"Jujur, aku tinggal di sini itu karena diusir dari rumah. Setelah wisuda, aku ketahuan hamil di luar nikah. Jadi, aku tahu betul gimana orang kalau hamil," lanjut Kania lagi karena aku terpaku memandangnya.Kalau dia pernah hamil, kenapa bapak mertua mau menampungnya di sini? Apa karena rasa kasihan? Namun, sepertinya tidak bagus jika langsung percaya begitu saja. Orang-orang di rumah ini hampir semua bermuka dua.Kembali teringat perkataan Mas Daran tentang dirinya yang seperti diberi obat perangsang malam itu. Jika memang benar, maka siapa yang menjebaknya? Apalagi di saat yang sama, parfum Mas Abryal juga dipakai Mas Daran. Apakah semua memang sebuah kebetulan?Aku memijit kening, melangkah gontai menuju tempat tidur. Andai saja Kania sudah pasti baik dan mendukung aku seperti Mas Daran, aku bisa jujur pada apa yang aku rasakan. Memendam masalah sendirian itu berat dan hanya menambah sesak di dada."Meg, minimal lakukan tes kehamilan. Kalau kamu hamil, mungkin Abryal bisa berubah.
Read more

Bab 13. Jelaskan Padaku!

Malam hari, aku yang baru saja keluar dari kamar mandi dikejutkan oleh keberadaan Mas Abryal, duduk di tempat tidur. Biasanya dia akan pulang saat aku sudah terlelap. Itu pun tidak akan mau masuk di kamar kami. Sekarang, entah apa tujuannya.Jantung berdegup tidak normal, aku menelan saliva selaya melebarkan langkah mengikis jarak di antara kami. Mas Abyral menoleh dengan tatapan yang sulit di artikan. Tangan kanannya bergerak menepuk sisi kanan sebagai isyarat bahwa aku diminta duduk di sana."Di sini saja, Mas." Aku menjawab ragu, lalu duduk di sofa kamar.Mas Abryal menghembuskan napas kasar, menatap dalam padaku. "Kamu istriku, Megumi. Jadi, harus menurut sama aku?""Istri?" Aku tersenyum ketus mendengarnya. Setelah apa yang dilakukan selama ini seolah menganggap aku tidak ada, dia berani menganggap istri?Sebenarnya aku memang cukup senang karena Mas Abryal mengakui aku sebagai istri sekarang. Namun, tetap saja khawatir mengingat masalah di antara kami belum menemukan titik teran
Read more

Bab 14. Mas Daran Aneh

"Megumi, buka pintunya. Ini aku, Kania."Aku membuka mata, ternyata setelah mandi pagi tadi, aku justru terlelap dan melewatkan sarapan. Melirik ke dinding, sudah hampir pukul sembilan. Kenapa Kania mengetuk pintu, apa dia sengaja membawa makanan untukku?Entahlah, jawaban itu akan aku dapatkan begitu kami bertemu. Mata masih sedikit perih karena menangis selama berjam-jam tadi malam. Kalimat yang dilontarkan Mas Abryal sangat menyakiti hati apalagi dalam keadaan hamil begini, rasanya mudah tersinggung."Kania, Mas Daran?" Aku terkejut melihat mereka datang bersama. Setelah menengok ke kanan dan kiri, sepi."Aman, Mami sama Papi ada acara di luar dan pulang malam nanti. Abryal juga ada operasi besar di rumah sakit." Kania menjelaskan seperti tahu apa yang terlintas di dalam benak.Aku meminta mereka masuk, lalu mengunci pintu kamar rapat berharap benar-benar tidak ada yang melihat kami atau sengaja menguping untuk mengadu pada Mas Abryal. Jantungku berdegup tidak normal. Mereka berdua
Read more

Bab 15. Saat-Saat Bahagia

"Itu hukuman setiap kali kamu mencoba melawan." Mas Daran mengucapkan itu ketika menarik diri.Sial, jantung berdegup tidak normal. Aku tahu ini bukan cinta, tetapi rasa gugup karena mendapat kecupan lembut di bibir. Kenapa bukan Mas Abryal yang melakukannya? Aneh, aku bingung kenapa hanya diam dan bukan memberontak atau memakinya."Kamu suka? Kalau suka, nanti kita ulang.""Mas Daran!" pekikku berhasil membuatnya terkekeh pelan.Entah kenapa, kekehan kecil itu seperti menumbuhkan bunga di musim semi. Aku menjadi semakin bingung berada di dekat Mas Daran. Terlalu banyak teka-teki yang tidak bisa dipecahkan dengan mudah.Mobil kembali melaju, aku sengaja memejamkan mata untuk menghindari obrolan yang mungkin tidak masuk akal. Pada intinya sekarang aku merasa bahagia. Mas Daran adalah kakak ipar yang baik dan suatu hari aku akan membalas kebaikannya.Sayang sekali lelaki tampan di sampingku tidak ada keinginan untuk menikah, padahal dari segi paras dia terbilang tampan. Pun pekerjaan ya
Read more

Bab 16. Sesuatu yang Mengejutkan

"Kania ....""Daran mana? Tadi bukannya kalian pergi bersama?""Aku di sini." Daran memanggil salah satu asisten rumah tangga, memintanya menyimpan susu ibu hamil itu di dapur juga beberapa buah dan cemilan lainnya. Lumayan banyak. Sekarang dia beralih menatap Kania ketika tangannya kosong. "Kania, tolong kamu pantau Megumi. Dia tidak boleh lelah, tetapi tidak boleh terus bersembunyi di dalam kamar.""Kalian sudah ke dokter buat periksa kandungan?"Aku memilih bungkam, melipat bibir karena bingung mau menjawab apa. Saat melirik pada Mas Daran, dia justru merekahkan senyum setelah mengangguk sebelumnya. Mas Daran menjelaskan bahwa hasilnya memang positif dan surat keterangan itu akan dia simpan sendiri.Kania mengangguk. Setelah Mas Daran pergi entah ke mana, aku membawanya sedikit menjauh dari para pekerja yang mungkin bisa menguping pembicaraan kami. Kania tentu saja tidak tahu apa yang sedang terlintas dalam pikiranku.Sesampainya di sudut ruangan dekat kamar mandi tamu, aku melepas
Read more

Bab 17. Sikap Semena-Mena

"Mas Abryal ...." Aku mengulum senyum, menatap penuh cinta kepadanya.Namun, lelaki itu tetap dingin seperti biasa padahal kami baru saja melakukan sentuhan fisik walau tidak seberapa. Di matanya tidak ada binar cinta. Kenapa Mas Abryal seperti itu? Apa memang dia masih belum bisa menerima aku seutuhnya?Menghela napas menanti jawaban. Mas Abryal masih menatap aku lekat. Bibirnya terkunci, mungkin menyesali ciuman yang dia beri tadi. Lantas apa yang harus kita lakukan setelahnya, terus diam sepanjang masa sampai kehidupan luar kembali memberi jarak?"Megumi, ada banyak hal yang semestinya kita bicarakan. Bagaimana dengan kehamilanmu ... sudah periksa kandungan?""Kamu peduli sama aku? Mas, akhirnya kamu percaya kalau anak dalam kandungan ini memang darah dagingmu?"Senyum yang baru saja aku ukir dengan tulus, seketika sirna ketika Mas Abryal menggeleng. "Tidak. Aku hanya penasaran siapa ayah biologis anak itu.""Kalau kamu nggak bisa cinta sama aku seperti dulu, ceraikan saja aku. Ent
Read more

Bab 18. Istri Pengkhianat

PoV Abryal _______________ Aku heran dengan sikap Daran yang selalu ada untuk membela Megumi. Padahal jika kembali ke masa lalu, aku masih ingat betul ketika hendak mengenalkan mereka sebelum pernikahan. Daran adalah tipe lelaki yang tidak suka diganggu apalagi sampai membela seorang perempuan. Memang sebuah fakta bahwa Megumi adalah adik ipar, tetapi apakah wajar jika harus dilindungi seperti itu? Kita berdua, saudara yang tidak memperhatikan satu sama lain. Hal itu yang membuat Daran seharusnya cuek pada Megumi. Bagaimana aku tidak menaruh curiga pada Daran? Dulu sebelum pernikahan, Megumi pernah bersumpah kalau dirinya masih gadis dan kukuh menjaga kehormatan padahal aku hanya memancing kala itu. Pura-pura mengajaknya membuktikan cinta dengan sentuhan fisik yang ditentang orang tua. Malam itu ketika aku mendapat pesan darurat dari Dokter Cindy, aku menyesal karena tidak menyempatkan diri menemui Megumi di kamar. Ya, aku yakin kalau Megumi bersekongkol dengan seseorang. Besar k
Read more

Bab 19. Lepaskan

PoV Megumi______________"Bagaimana rasanya di-bully?"Aku mengangkat wajah, tidak percaya dengan pertanyaan Mas Abryal. Apa dia sengaja melakukan ini untuk mem-bully aku? Lantas atas dasar apa?Lihatlah, minuman yang aku teguk hingga tandas tadi terpaksa dimuntahkan dan mengotori lantai. Perih seketika menyebar di dalam dada. Aku melempar cangkir hijau itu sehingga pecah berkeping-keping."Sejak tahu kamu sudah tidak perawan, aku banyak diam di tempat kerja dan sulit menyapa ramah beberapa pasien. Dokter bahkan direktur rumah sakit sampai mengancam akan memecat kalau aku mengulangi kesalahan yang sama. Beberapa rekan perawat justru mencibir aku terkait sikap non-profesional dalam pekerjaan dan juga pernikahan kita yang .... Satu dari mereka mendengar curhatan aku ke teman dan menyayangkan kamu yang tidak mengeluarkan noda di malam pertama. Menurutmu, apa aku tidak tertekan?""Kamu curhat ke temanmu tentang aku? Bilang apa kamu, Mas?!""Apa adanya. Aku tipe orang yang nggak bisa mend
Read more

Bab 20. Fakta Baru

Lelaki bertubuh tinggi itu membuka masker dan kaca mata yang dia pakai. Aku menganga sempurna. "Mas Daran?""Ya, seperti yang kamu lihat. Makanya, lebih baik mencintai diri sendiri.""Jadi, karena diduakan, Mas Daran memilih hidup sendiri selamanya?"Lelaki itu mengangguk pelan, aku sendiri menggigit bibir karena merasakan sakitnya. Siapa yang bisa segera sembuh dari luka karena dikhianati? Aku saja yang hubungannya renggang karena kesalahpahaman atau sebut saja dosa—tidak disengaja—terus merasa bersalah dan menyesal.Hidup terkadang sekejam itu. Ketika tulus mencintai sepenuh hati, maka kerap dibalas pengkhianatan. Aku pernah memiliki seorang teman online, pacaran selama tiga tahun lantas putus karena fitnah orang ketiga. Sampai dua puluh tahun berlalu, cinta itu masih bersarang di hatinya, padahal mantan kekasih telah menjalani kehidupan baru bahkan anak keturunan.Dia mengatakan, "Andai aku bisa hidup sebagai kupu-kupu, maka aku pasti bahagia karena bisa terbang bebas mencarinya. A
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status