"Oh... Ma maksudku ya kamu dan Mbak Miranda. Kalian selalu kayak gitu, apa kalian pikir aku anak kecil?" Nathan pun menghela nafas lalu menatapku dengan tatapan yang entah, sulit kutebak. "Kamu juga keras kepala. Tidak bisa mengerti persaanku." "Aku bisa sendiri, Nathan. Tolonglah jangan buat aku merasa tak enak dengan orang tuamu," kataku setengah putus asa. Nathan diam, seolah sedang memikirkan sesuatu. Sampai akhirnya terdengar lagi helaan nafas berat dari bibirnya. "Baiklah, jika itu yang kamu mau. Jangan lupa kirim pesan begitu sampai dan jangan mengabaikan pesan juga telponku!" Spontan aku mengembuskan nafas lega. Akhirnya......"Iya," jawabku lalu kembali memakan sandwich yang tinggal setengah.****Setelah mengantar Nathan ke pintu cek inn aku bergegas menuju pintu keberangkatanku sendiri yang jadwalnya hampir bersamaan. Hampir saja telat, tapi aku masih punya sedikit keberuntungan. Kurasa Vero ada benarnya juga, aku memang sangat beruntung. Dengan petunjuk dari pramugari
Read more