Home / Romansa / Istri Tiga Tahun CEO Arrogant / suami istri itu harusnya saling peduli, saling menjaga dan tidak ada jarak.

Share

suami istri itu harusnya saling peduli, saling menjaga dan tidak ada jarak.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2024-04-05 19:57:34

"Kalian kenapa?" Mommy Rosa menatap kearahku dan Elgar bergantian. Matanya yang biasanya sendu berubah tajam, menelisik ekspresi kami yang sejak tadi sama-sama diam.

Aku duduk di ujung ranjang sedangkan Elgar dengan sikap sok cool-nya duduk diatas sofa di pojok ruangan. Saat kami datang Mommy Rosa masih belum siap. Jadilah kami menunggu.

"Kenapa sejak tadi saling diam?" tanyanya lagi setelah selesai memoles wajahnya dengan make up.

Kuhela nafas saat ingatanku tertarik mundur pada kejadian setengah jam yang lalu. Hal itu membuatku jadi serba salah. Mungkin tidak hanya aku Elgar pun merasakan hal yang sama. Terbukti dengan sikapnya yang tiba-tiba canggung.

"Apa kalian bertengkar?"

"Tidak." Seperti ketahuan melakukan salah kami kompak membantah. Tangan pun begitu kompaknya, Sama-sama melambai mengisyaratkan kata 'Tidak'.

"Kalian tidak bohong?" Sontak aku menggelengkan kepalaku sedang Elgar membuang muka.

Kenyataannya kami tidak bertengkar, Elgar yang bertengkar dengan wanita itu. J
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Kamu tidak lupa dengan nasihat Mommy kan? Suami istri itu tidak memiliki jarak."

    "Baiklah." Dengan sangat terpaksa aku pun menyetujui permintaan Mommy Rosa. Sontak saja Elgar menatapku dengan penuh tanya. Pria itu melebarkan matanya seolah tak yakin dengan yang aku ucapkan. Kuangkat bahu, entahlah. Aku juga arak yakin tapi mau bagaimana lagi. Mommy Rosa tak kalah keras kepala dengan sang putra. Membiarkan Mommy di sini tanpa adanya Elgar juga tidak mungkin. Aku sendiri juga harus kerja. Jadilah aku berjanji meski, jujur aku sendiri juga tidak yakin bisa memenuhinya. Hari raya hanya tinggal satu minggu dan penelitian masih dalam tahap penyelesaian. Mungkinkah aku bisa dapat libur, itu masih belum bisa dipastikan. "Shila serius kan, Sayang?" Rona bahagia terpancar dari wajah wanita berkulit putih itu. Matanya berbinar menampakkan betapa dirinya sangat bahagia. Di peluknya tubuh ini dengan erat dan penuh kasih sayang. Tak lupa ucapan terima kasih yang di lantunkannya berulang-ulang. Padahal itu masih janji, belum terjadi. Tapi Mommy Rosa sudah sebahagia itu. A

    Last Updated : 2024-04-06
  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Kita, aku dan kamu menjadi satu."

    Hah..... Apa aku tidak salah dengar. Sepertinya si pria habis terbentur kepalanya. Alih-alih meladeninya aku putuskan untuk masuk ke kamar mandi. "Waktumu lima menit, pergi dari sini sebelum akun keluar dari kamar mandi." Kataku sambil berlalu menuju kamar mandi. Mencuci tangan, kaki dan muka. Berganti pakaian dengan piyama tidur. Sudah lebih dari sepuluh menit dan aku pun keluar kamar mandi. Bukan seperti yang kuharapkan. Elgar bukannya pergi malah merebahkan dirinya diatas ranjang. Tangannya sibuk memainkan ponsel. Sempat melirikku sebentar lalu kemabli fokus pada benda pintar yang sejak tadi menjadi fokusnya. "Astaghfirulla.... Kenapa di sini sih?" kesalku menghentakkan kakiku ke lantai. Ingin sekali aku menarik pria itu bangun dari tempat tidurku namun ingatan tentang kejadian malam itu membuatmu mengurungkan niat. 'Tidak, tidak.... jangan sampai ciuman yang tak di sengaja itu terulang kembali.' Tanpa sadar aku menggeleng-gelengkan kepalaku. "Elgar keluarlah!" Kupelankan na

    Last Updated : 2024-04-07
  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Selamat tinggal Swedia dan kota Sigtuna yang mempersona."

    Gema takbir terdengar sahdu dari layar televisi yang terpasang di ruang tunggu bandara. Membuat hati terasa haru biru. Teringat akan orang tua dan sanak saudara yang terpisah jarak dan waktu. Di tengah sibuknya suana bandara aku dan Nathan duduk sambil menatap kameriahan takbir akbar yang disiarkan langsung dari salah satu chanel televisi. Tak hanya aku ada sekitar enam rekan kerja termasuk Profesor Wiliams dan Vero tengah menunggu panggilan cek inn dari petugas bandara. Tujuan kami adalah kembali ke Jepang untuk menyerahkan laporan penyelesaian proyek penelitian kemarin. Berbeda dengan aku dan Nathan, dua anggota tim kami sudah pulang ke Indonesia sejak siang tadi. Ini adalah bentuk dari solidaritas dan toleransi untuk yang merayakan hari raya, di izinkan langsung pulang ke negaranya masing-masing. "Shila, selamat hari raya. Semoga perjalananmu lancar." Devi yang juga seorang muslim pamit karena akan cek inn lebih dulu. Pesawat menuju negaranya akan segera lepas landas. "Iya, sela

    Last Updated : 2024-04-08
  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Itu bukan gosip. Saya sudah menikah."

    "Oh... Ma maksudku ya kamu dan Mbak Miranda. Kalian selalu kayak gitu, apa kalian pikir aku anak kecil?" Nathan pun menghela nafas lalu menatapku dengan tatapan yang entah, sulit kutebak. "Kamu juga keras kepala. Tidak bisa mengerti persaanku." "Aku bisa sendiri, Nathan. Tolonglah jangan buat aku merasa tak enak dengan orang tuamu," kataku setengah putus asa. Nathan diam, seolah sedang memikirkan sesuatu. Sampai akhirnya terdengar lagi helaan nafas berat dari bibirnya. "Baiklah, jika itu yang kamu mau. Jangan lupa kirim pesan begitu sampai dan jangan mengabaikan pesan juga telponku!" Spontan aku mengembuskan nafas lega. Akhirnya......"Iya," jawabku lalu kembali memakan sandwich yang tinggal setengah.****Setelah mengantar Nathan ke pintu cek inn aku bergegas menuju pintu keberangkatanku sendiri yang jadwalnya hampir bersamaan. Hampir saja telat, tapi aku masih punya sedikit keberuntungan. Kurasa Vero ada benarnya juga, aku memang sangat beruntung. Dengan petunjuk dari pramugari

    Last Updated : 2024-04-13
  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Bukankah kita sudah sepakat membatalkan kontrak itu?"

    "Lihat ini!" Ku tunjukkan layar ponselku ke depan wajah Elgar. Selesai makan malam aku menyeret pria itu ke halaman samping mansion. Beruntung Mommy Rosa tidak banyak bertanya. Sepertinya ibu mertuaku itu mengira kami ingin berduaan setelah hampir dua minggu tidak bertemu. "Baca!" perintahku saat Elgar hanya menatap datar padaku. "CEO tampan dari perusahaan Romanov tertangkap kamera menganggandeng seorang wanita yang kabarnya adalah istri yang selama ini dirahasiakannya." Dengan suara bergumam Elgar membaca judul artikel yang tadi dikirim oleh Raisa. "Ternyata lebih cepat dari perkiraanku." Komentarnya setelah mengembalikan ponselku. Tak ada ekspresi kaget atau marah sama sekali. Sungguh bukan reaksi yang kubayangkan. Pria itu nampak tenang sekali, berbeda denganku yang sudah panik setengah mat*."Hanya itu?" Aku menatapnya dengan pikiran yang dipenuhi tanda tanya. "Memangnya apa lagi?" katanya sambil mengangkat pundaknya. Eh..... ini orang kok santai sekali. "Mereka memberit

    Last Updated : 2024-04-21
  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Menurutmu apa definisi cinta?" tanyanya setelah beberapa saat terdiam. "Apa kagum termasuk cinta?"

    "Apa kamu mengonsumsi Narko*a?" "Sembarangan!" Kupukul lengannya dengan keras sampai pria itu pun mengaduh kesakitan."Stttss..... Tanganmu kecil tapi panas sekali kalau mukul," gerutunya."Makanya itu mulut dijaga! Jangan bicara yang tidak-tidak ya kamu!!" Pria itu membuang muka. Kuperhatikan beberapa kali dia menghembuskan nafas berat. Sepertinya sedang kesal mungkin juga marah. Entahlah.... sulit untuk menyimpulkan arti sikap pria arrogant itu. Bukan hanya Elgar yang seperti ronag bingung, aku sendiri juga tak kalah bingung. Artikel berita itu benar-benar menganggu ketenangan kami. Lelah berdebat aku pun memilih pergi. Kutinggalkan Elgar tanpa permisi. Aku berjalan menuju kamar yang tadi sudah ditunjukkan oleh Mommy Rosa. Kamar yang mewah yang ada di lantai dua mansion ini. Untuk saat ini lebih baik aku istirahat dulu sembari memikirkan alasan apa yang akan aku berikan pada Raisa dan Natalia. Untuk sementara ini hanya dua orang itu yang bertanya. Diantara semua teman-temanku m

    Last Updated : 2024-04-22
  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   Perasaan sebahagia ini.

    Paginya aku terbangun dengan jantung yang dibuat berdebar-debar karena kaget. Aku tidak tahu kapan Elgar masuk namun saat membuka mata pria itu sudah terbaring di sampingku dengan mata ditutup oleh lengannya sendiri. Tentu saja dengan sebuah guling sebagai pembatas diantara kami. Ya, itulah Elgar, sangat sopan dan tahu batasan. Diluar dari pengakuannya yang telah menciumku, sebelumnya pria itu tidak pernah bersikap tidak sopan apalagi mesum. Beberapa kali kami tidur dalam satu kamar dan pria itu tidak pernah sekalipun memanfaatkan keadaan. Ya, mungkin karena dia tidak tertarik padaku. Atau mungkin karena aku bukan wanita tipenya sehingga tak ada sedikitpun niatnya untuk berbuat macam-macam padaku. "Itu salahmu," jawabnya saat aku memprotes tindakannya yang tanpa izin tidur di kamar yang kutempati.Bukannya mengaku salah, pria itu malah ganti menyalahkan aku. Katanya, aku yang salah karena tidak mau tidur di kamarnya. Alhasil Mommy Rosa memaksa Elgar untuk tidur di kamar yang aku te

    Last Updated : 2024-04-24
  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Karena aku mencintaimu. Aku tidak mau wanita itu sampai melukaimu."

    "Olivia?" gumam Mommy Rosa. Sepertinya nama itu tidaklah asing di telingaku. "Hai," Wanita itu beralih menatapku. "Kamu istrinya Elgar?" Wanita dengan dress selutut itu mengulurkan tangannya kearahku. "Olivia, mantan tunangannya Elgar." Sambungnya dengan senyum lebar. Belum sempat berjabat tangan, Mommy Rosa dengan cepat menepis tangan wanita itu. "Pergilah!!" sentaknya dengan raut wajah tak senang. "Apa kamu sudah lupa dengan peringatan yang Elgar berikan?" Entah benar atau tidak, tapi aku merasa Mommy Rosa seperti tidak nyaman dengan keberadaan wanita itu. Siapakah wanita itu? "Kenapa sekarang Aunty jadi tidak ramah padaku? Bukankah dulu Mommy sangat menyayangiku?" Seolah merasa kecewa, wanita itu memasang wajah sedih yang menurutku dibuat-buat. "Apa karena wanita ini?" Lagi, wanita bernama Olivia itu bertanya sambil mengarahkan tatapannya padaku sebentar lalu kembali menoleh pada Mommy Rosa. "Sekarang Aunty jadi tidak lagi menyuaiku? Apa Aunty sudah lupa apa yang tela

    Last Updated : 2024-04-26

Latest chapter

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   Kedatangan teman lama.

    Terdengar dering ponsel dari dalam rumah. Elgar yang sedang menyirami tanaman di teras langsung bergegas masuk. Dering panggilan itu sudah di stel khusus untuk satu nomor saja. Sampai didalam segera diraihnya benda pipih yang ada di atas meja ruang tamu. Sebuah senyum merekah dari bibir tegas pria berwajah bule itu saat terlihat kontak dengan nama My Wife nampak dilayar ponselnya. "Halo, assalamu'alaikum," sapanya dengan wajah berbinar dan langsung dijawab oleh lawan bicaranya. [Kamu sedang apa?] Suara dari seberang sana. Elgar pun mengerutkan dahinya. Tidak biasa sang istri tiba-tiba menelpon dan menanyakan kegiatannya. Shilla tipe wanita yang percaya dan memberi kebebasan pada pasangannya. Bukan pencemburu yang selalu meminta pasangannya untuk melaporkan setiap yang dilakukan. "Aku sedang menyiram bunga saat mendengar ponsel berdering." [Sambil bernyanyi dan tertawa sendiri?] "Ya?" Elgar belum bisa mengerti maksud Shilla. "Maksudnya?" [Ya maksud kamu apa, seny

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Biasanya pendiam dan jarang senyum, lah.... iki. kok. guya guyu dewe,

    Sudah satu bulan sepasang suami istri itu menepi di pinggiran kota. Hidup sebagai orang biasa. Pagi hari Shilla dan Elgar berolahraga lari berkeliling jalanan yang masih sepi dan asri. Melewati sawah dan sungai yang airnya terlihat jernih. Perjalanan mereka berakhir di pasar tradisional yang banyak menjajakan jajanan dan makanan tradisional. Elgar yang sebelumnya tidak pernah memakan makanan tradisional sangat senang. "Bukan sehat yang ada gula darahmu naik," tegur Shilla saat sang suami mulai lepas kendali. Sudah satu kantong plastik penuh dengan jajanan pasar di tangan kiri Elgar namun pria blasteran itu masih sibuk memilih makanan lain lagi. "Anggap saja kita berbagi rejeki dengan ibu-ibu penjual di sini," bisik Elgar lalu kembali sibuk dengan deretan jajanan yang dominan berasa manis yang ada di depannya. Jika untuk berbagi Shilla sama sekali tidak keberatan. Sayangnya itu hanyalah alasan Elgar saja. Setiap. sampai di rumah dia memang akan memanggil. beberapa anak kecil

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   Pulang ke Surabaya.

    Setelah mendapatkan rumah sakit yang tepat Elgar dan Shilla memutuskan untuk pulang ke Surabaya. Sejenak melipir ke pinggiran kota untuk menenangkan diri. Di sana Shilla dan Elgar disambut oleh Budhe Siti dan Rizal. Dua orang itu sangat bersyukur melihat Shilla kembali bersama Elgar. Rasa syukur Budhe Siti ucapkan karena Shilla sudah bisa memaafkan Elgar. "Alhamdulillah... Nak, akhirnya kamu bisa membuka hatimu, mengikhlaskan semua yang telah terjadi." Ucap Budhe Situ setelah adegan penyambutan yang diwarna dengan tangis haru. "Shilla ingin seperti Mama, bisa memaafkan meski sakit." "Iya sayang, kamu memang seperti mamamu, punya hati yang lembut dan penuh kasih." Budhe Siti memeluk satu-satunya keponakan yang dimilikinya itu erat. Elgar yang menyaksikan ikut terharu. Pria itu berjalan mendekat lalu berjongkok di depan dua wanita yang duduk di sofa ruang tamu. "Budhe sebagai saksinya, saya janji tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya akan menjaga dan mencintai Shilla

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   Memulai dari awal.

    Meski bersedia memberi kesempatan kedua namun Shilla masih enggan untuk tidur satu kamar dengan Elgar. Wanita cantik dengan rambut panjang sepunggung itu memilih tidur kamar tamu yang ada di lantai bawah rumah mewah peninggalan papa mertuanya. Berbagai alasan Elgar utarakan untuk memaksa istrinya itu tidur di kamar utama namun seperti yang Elgar tahu, istrinya itu sangat keras kepala. "Aku bilang nggak. Kalau kamu maksa aku akan pulang ke Surabaya." Kekeh Shilla sambil mendelik. "Kurasa ikut tinggal di Surabaya lebih baik dari pada tinggal di ibu kota yang udara sangat panas dan banyak polusi." Balas Elgar bersemangat. "Ck...." Tak menyahut Shilla berlalu menuju teras samping. Menyirami bunga-bunga lebih menyenangkan dari pada berdebat dengan Elgar. "Shilla aku lapar. Pengen makan buah." Shilla menoleh, matanya memicing. Pria yang tadi ditinggalkannya di ruang tengah kini sudah duduk kursi panjang dekat pintu penghubung teras samping dan ruang tengah. "Kau punya ka

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   Memulai hidup baru.

    "Sepertinya kita terlalu lunak dengan wanita itu." Sebuah senyum sinis terlihat di bibir Putra. Pagi ini saat di baru sampai di depan pintu kamar inap bosnya, dua anak buahnya langsung memberi laporan. "Ingat, jangan biarkan dia masuk. Kita tidak tahu apa tujuannya mendekati Tuan." "Benar. Mr. Elgar punya banyak musuh baik dalam. urusan bisnis juga pribadi." Sahut Johan. "Ck, Tuan Elgar." Gerald membetulkan ucapan rekannya. "Perbaiki panggilanmu, jangan membuat Tuan Elgar marah." Ya, sejak kesalahpahaman tentang panggilan Olivia oleh security di mansion kini Elgar meminta semua anak buahnya dan karyawannya untukmu memanggilnya Tuan dan memanggil Shilla dengan panggilan Nyonya. "Biasakan lidahmu dengan bahasa Indonesia. Atau Tuan Elgar akan mengirimmu kembali ke Jerman." "Saya mengerti," ujar Johan mengangguk paham. Dan Putra pun menepuk pundak anak buahnya itu. "Berjaga dengan baik. Saya akan masuk melihat keadaan Tuan." Sebelum masuk Putra mengetuk pintu kamar. Baru setelah

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Satu lagi, aku mohon tunggu aku sampai aku sadar. Tolong jangan tinggalkan aku."

    Setelah menjalani perawatan selama hampir satu bulan, hari ini Elgar aka menjalani operasi transplantasi ginjal. Tentu saja setelah Dokter menyatakan kondisinya siap untuk menjalani operasi. Malam ini operasi akan dilakukan, ruang operasi sudah siap juga dengan dokternya. Di ruang rawat inap VVIP Elgar sedang bersia dengan ditemani Shilla dan Putra DM juga Bik Saroh yang sudah seminggu ini ikut bergantian menjaga Elgar. Sebelum dibawa ke ruang operasi Elgar meminta waktu untuk berdua dengan Shilla. "Tolong jangan maafkan aku, aku mohon do'akan agar aku tetap hidup untuk menebus dosa-dosaku padamu." Permintaan Elgar membuat Shilla mengerutkan dahi, bingung. Bagi Shilla permintaan Elgar sangat tidak masuk akal. "Kau takut mati?" tanya Shilla penasaran. "Iya, aku takut mati. Aku takut karena belum menebus semua kesalahan dan dosaku. Dan yang paling kutakutkan kita tidak akan bisa berjodoh di akhirat karena kamu menikah lagi." Sontak saja Shilla melebarkan matanya, kaget dan

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Tetap diam di tempatmu. Segeralah sehat jika ingin menebus dosa-dosamu."

    "Nanti saya akan kembali lagi, sekarang silahkan beristirahat." Dokter Arinda mengurai senyum termanisnya lalu berjalan menuju pintu. Elgar dan Shilla kompak menghembuskan nafas kasar. Dalam hati ingin sekali mengeluarkan kalimat kasar pada dokter yang menurutnya sangat tidak sopan. "Bagaimana bisa seorang dokter kepo dengan masalah pribadi pasiennya?" gerutu Shilla tanpa sadar. Wajahnya yang bisanya berekspresi datar kini terlihat kesal. Matanya melotot dan bibirnya mengerucut. Untuk apa dia menjaga Elgar jika sudah ada dokter yang begitu memperhatikan pria itu. Bukankah Shilla harusnya senang? Sekarang Shilla bisa pulang ke Surabaya dengan tenang. Tak perlu merasa bersalah apalagi merasa tak tega. Elgar tak hanya mendapatkan dokter yang tepat tapi mungkin bisa mendapatkan calon istri yang baru sebagai pengganti Shilla. Ya, semua sudah benar dan tepat. Tapi entahlah..... hati Shilla bukannya senang. Ada rasa kesal dan marah mengingat setiap perhatian yang dokter Arinda

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Cepatlah sembuh, aku bosan setiap hari harus merawatmu di sini."

    Sudah dua minggu Shilla menemani dan merawat Elgar selama menjalani pengobatan di rumah sakit. Meski Maaf itu belum sepenuhnya terucap namun Shilla tak pernah meninggalkan pria yang masih sah menjadi suaminya itu. Bibirnya boleh berkata benci dan tak cinta lagi namun hatinya tak pernah bohong. Rasa peduli dan iba membuat wanita yang memiliki paras cantik khas pribumi itu berhenti peduli. Entah benar karena iba atau ada rasa lain yang tak ingin diakuinya. Setiap hari Shilla berada di sisi Elgar, menjaga, menyuapi makan, mengantar saat ingin ke kamar mandi dan sudah dua hari Shilla juga yang mengelap tubuh Elgar dengan air bersih. Semua itu Shilla lakukan dengan telaten meski kadang bibir tipis itu mengeluarkan kalimat gerutunya. "Badanku terasa lebih segar," ucap Elgar dengan senyum mengembang setelah Shilla membersihkan tubuhnya dengan waslap dan air bersih. Hatinya sangat bahagia karena bukan lagi perawat laki-laki yang membantunya membersihkan diri tapi sang istri yang me

  • Istri Tiga Tahun CEO Arrogant   "Sekarang kita hanya harus berdoa, semoga Alloh melancarkan semuanya."

    Karena sudah memasuki waktu dhuhur aku putuskan untuk melaksanakan sholat dhuhur lebih dukungan sebelum makan siang. Aku memilih kamar tami di lantai atas sedangkan Elgar susah menaiki yanga menuju kamarnya yang ada di lantai dua rumah mewah ini. Di dinding ruang tengah masih terpasang foto Almarhum Papa Leonard dan Mommy Rosa. Dalam foto itu Mommy Rosa tersenyum tipis sedangkan Papa Leonard wajahnya datar. Bahkan dalam foto pun Papa Leonard tak mau berpura-pura bahagia. Tanpa sadar aku menghela nafas, serumit itu cinta mereka. Mungkin raga bisa mengalah namun hati tak mau berubah. Raga mungkin bersanding dengan orang lain namun perasaan cinta tak pernah berpaling. Pasti sangat sakit jadi Mommy Rosa, begitupun Papa Leonard. Dan lebih menderita lagi Mama, yang sudah mengalah namun tetap disalahkan. "Nyonya, silahkan." Aku tersentak saat seorang pelayan menyerahkan mukena yang tadi sempat aku minta. "Ah.... Terima kasih," ucapku berusaha menarik kedua sudut bibirku namun

DMCA.com Protection Status