All Chapters of Setelah Perselingkuhan Suamiku Terbongkar : Chapter 91 - Chapter 100

105 Chapters

Bab 91

Sebuah undangan sudah berada dalam genggaman Anita. Ia membacanya dengan rasa haru yang meletup di dalam dada. Teman rasa saudara selama bekerja di konveksi milik suaminya ketika menjanda kini sedang berbahagia. "Assalamualaikum, Nisaaa," ucap Anita senang setelah panggilannya terhubung. Ia tak sanggup menahan rasa bahagianya sendiri. Rasa itu harus diungkapkan pada sang pemilik."Waalaikum salam, Bu Boss. Apa kabar? Sudah bahagia sekarang." Nisa menjawab dengan semangat. Ia juga senang karena rekannya kini sudah tidak lagi menyandang status janda."Alhamdulillah baik dan bahagia. Kamu juga sedang berbahagia, kenapa baru kasih kabar sekarang? Katanya dulu mau ajak aku belanja buat seserahan, tapi aku ngga dikabari sampai sekarang. Tau-tau udah ada undangannya aja." Anita berujar sambil mengawasi Nata yang sedang bermain dengan deretan mobil-mobilan di atas playmat."Iya, rencana kemarin emang gitu. Tapi ibu bos kan sudah sibuk sama pak bos, jadi ya mana berani ganggu.""Ish biasa aja
Read more

Bab 92

Suasana rumah mendadak hening. Tak ada tanya Anita atau celoteh Nata dalam rumah itu. Anita menghindari suaminya sejak kejadian di meja makan sore tadi. Ia membawa Nata ke dalam kamarnya hingga Nata terlelap."Nata sudah tidur?" tanya Hamid setelah ia masuk ke dalam kamarnya. Pekerjaannya telah selesai, ia kembali mendekati istrinya untuk melepas rindu setelah kesibukannya seharian tadi."Sudah." Anita menjawab sekenanya tanpa menoleh. Ponsel yang menyala di depannya itu tak juga disingkirkan meskipun ada sang suami di depannya. Ia terkesan menghindar."Ngga pengen duduk dekat Mas sini?" tanya Hamid yang sudah duduk di atas ranjang sambil mengamati tubuh bagian belakang istrinya.Anita tidak menjawab. Ia masih enggan meletakkan benda pintar itu untuk melayani sang suami."Masih marah?" Hamid kembali mencecar Anita dengan pertanyaan. Ia pun berdiri dari duduknya lalu menghampiri Anita. Meja rias itu menjadi tujuan Hamid untuk meletakkan bobot tubuhnya. Ia bersandar di meja rias itu sa
Read more

Bab 93

Anita mondar-mandir di ruang tengah rumahnya, mengabaikan Nata yang sedang asik bermain di lantai bersama beberapa macam mobil kesayangannya. Di genggamannya terdapat ponsel yang sedang ia tunggu getarannya."Mas Hamid lama ngga kasih kabar," gumam Anita sedikit kesal. Ia hanya bisa menunggu tanpa berani bertanya, apalagi meminta untuk cepat-cepat pulang.Anita duduk di sofa panjang yang ada di dekat Nata. Ia memandang layar ponsel sambil sesekali memperhatikan Nata.Sebuah notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Anita. Ia segera membukanya.[Kamu siap-siap ya, habis ini saya pulang. Kita ke tempat Nisa]Wajah cemas Anita seketika sirna. Seulas senyuman terbit menjadi pengganti bibir yang sejak tadi tak henti berdesis. Ia segera mengajak Nata bersiap agar ketika sang suami tiba bisa segera berangkat.Sebuah gamis berwarna maroon dengan aksen mutiara di sekitar dada dan lengan menjadi pakaian yang dikenakan Anita sore ini. Gamis itu dipadukan dengan kerudung warna soft pink menjadikan w
Read more

Bab 94

"Ratih," lirih Rasyid hampir tak terdengar suaranya. Ia tercengang dengan tangan yang masih memegang Nata di atas pangkuannya. Bayi berumur setahun itu sibuk mengunyah kue gabus keju sambil sesekali tertawa karena godaan rekan ayahnya yang ada di sekeliling.Ratih berjalan mendekati Rasyid yang sedang duduk di barisan kursi tamu. Langkah kaki perempuan bergamis navy itu terhenti tepat di belakang kursi yang ditempati ayahnya Nata."Mas Rasyid kenal sama Nisa? Atau temennya Riswan?" Ratih kembali bersuara. Ia penasaran dengan apa yang dilihatnya."Mbak Ratih kenal sama Pak Rasyid juga? Beliau ini satu kerjaan sama aku." Nisa yang ada di dekat Rasyid bersama teman-temannya yang lain turut menimpali."Oh temen kerja?""Silahkan duduk, Mbak," ujar Aditya yang tengah duduk di samping Rasyid. Ia memberikan tempat untuk Ratih bisa bergabung bersama dengan teman-teman Nisa, Rasyid khususnya."Iya. Mbak Ratih kok kenal sama Pak Rasyid?" Dahi Nisa berkerut. Pikiran negatif mulai bermunculan dal
Read more

Bab 95

"Single atau tidak itu bukan ukuran untuk seseorang menerima ajakan orang lain.""Aku bukan orang lain, Mas. Aku Ratih, wanita yang kamu harapkan dulu!" ucap Ratih sedikit memaksa. Ia meraih pergelangan tangan Rasyid untuk dipegang agar laki-laki di depannya itu tak lagi mengalihkan pandangannya.Namun Rasyid menepis tangan Ratih itu."Mantan, Tih! Mantan! Itu pun dulu, sekarang sudah tidak ada apa-apa lagi diantara kita jadi kamu jangan memaksaku menuruti permintaanmu. Kamu sudah bersuami kan?" Ada sedikit penekan dalam ucapan Rasyid, berharap Ratih sadar dan membiarkannya pergi."Pernikahanku sudah tidak sehat, Mas. Kalau Mas mau, kita bisa bicarakan ini untuk mewujudkan apa yang Mas inginkan dulu." Ratih menunduk, merasai keinginan hati yang seharusnya tidak diungkapkan saat ini."Oh, jadi ini laki-laki yang membuatmu ingin berpisah?" ucap seseorang yang baru saja datang. Mata seseorang itu menatap Ratih dan Rasyid bergantian dengan letupan emosi yang mulai menyala.Ratih mendongak,
Read more

Bab 96

Rasyid terdiam melihat Ratih begitu terisak. Air matanya tak kunjung berhenti sejak kepergian beberapa orang terdekatnya. Ia bahkan tak memperdulikan Rasyid yang sejak tadi masih belum beranjak dari tempatnya dan sibuk membingkai kuka luka dengan air matanya.Tangan Rasyid terangkat, hendak mengusap lengan Ratih. Namun, tangan itu terhenti di udara. Rasyid urung melakukannya. Ada rasa was-was ketika tangan itu hendak mengusap badan milik wanita yang sejak tadi mengharapkannya.Lagi, Rasyid diam sambil menikmati wanita yang sedang menunduk itu.Kepala Rasyid menoleh sekeliling, matanya menyapu sekitar. Beberapa tamu datang silih berganti. Tak jarang mereka melihat apa yang sedang terjadi itu dengan tatapan tak enak. Perlahan rasa tak nyaman akan situasi ini pun mulai menyelinap dalam diri Rasyid. Bagaimana pun ia tak bisa membiarkan keadaan ini terus seperti ini. Terlebih suara tangis Ratih terdengar pilu.Rasyid tak bisa membiarkan anggapan buruk orang-orang yang melihat ini semua hi
Read more

Bab 97

Nata tidur dalam perjalanan pulang. Ia terlelap nyenyak dalam pelukan sang ibu. Sesekali jemari ibunya mengusap pipi mulus bayi yang terlelap itu.Ada rasa lega yang mejalari hati Anita. Bayi yang dulu ia khawatirkan akan kekurangan kasih sayang bapak, nyatanya kini malah mendapatkan limpahan kasih sayang dari dua bapak sekaligus.Hubungan Anita dengan Rasyid yang membaik itu merupakan diluar prediksinya. Ia bersyukur memiliki suami yang mampu menjadi penengah antara dirinya dan mantan suaminya."Kecapekan ya dia?" tanya Hamid saat melihat sang istri berulang kali memandangi wajah mungil itu.Anita menoleh ke arah sang suami. Bibirnya tersungging sedikit."Iya. Dari siang aktif terus. Tidur cuma sebentar aja." Lagi, Anita mendaratkan pandangannya pada bayi dalam dekapannya itu."Ya sudah biarkan dia tidur. Kasihan.""Iya, Mas. Mas ngga capek? Kalau capek kita nginep di rumah aja," balas Anita. Ia melihat perjalanan masih sampai di sekitar tempat tinggalnya yang lama. Tidak butuh waktu
Read more

Bab 98

Di sebuah klinik, Rasyid sedang menunggu dokter memeriksa kondisi Ratih. Ia menjambak rambutnya untuk melampiaskan rasa kesal yang terus saja hinggap di hidupnya."Gimana bisa kamu tabrak istri saya!" omel Fajar. Ia berjalan mondar-mandir di depan Rasyid."Saya ngga nabrak. Dia sendiri yang lari pas saya berusaha pergi. Perlu kamu tahu, antara saya dan Ratih tidak ada apa-apa. Kami dulu memang berteman baik, setelah itu terpisah sekian tahun karena kami sibuk dengan kehidupan kami masing-masing.Baru beberapa hari yang lalu kami kembali bertemu dan saat itu, saya melihat ada gelagat aneh dari Ratih pada saya. Jika saja saya tau rumah tangga kalian sedang tidak baik-baik saja, maka saya tidak akan pernah mau untuk berurusan dengan dia lagi.""Jangan bohong kamu! Ratih terlihat sekali kalau dia menginginkan kamu!" ucap Fajar bersungut-sungut."Menginginkan?" Rasyid menyahut. Dahinya mengerut tak paham dengan ucapan Fajar."Iya, dia terlihat memaksa kamu untuk menerima dia!"Rasyid teetaw
Read more

Bab 99

Hamid memperhatikan istrinya disela-sela konsentrasinya mengemudi. Ia merasa aneh sebab sejak kembali dari kafe istrinya lebih banyak diam.Suara musik instrumental menemani mereka dalam perjalanan, dan menjadi satu-satunya suara dalam kabin mobil tersebut. Konsentrasi Hamid terpecah, akan tetapi suara musik itu membuatnya tetap bisa mengemudi dengan baik sekalipun hatinya sedang tak biasa.Hari sudah larut. Tidak ada waktu untuk Hamid bisa bertanya perihal perubahan sikap istrinya dengan tenang. Ia harus fokus dengan jalanan yang lumayan lengang agar lekas sampai di rumah.Sekilas Hamid melirik sang istri lagi. Wajah wanitanya itu terus saja melihat ke arah jendela. Sejak mulai perjalanan sampai hampir sampai Surabaya wajah itu tak beranjak dari depan kaca dengan tatapan nanar ke sepanjang bangunan di pinggir jalan.Dalam hatinya, Hamid kepayahan menahan diri. Tapi ia tak punya banyak pilihan sebab khawatir akan terjadi pertengkaran jika grusah grusuh membahas masalah sensitif seperti
Read more

Bab 100

Hamid membawa Anita duduk di teras samping rumahnya. Jam dinding yang berputar masih menunjukkan angka lima lebih tiga puluh menit, masih ada banyak waktu untuk bisa berbicara dengan istrinya soal semalam.Laki-laki yang memakai kaos polos dengan celana pendek itu menatap sang istri yang menunduk. Ia menunggu perempuan yang rambutnya dikucir kuda itu menjawab pertanyaannya yang baru saja dilempar."Ada apa denganmu?" tanya Hamid sekali lagi. Ia masih terus menikmati wajah Anita yang membisu."Mas bukan dukun, bukan pula orang pintar yang tahu isi hatimu tanpa harus bertanya lebih dulu. Kalau ada apapun, baiknya bicarakan pada Mas, untuk kita bahas bersama. Jangan tiba-tiba diam seperti ini." Hamid berusaha menjelaskan apa yang ia mau. Memulai hubungan tanpa perkenalan yang dekat memang harus ada salah satu pihak yang menjadi mengalah untuk memulai. Jika pihak perempuan tidak demikian, maka pihak laki-laki yang harus mengalah untuk memulai membangun komitmen kedepannya.Anita diam saj
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status