Home / Romansa / Mantan Istri CEO Dingin / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mantan Istri CEO Dingin: Chapter 11 - Chapter 20

132 Chapters

10. Hilang

Shane melihat ke sekitar kamar Helena. Rapi dan bersih. 'Sejak kapan ia pergi? Dan kemana? Ia tak pernah pergi pagi-pagi sekali. Ia selalu pergi setelah aku pergi.'Shane berkeliling mengamati kamar istrinya itu. Kamar itu sangat luas tapi dibanding kamar lain di kediaman milik Shane Digory, kamar yang ditempati Helena adalah yang terkecil. Kamar itu bernuansa putih cream dengan sebuah ranjang double bed yang tepat berada di tengah ruangan. Sebuah jendela besar dengan bingkai tebal seakan sofa, yang biasa Helena gunakan untuk duduk dan membaca di kamarnya. Jendela itu menghadap halaman luar. Sesekali Shane pernah melihat siluet istrinya yang duduk di sana saat ia terpaksa harus kembali ke rumah ini.Kamar itu hanya memiliki tiga tone warna saja, putih, cream dan broken white tanpa ada motif baik di sprei maupun gorden. Begitupun tanaman, tak ada bunga-bungaan dalam vas keramik ataupun sekedar lukisan di dinding bergambar pemandangan di kamar itu. Kamar itu benar-benar terlihat polos,
Read more

11. Seorang Tamu

"Mau apa kau ke sini?" tanya pria dengan tatapan tajam dari manik coklat hazelnutnya. Walau bertanya seperti itu, Shane tahu benar siapa tamu yang baru saja memencet bel rumahnya itu. Di teras depan berdiri pria tua yang berusia dua kali umur Shane. Pria itu memiliki rambut putih panjang yang kusut dengan baju bermotif bunga dan coat bermotif garis horizontal. Belum cukup mengganggu mata dengan pakaiannya yang penuh dengan warna dan motif tak sesuai pakem fashion normal, pria tua itu juga memakai bawahan bermotif bunga-bunga berwarna cerah. Namun, Shane terlihat kesal dan menahan amarah kepada pria tua itu bukan karena penampilannya. Sama sekali bukan, tapi karena Shane tahu pria itu adalah salah satu dari sekian banyak pria simpanan lain milik Helena. Sebuah foto dikirimkan oleh Athena Ariana ke ponsel Shane beberapa waktu lalu yang memuat foto Helena sedang dirangkul oleh pria tua berambut putih itu. [Lihat apa yang dilakukan istrimu? Dia jelas sekali seorang hypersex. Pria itu
Read more

12. Skandal (1)

Tawa melengking Kimberly Ryder berbalut dengan suara lagu-lagu bernada cepat menunda jawaban dari pertanyaan Helena."Kau benar-benar akan menjual dirimu, wanita 'suci'?" ejek Kimberly Rider sambil menekankan kata 'suci' dan membentuk gestur tangan mengutip saat mengatakan kata itu.Helena kembali mengangguk, tapi kali ini ia membalas tatapan Kimberly Rider dengan penuh tekad. Helena tak punya jalan keluar lain."Ah kau betul-betul serius." Wanita berambut ungu terang itu menepuk kedua tangannya sebelum melanjutkan kalimatnya, tampak sangat antusias. "Kebetulan aku ada pekerjaan untukmu, dan aku merasa pekerjaan ini sangat cocok untukmu. Kau hanya perlu melakukan ini sekali saja, dan selanjutnya tak perlu menjajakan diri lagi. Selamanya kau akan dibayar sampai misi ini selesai, dan jika menurutmu bayarnya kurang, kau bisa meminta sesuka hatimu.” Helena mendelikan mata. "Jika bayarannya begitu menakjubkan, kenapa tidak kau ambil pekerjaan ini?"Kimberly tersenyum tipis. "Dari dulu kau
Read more

13. Skandal (2)

'Kenapa ia masih sadar? Bukankah ia sudah meminum obat biusnya.''Apakah ia akan membunuhku?'Posisi Helena sekarang berada di bawah Shane Digory, lelaki bersurai abu gelap itu mengukung tubuh Helena dengan kedua kakinya. Posisi mereka sekarang seakan sepasang kekasih yang siap bercinta dengan gaya misionaris.Tangan kanan Shane Digory masih berada di leher gadis berambut hitam itu, kemudian saat tangan kiri pria itu menyibak rambut hitam panjang milik Helena yang terurai menutupi wajah."Kau?" Sebuah kata dengan nada tanya, lolos dari bibir tipis pria tampan itu.Helena mulai meneteskan air mata dengan wajah memerah karena oksigen yang masuk ke tubuhnya mulai berkurang akibat cekikan dari Shane Digory.'Jika aku mati jika maka Rose akan sendirian!' Helena menjerit ketakutan dalam hatinya. Ketimbang kematiannya, Helena lebih takut kalau Rose akan hidup sebatang kara."Shane, apa yang kau lakukan?" tanya seorang pria yang tiba tiba sudah berada di dalam kamar. Memecah keheningan diantar
Read more

14. Tiga Tahun

"Helena! Apa yang kau lakukan? Diam saja seperti batu, tak akan membuat meja itu bersih dengan sendirinya!" Kau kira dengan begitu pria yang di dalam televisi itu akan mau denganmu?" bentak seorang wanita bertubuh gemuk sambil berkacak pinggang di bawah televisi. Helena langsung mengalihkan pandangannya pada meja yang dari tadi ia bersihkan. Tak ada satupun pelanggan dari pagi hingga siang hari ini, hal itu membuat Matilda Grace kesal, dan menumpahkan semua kemarahannya pada satu-satunya pegawai yang ia miliki di kedai itu, Helena. Helena, hanya diam setiap Matilda Grace mulai mengeluh betapa sepinya penjualan. Helena merasa penjualan di kedai makanan milik Matilda justru biasa saja, karena kedai ini hanyalah kedai makanan kecil yang berada di sebuah pulau terpencil. Pulau Rhee. Pulau Rhee memang sangat indah, tapi bukan tempat destinasi wisata yang populer. Satu-satunya alasan adalah akses ke pulau itu sangat terbatas, begitu juga fasilitas yang ada di pulau itu. Para penduduk pul
Read more

15. Pulau Rhee

Shane melepaskan glove tinjunya dan melemparkan benda itu dengan asal ke sudut ruangan. “Alamnya sangat cantik dan kurasa aku perlu melihat proyek yang sedang dikerjakan di sana.”Athena langsung cemberut mendengar alasan tunangannya ke tempat liburan yang akan ia datangi. “Kalau seperti itu, kau hanya ingin bekerja dengan alibi liburan,” sungut gadis berambut merah itu.“Aku liburan sambil melihat pekerjaan, itu hal yang menguntungkan, Ath,” jelas Shane Digory sambil tersenyum melihat kekasihnya tak menyukai idenya. “Kau ikut?”“Apa tak sebaiknya ganti tempat saja, Sayang?” Athena menjawab pertanyaan Shane dengan bertanya balik.Shane menggeleng. “Tidak bisa. Aku akan kesana, lagi pula aku tak pernah melihat proyek itu sejak mulai dibangun sebulan yang lalu, dan tinggal tiga bulan lagi proyek itu rampung. Aku memang percaya dengan manajer proyek itu -Johan-, tapi aku juga penasaran.”Athena merotasikan manik matanya sebelum menjawab ajakan itu. ‘Kau tak pernah mau mengalah padaku ya,
Read more

16. Kedai Kecil

Helena tersenyum. "Anda ingin minum apa, Tuan-tuan?" tanya wanita itu sambil memberikan menu pada Johan Bolton. Mata zamrud milik Helena tak pernah sekalipun menatap Shane Digory."Tentu saja minuman yang paling tepat untuk siang hari ini, es kelapa dengan madu. Apa Anda juga ingin mencicipi es kelapa juga, Tuan?" tanya Johan Bolton dengan alis bertaut melihat bosnya seakan masih terpesona dengan Helena. 'Apa wanita ini tipenya? Helena bahkan jauh sekali dengan Nona Athena yang berambut merah. Apa Tuan Shane ingin bermain api?'"Tuan Shane?" tanya Johan Bolton lagi saat bos besarnya itu masih mengalihkan pandangannya pada Helena. Helena melempar pandangannya pada buku menu di hadapan Johan Bolton seolah ia tak hapal ejaan 'es kelapa madu' yang akan ia tulis di kertas pesanan."Anda baik-baik saja?" tanya Johan Bolton lagi sambil berdeham. 'Astaga, ia benar-benar terpesona dengan Helena hingga terlihat seperti pria kurang waras. Kukira bos besar seseorang yang sangat mengerikan dan ta
Read more

17. Sarapan Pagi

Tanya Shane dalam hatinya sambil melihat ke arah kedai. Di pintu yang dicat berwarna hijau tosca tertulis waktu operasional kedai dari pukul delapan pagi hingga pukul enam sore. Shane melihat jam tangannya. 'Masih sejam lagi.''Aku hanya ingin mencari sarapan, dan satu-satunya tempat yang menjual makanan adalah restoran ini.' Shane menegaskan maksud dan tujuannya datang ke kedai kecil itu entah pada siapa. Karena ia hanya berkata dalam hati. Hingga, sosok seorang wanita dengan balutan kaos polo putih, celana panjang khaki, dan rambut panjang hitam yang diikat ekor kuda. Terlihat berjalan dengan perlahan sambil mendorong tiga galon air dalam kereta belanja.Jantung Shane langsung berdetak lebih cepat terlihat dari data smartwatch yang melingkar di pergelangan tangannya. Helena tak menyadari ada seseorang yang mengamatinya dari jarak tak begitu jauh.Bahkan sepagi ini wanita dengan wajah cantik dan tatapan teduh itu membuka pintu kedai dan langsung mengangkat tiga galon air satu persatu
Read more

18. Catcalling

Tepat saat Shane Digory berpikir seperti itu, Helena keluar dari dapur dengan ekspresi dinginnya. Wanita itu membawa nampan berisi menu sarapan yang biasa dipesan oleh para pekerja proyek. "Helena tersenyumlah sedikit padaku, agar hariku cerah," erang seorang pria pada Helena yang baru saja meletakan sepiring sarapan dan kopi hangat. Namun, wanita yang mengenakan apron itu tampak tak peduli dan tetap meneruskan pekerjaannya bolak balik mengantarkan makanan dari dapur ke meja-meja pelanggan. Shane asyik mengikuti tingkah laku mantan istrinya dari sudut ruangan. Tampaknya tak ada seorangpun dari pekerja proyek itu yang sadar kalau bos besar mereka sedang mengawasi di kedai kecil itu saat waktu sarapan tepat di pukul sembilan. Shane yang sengaja berlama-lama di mejanya sedari tadi, tak menyangka akan mendapat kesimpulan baru tentang istrinya. Alih-alih tersenyum dan senang ketika digoda oleh para pria pekerja proyek, Helena lebih ke tak mempedulikan mereka. “Anda pesan minum apa?” t
Read more

19. Selbuk Obat

Shane membelalakan matanya. Entah kenapa ada riak senang yang membuncah di dadanya. ‘Ia begitu terpukul karena bercerai denganku?’Sedikit menahan senyum tipis di wajahnya, Shane menanggapi info dari Matilda. “Mantan suaminya pasti pria hebat.”Matilda menggeleng dengan kencang. “Ia cerai mati.”Shane bungkam. Tak sanggup berkata-kata.“Suaminya sudah mati. Bahkan tak meninggalkan warisan sepeserpun pada dirinya. Kasihan hidup wanita itu, sangat sial. Setidaknya jika ia harus menikahi pria yang segera menemui ajal, ia harusnya memilih pria kaya raya agar bisa mengambil hartanya.”“Oh yah seperti itu.” Shane mengangguk canggung, rasa senang yang tadi sempat muncul di dadanya lenyap begitu saja karena Helena mengatakan ia -si mantan suami- sudah meninggal. ‘Ia sudah menikah denganku, bahkan tinggal sejengkal lagi mendapat harta Digory, tapi ia mengembalikan semua itu begitu saja. Hal itu yang menjadi tanda tanyaku tiga tahun terakhir ini.’Shane tak ingin mendengar Matilda membahas Helen
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status