Semua Bab Menikahi Kakak Ipar: Bab 31 - Bab 40

47 Bab

31. Kemarahan Satria

Akhir pekan ini Tami sengaja mengajak Satria pergi keluar, menikmati udara segar di kota hujan. Kakinya sudah sembuh dan kini dia ingin menghibur dirinya sendiri karena sudah lama tak keluar rumah. Sekaligus menenangkan pikiran Satria yang belakangan berpikir terlalu keras.Mereka berdua berpakaian santai dan tak memilih ke tempat khusus, hanya pergi makan dan menyusuri taman lalu bercengkerama di salah satu kursi di sana dengan obrolan acak yang sesekali membuat tawa mereka pecah. Kalau orang lain melihat, mungkin tak akan ada yang mengira kalau Satria adalah seorang pemimpin perusahaan. Mereka berdua seperti sepasang anak muda yang memadu kasih, ketimbang sepasang suami istri.“Sayang, kalau cape bilang ya.”“Iya, Mas,” jawab Tami sembari menghirup udara sejuk sembari memejamkan mata. “Enak kali ya mas kalau tinggal di pinggiran kota begini, udaranya segar enggak sesak dengan polusi.”Cup “Eh ... ngaco kamu, Mas.” Kepala Tami sibuk menengok ke kanan dan kiri. Dia lalu memukul pelan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-02
Baca selengkapnya

32. Awal Baru

“Sesuai dengan janji kalian, maka perombakan besar akan dilakukan besar-besaran. Saya tidak mau mendengar apa pun lagi. “ Tegas Satria pagi ini saat memimpin rapat, setelah menyeret Irwan dan Sissy masuk ke dalam penjara.Semua pemberitaan miring sudah di klarifikasi, kini berganti Irwan dan Sissy yang menerima semua hinaan. Terutama pertanyaan bagaimana seorang adik tega melakukan itu semua pada orang yang menyokong hidupnya dan berbagai kalimat menyakitkan lainnya.Satria menutup kuping atas semua rayuan dan permohonan yang dilakukan kedua orang tuanya. Untungnya Tami tidak ikut campur dan hanya diam mendukung semua yang dilakukannya. Dirinya merasakan kekecewaan hebat karena hal ini tak main-main dan dia tak mau lagi berdiam ini. Sudah saatnya menunjukkan taring.Seperti saat ini. Langkah awal yang dilakukan, membuat semua orang di ruang rapat menutup mulutnya rapat. Suasana berubah menegangkan, beberapa orang sudah mulai gelisah dan dalam hati tak henti merapal doa semoga namanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-27
Baca selengkapnya

33. Tami Kembali

Setelah drama di ruang rapat karena Satria mengubah manajemen dan beberapa peraturan perusahaan, kini setelah berjalan waktu keadaan mulai kembali tenang. Kondisi perusahaan membaik dan rumor di luar sudah meredup.Rumah tangga Tami dan Satria semakin menghangat dan kondisi kakinya juga sudah kembali normal. Tami sudah bisa kembali beraktivitas, meski masih dibatasi oleh Satria karena terlalu kuatir.“Tapi aku bosan, Mas,” rengek Tami karena tidak mendapatkan izin untuk pergi ke toko buku langganannya.Mereka sedang bersantai sambil mendengarkan suara televisi yang tidak ditonton. Tami sibuk merengek dalam pelukan suaminya. Sedangkan Satria memilih mendengarkan dengan penuh kesabaran.“Tempat itu jauh, Sayang. Nanti aja aku antar pas libur.” Satria menunduk dan mengecup kening Tami sekilas karena istrinya sedang mendongak menatapnya“Liburnya kamu tuh enggak bisa diprediksi.” Wajah Tami memberengut dan mencebik karena kesal. Dia melepaskan diri dari dekapan Satria dengan tangan bersed
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-28
Baca selengkapnya

34. Kejutan

“Idih, bisa apa dia. Balik langsung jadi direktur, mentang-mentang suaminya CEO di sini.”“Paling juga jurus rayuan maut. Sama kaya dulu tuh, tiba-tiba nikah sama bos. Paling modal angkat rok.”CeklekKedua wanita yang sedang merapikan lipstiknya sontak menengok serempak dan melotot. Tami tersenyum miring melihat itu dan melangkah dengan santai dan berdiri di samping kedua bawahannya lalu mencuci tangan perlahan.“B-bu, mak-maksud kami–“ gadis dengan rambut coklat itu tak lagi meneruskan ucapannya karena melihat tangan Tami yang terangkat dan telunjuknya mendekat di depan bibirnya.“Maa-maaf, Bu. Kami ... “ begitu juga gadis dengan dandanan tebal itu yang kembali mengatupkan bibir.Tami terkekeh, tapi tak lama wajahnya terlihat mengeras dan berucap dengan dingin juga tegas, “Saya tidak akan memberikan peringatan kedua, jadi dengarkan baik-baik. Ini kantor bukan tempat gosip, terlebih ucapan kalian tanpa bukti. Kalau kalian masih mau kerja di sini, tunjukkan kinerja kalian. Bukan adu m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-29
Baca selengkapnya

35. Bertemu Christian

Rahang Satria jelas saja mengeras. Apa-apaan pria ini. Datang dari antah berantah dan tiba-tiba mengaku sebagai ayah kandung dari istri cantiknya. Tidak, Satria tidak ingin ada yang memanfaatkan kebaikan hati istrinya. Untung saja Tami sedang sakit, jika tidak wanita itu pasti akan sangat kepikiran sekarang.“Apa maksud Anda?” Nada suara ramah Satria hilang entah ke mana dan berganti dengan suara dingin nan tegas.“Saya adalah mertua Anda.” Tegas Christian.“Tidak! Mertua saya sudah meninggal!” jawab Satria dengan lugas.Christian terdiam sesaat, memperhatikan Satria dan dia tahu kalau pria di depannya ini sedang mencoba menahan emosi. Dia menghela napas pelan. “Saya akan melakukan tes DNA dengan Tami dan jika terbukti saya adalah ayah kandungnya, jangan harap kamu bisa menemuinya,” ucapnya tenang.Satria jelas melongo mendengar itu. Namun, belum sempat dia menjawab sosok pria yang mengaku mertuanya sudah tak ada lagi di depannya. Dia menengok dan pintu sudah tertutup sedikit kencang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-17
Baca selengkapnya

36. Pernikahan Sissy

Tami mengerjap, matanya terkadang menerawang dan sesekali berkedip tak tentu. ‘Perasaan apa ini,’ batinnya. Dia menyentuh dadanya dan sesak itu datang, ada rasa kerinduan mendalam dan hal itu tak hilang meski sudah melakukan panggilan video dengan suaminya. ‘Laku aku merindukan siapa?’ pikirnya.Satria berjalan pelan sambil mengernyit. Dia sudah pulang dari beberapa waktu yang lalu dan memanggil Tami. Karena tak ada jawaban, langkahnya semakin cepat menuju kamar. Pikirannya masih belum tenang karena ucapan Christian. Benar saja, istrinya sedang melamun di balkon dan tak menyadari kehadirannya bahkan saat pintu dibuka dengan sedikit kencang tadi.“Sayang,” panggilnya lagi.Tangan Satria yang menyentuh lembut bahu Tami membuat istrinya sedikit tersentak dan terkesiap. Dan wajahnya terlihat penuh kelegaan saat menoleh dengan segera senyum itu hadir. “Kenapa melamun? Kamu bahkan tak menyadari kedatanganku,” tanya Satria sambil pura-pura merajuk.Tami terkekeh, dia bangun dan melingkarkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-17
Baca selengkapnya

37. Kita Akan Bahagia

Semakin hari Tami semakin gelisah, keberadaan Christian seolah selalu ada di mana pun dia berada. Di kantor, restoran, sekitar rumahnya, bahkan di setiap acara yang dia hadiri. Pria itu selalu mengetahui kegiatannya. Terlebih tatapan pria itu saat memperhatikan dirinya, membuat perasaannya menjadi tak menentu. Bukan karena takut, tapi lebih kepada perasaan yang dia sendiri tak bisa mendeskripsikannya.Elusan lembut hadir di kepalanya. Membuat Tami menoleh sejenak dari dokumen di tangan yang sejak tadi tak menarik perhatiannya. “Masih memikirkan pria tua itu?” “Maaf, hanya saja... rasanya ada yang mengganjal di hatiku,” ucap Tami pelan. “Tenanglah, aku tidak akan membiarkan siapa pun mengusik ketenanganmu.” Tegas Satria. “Sekarang ayo makan siang, aku ingin mengajakmu ke salah satu restoran terbaik di pinggiran Jakarta.”Tami mengangguk, membereskan dokumennya dan gegas berdiri saat tasnya sudah berada di tangan. Mereka benar-benar pergi ke restoran pilihan Satria. Jaraknya agak jau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-19
Baca selengkapnya

38. Ingin Punya Anak

Seperti sore sebelumnya, setiap kali akhir pekan tiba dan tak ada yang mau pergi keluar, mereka selalu menghabiskan waktu di taman belakang. Gazebo yang di buat di atas kolam ikan ini sungguh menyenangkan, dengan suara gemercik air membuat suasana semakin tenang.Namun kali ini ketenangan itu raib entah ke mana. Tergantikan dengan rasa gundah yang enggan hilang. Kemarin, setelah sampai ke rumahnya, Tami memberanikan diri membuka dan membaca perlahan kata demi kata yang tertulis di surat keterangan tersebut. Tapi pertanyaannya, bagaimana bisa? Dia bahkan baru bertemu dengan pria itu belum lama. “Apa ada cerita masa lalu yang di tutupi mama atau aku bukan anak kandung mereka,” gumam Tami lirih.Wajahnya pias, tanpa ekspresi. Akan tetapi, gurat lelah itu terlihat jelas dan disempurnakan dengan kantung mata yang menghitam. Dia tak bisa tidur semalaman, terlalu banyak pemikiran yang merasuk di dalam kepalanya. Membuat hatinya semakin sumpek dan sesak.“Sayang, aku cari kemana-mana, rupany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-21
Baca selengkapnya

39. Salting

Pagi ini kantor dihebohkan dengan sebuah bingkisan bunga besar yang diletakkan di lobi. Dengan sebuah kartu ucapan teruntuk kepada Tami, tapi bukan nama suaminya sebagai pengirim di sana.Suara penuh cibiran kembali terdengar, bisik-bisik di beberapa titik terlihat begitu seru.“Bener ‘kan, sekarang kelihatan deh belangnya.”“Kok enggak malu ya terang-terangan begitu.”“Gimana perasaan Pak Satria ya pas lihat istrinya dikirimin bunga dari laki-laki lain.”“Paling sebentar lagi juga bakal diceraiin.”Tami tutup telinga dari segala macam cibiran negatif yang datang. Tak juga menanggapi ucapan positif yang mendukungnya. Dia hanya diam, tersenyum tipis dan berlalu begitu saja.Begitu memasuki ruangannya, dia langsung menghempaskan punggungnya ke sofa. Memijit pelan pelipisnya, sembari menghela napas lelah. Rasanya begitu kesal, bagaimana pria yang mengaku ayah kandungnya tega melakukan ini hanya untuk sebuah perhatian. “Aku harus bicara sama mama,” gumamnya. Tami beranjak menuju meja ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-08
Baca selengkapnya

40. Panggil Papi, Nak.

Belakangan ini Tami sering merasakan tubuhnya mudah lelah. Hari-hari bahkan terasa berat dan lama untuk dijalani, padahal tumpukan pekerjaan tidak pernah usai. Biasanya saat dia tenggelam dalam pekerjaan, waktu akan cepat berakhir bahkan terkadang dia lupa mengisi perutnya dan di penghujung hari masih akan ada banyak senyuman yang tersisa di wajah cantiknya.Namun, kini sebaliknya. Dia kehilangan semangat dan isi kepalanya begitu riuh seolah ada angin topan berkepanjangan di dalam sana. Konsentrasinya menurun, bahkan belum jam makan siang tapi tenaganya sudah habis-habisan.Tami menunduk, menopang kepalanya dengan tangan yang menumpu di meja sambil sesekali memijat pelipis juga pangkal hidungnya. Mata berair. Kepalanya sakit sekali, perutnya terasa berputar dan rasa mual itu kini seolah menambah panjang daftar rasa tak nyaman dan disempurnakan dengan desakan isi perutnya yang tiba-tiba saja memaksa untuk keluar.Dengan sisa tenaga, dia berlari memasuki kamar mandi. Mengeluarkan semua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status