Home / Rumah Tangga / Menikahi Kakak Ipar / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Menikahi Kakak Ipar: Chapter 11 - Chapter 20

47 Chapters

11. Bulan Madu Yang Ingin Dilupakan

Mata Tami memejam erat, dia menahan perih di bagian tubuh bagian bawahnya. Namun, hal itu tak sesakit hatinya. Air matanya menetes perlahan, tapi hal itu tak membuat Satria menghentikan apa yang sedang dinikmatinya sekarang.“Vania ... aku mencintaimu, Sayang. Oh, Vania. Terima kasih sudah menjaganya untukku.” Suara mengeram tertahan Satria terdengar begitu jelas. Karena pria itu menyandarkan kepalanya di bahu Tami yang hanya bisa diam pasrah dalam kungkungannya.Hati Tami membuncah, dia kira Satria mulai bisa membuka hati dan akan belajar menerima dirinya dengan sungguh-sungguh sebagai istri. Tapi, senyumannya seolah melesap langsung ke perut bumi kala mendengar nama wanita lain yang di teriakkan suaminya saat pria itu mendapatkan kepuasan.“Hukuman kamu, benar-benar menghukumku, Mas,” batin Tami menangis. Dia memiringkan badannya saat Satria sudah berguling ke samping. Mereka masih di pinggir pantai, dengan beralaskan daun pisang. “Diri ini benar-benar sudah tak ada lagi harga dir
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

12. Pulang Lebih Cepat

“Sayangnya mama,” suara penuh kebahagiaan terdengar dan pelukan hangat di terima Tami. Wajahnya juga tak luput dari banyaknya kecupan dari mama mertuanya.Satria entah ke mana. Begitu sampai mereka berpisah di depan bandara dan Tami langsung diantar ke rumah utama.“Maaf ya, Sayang. Kalian jadi terpaksa pulang lebih cepat dan hanya dua malam di sana. Pasti kamu sedih ya. Biasanya kalau sudah ke sana, semua pada betah dan enggak mau pulang.” Mama Emilia terlihat menyesal dan sedikit bersalah pada menantunya ini.“Aku malah bahagia bisa keluar dari pulau itu, Mah,” ucap Tami dalam hati. Yang tampak malah senyum manis menenangkan dan ucapan penuh pengertian,” Enggak kok, Mah. Kami bisa ke sana lagi kapan-kapan dan Mamah benar, di sana begitu indah.”“Iya, kamu benar. Nanti kita bisa ke sana saat liburan dan kamu bisa melanjutkan bulan madu ke negara lain.” Mama Emilia masih terus berusaha menghibur Tami.Wajah Tami malah tercipta senyum pias setiap kali mendengar kata bulan madu.“Ya uda
last updateLast Updated : 2023-11-27
Read more

13. Kemarahan Satria

Ketukan pintu kembali terdengar. Dalam pikirannya dia mencoba menebak siapa yang datang. Ternyata kepala bagian keamanan di perusahaannya.“Maaf, Pak. Bapak memanggil saya?” tanyanya sopan.“Masuk, Pak. Saya mau lihat rekaman cctv kemarin. Sekaligus ada beberapa hal yang harus saya tanyakan,” ujar Satria. Dewo pria paruh baya yang sudah lama mengabdi sebagai keamanan di perusahaan itu pun beringsut mendekat dan meletakkan laptopnya di atas meja.Ruangan Satria telah rapi beberapa menit lalu dan kini dia kan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. “Apa ada kejadian janggal beberapa hari ini? Dan apa saja yang dilakukan adik saya kemarin?” Meski masih muda, tapi suara tenang penuh wibawa itu selalu membuat sungkan para bawahannya tak terkecuali Dewo. “Bapak bisa lihat sendiri,” ucap Dewo sembari menggeser laptopnya ke arah Satria.Dahi Satria berkerut. Dia benar-benar tak menyangka adik kandungnya bisa melakukan itu semua. Terlebih membawa orang luar yang notabene adalah saingan pe
last updateLast Updated : 2023-11-27
Read more

14. Bertemu Irwan

Baru saja Satria ingin membuka pintu kamarnya, tapi pintu tersebut sudah terbuka lebih dulu dengan wajah Tami yang segar sehabis mandi. Lengannya lantas menyentuh bahu Tami, bermaksud membawanya masuk kembali ke kamar.“Mas, aku mau minum. Haus banget. Kamu masuk dulu aja, mandi. Bajunya sudah aku siapkan, nanti aku kembali lagi.” Cegah Tami seraya menahan tubuhnya agar tak di tarik masuk ke dalam kamar.“Sebentar aja. Em ... ada yang mau aku bicarakan.” Rayu Satria.“Aku haus sekali, Mas.” Tami bersikeras.Bukan Satria namanya jika tidak keras kepala. Dia merangkul Tami dan merapatkan ke tubuhnya sambil memaksa untuk melangkah ke dalam. Menutup pintu dengan kaki dan menghimpit istrinya ke dinding.Matanya menikmati setiap inci wajah cantik istrinya, mengelus pipi Tami pelan. “Kenapa kamu malah terus memenuhi kepala aku?!” tanya Satria dalam hati.Wajahnya mendekat, hidung mereka sudah bersentuhan. Tami memejamkan mata, membuat senyum miring tercipta di bibir Satria.“Satria! Turun ka
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

15. Keluarga Toxic

Tami kira, kehidupannya setelah menikah akan terasa lebih baik. Mama dan adiknya akan tenang karena tidak kekurangan uang lagi dan yang paling utama bisa jauh dari Irwan, pria brengsek yang sudah menghancurkan hatinya.Namun, semesta rupanya tak ingin dirinya bahagia terlalu cepat. Seperti sore tadi. Rasanya seperti di lempar dari ketinggian ratusan meter. Bagaimana tidak, mendengar kenyataan bahwa Irwan ternyata adalah adik iparnya sendiri merupakan sesuatu yang tak pernah Tami sangka.Padahal dulu Satria berjanji sebelum mereka menikah, “ Kamu yakin? Irwan bukan perkara mudah untuk kamu hindari, pikirkan baik-baik tawaranku. Dan aku yakin, jawabanmu adalah, iya.” “Itu artinya dia akan menjauhkan Irwan dariku, kan. Lalu apa-apaan ini?” tanya Tami pada diri sendiri.Mata Tami bergerak liar, dia terdiam di dalam kamar apartemen Satria. Otaknya berusaha mencari penggalan memori yang belakangan ini terjadi.“Malam itu, aku di selamatkan dari kebejatan Irwan. Begitu sadar sudah di rumah
last updateLast Updated : 2023-11-30
Read more

16. Satria Galau

Belakangan Tami terlihat lebih diam. Wanita itu tetap melakukan rutinitasnya dan melayani semua kebutuhan Satria. Hanya saja, semua dilakukan tanpa suara.Satria kesal sendiri. Dia merindukan ocehan Tami. Sudah sejak malam itu istrinya seolah mendiamkannya, meski akan tetap menjawab bila ditanya. Berbeda bila sedang berbicara dengan mama Emilia, dunia seolah milik mereka berdua. Tawa Tami bahkan kadang terdengar begitu kencang dan lepas.Merasa sudah tak tahan, ingin meluapkan rasa rindunya. Satria menangkap lengan Tami yang sedang berjalan melewatinya. Dia menarik ke pangkuan dan memerangkap pinggangnya erat.“Apaan, sih, Mas. Aku mau ke dapur.” Protes Tami.Satria diam. Dia hanya menatap wajah teduh Tami dan malah menahan napas. Tiba-tiba rasa gugup hinggap dan malah menyemburkan kalimat lain, “Kalau kamu masih mendiamkan aku, jangan salahkan aku kalau semua fasilitas untuk keluargamu akan aku hentikan.”Bibir Tami maju karena cemberut. Tangannya mengepal menahan kesal dan akhirnya
last updateLast Updated : 2023-12-06
Read more

17. Jebakan Irwan

Satria memilih tak mengambil pusing. Nanti akan ada waktunya untuk membicarakan banyak hal pada Tami. Setelah dirinya mampu memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya. Karena sejak menikah, hati dan pikirannya terasa tak sinkron. Hatinya pun sering merasakan hal yang baru kali ini dia rasakan. Terlebih Tami tak menunjukkan reaksi apa pun. Seperti saat ini, mereka sedang bersiap untuk sarapan. Maka dengan sigap, Tami menghampiri Satria dan membantu merapikan kemeja setelah memasangkan dasi juga jas kerja. Wanita itu mengulas senyum kecil dan berlalu begitu saja keluar kamar. Satria mengikuti layaknya anak kecil yang tak mau jauh dari ibunya. Selalu seperti itu setiap hari. Dia tak peduli, hanya mengikuti apa yang otak perintahkan pada tubuhnya.“Aku enggak mau makan nasi,” ucap Satria begitu duduk di meja makan.Tami melongo. Dia melihat nasi goreng dan beberapa lauk pelengkap di meja lalu cemberut ke arah Satria.Dengan sekuat tenaga, Satria berusaha menahan tawa. Selalu begini s
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

18. Menghabiskan Waktu Bersama

Tami sudah beberapa kali melihat ponselnya. Jemarinya mengetikkan sebuah pesan, tapi kemudian dihapusnya kembali. Begitu terus sejak satu jam yang lalu. Hatinya tak tenang, hari sudah mulai beranjak malam tapi Satria belum juga pulang. Namun, untuk menanyakan kabar lebih dulu juga dia ragu.Diletakkannya ponsel di meja dan Tami meraih remote televisi berusaha mengusir rasa tak nyaman di dadanya. Tak lama, suara pintu terbuka membuat dia menengok cepat dan dirinya langsung tersenyum lega.Kening Satria berkerut. Melihat Tami yang masih terjaga dan menghampirinya, dia lantas bertanya, “Kok belum tidur?”“Kenapa baru pulang?” Tami malah melemparkan pertanyaan lain.Satria tersenyum. Dia menarik tangan Tami untuk kembali duduk di sofa depan televisi. Meletakkan tas juga jas di sofa lain lalu duduk di samping Tami sambil bercerita, “Tadi aku ketiduran di kantor, pas bangun ternyata udah agak sore dan kerjaan aku masih menumpuk. Makanya pulang telat.”“Ketiduran?!” “Iya, kayanya aku kekeny
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

19. Kembali Ragu

Menghabiskan akhir pekan bersama Tami membuat Satria tak bisa melesapkan senyumnya walau sejenak. Pagi ini, dia berjalan melewati lobi dengan pandangan semua orang yang tertuju padanya dengan raut wajah bingung.Pria itu merasa tubuhnya sangat bugar dan penuh semangat. Seperti ponsel dengan baterai penuh. ‘Menghabiskan waktu berdua hanya dengan melakukan hal sederhana ternyata bisa menghasilkan efek bahagia sebesar ini.’ Pikir Satria yang lagi-lagi tersenyum sendiri karena di kepalanya terputar penggalan semua hal yang mereka lakukan selama dua hari kemarin.Kepalanya menoleh saat mendengar suara ketukan dan pintu yang perlahan membuka. Raut wajahnya sontak berubah keruh dan masam, kala melihat Irwan melenggang dengan santai dan bibir yang menyeringai.“Mau apa kamu kesini?! Pergilah, aku sibuk.” Ketus Satria.“Tenang dulu Kakakku sayang. Aku punya sesuatu yang akan membuat kamu sadar sesadar-sadarnya,” ujarnya dengan senyum miring kala menarik kursi dan mendudukkan diri santai di sana
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

20. Terpukul

“Bagaimana ini bisa terjadi,” hardik Satria pada Bagus orang kepercayaannya yang selama ini dimintanya mengawasi Tami.Satria tidak bisa berpikir tenang, semua rasa campur aduk dalam hati dan pikirannya. Dia memejamkan mata sesaat dan memijit pelipisnya dengan sebelah tangannya di pinggang. Pria itu benar-benar tak tenang.“Ma-maaf, Pak. Tadi saya lalai. Sungguh, kejadiannya begitu cepat hingga kami semua tak menyadari bahwa ada mobil bak terbuka yang melaju kencang dan menabrak Bu Tami. Kami sempat ingin mengejar, tapi melihat keadaan Bu Tami kami memilih membawanya ke rumah sakit terlebih dahulu,” sahut Bagus dengan suara yang gemetar menahan takut.“Ta-tadi kami bahkan lupa mengabari Bapak, sampai pihak rumah sakit perlu tanda tangan wali untuk operasi. Saat itu kami baru ingat dan memberikan nomor telepon Bapak,” ujarnya takut-takut.Satria mendengkus keras mendengar itu, sungguh emosinya kini seolah dipermainkan. Hari ini jantungnya bagai melakukan akrobat di dalam sana. Dia bahk
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status