Pagi ini mentari bersinar cerah, sinarnya yang hangat menyelinap masuk melalui jendela kamarku, hingga mampu menghangatkan hati ini yang tadinya membeku sejak tragedi usai resepsi itu. Ah, hatiku mulai hangat karena sinar mentari, atau karena Mas Bagas ya? Tuh, kan baru juga mengawali hari, aku sudah beberapa kali mengingatnya. "Nduk, ngapain senyum-senyum sendiri di depan cermin? Lagi inget Nak Bagas, ya?" Tiba-tiba ibu sudah ada di dalam kamar dan mengagetkanku."Iih, ibu ... enggak kok," jawabku tersipu malu karena ketahuan ibu lagi senyum-senyum sendiri, Ya Allah beginikah rasanya jatuh cinta? Dulu waktu aku menerima lamaran Mas Reza, perasaan aku biasa aja, masih normal tidak seabsurd ini."Halah, jangan bohong, ibu itu lebih mengenali dirimu daripada Kamu sendiri. Cepet ke luar kamar, pake jilbabnya. Kita kedatangan tamu."Aku makin tersipu, Ibuku memang lebih mengerti putrinya ketimbang diriku sendiri. Eh, ada tamu? Siapa yang udah datang ke rumah sepagi ini?"Siapa tamunya,
Last Updated : 2023-11-06 Read more