All Chapters of Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar: Chapter 111 - Chapter 120
198 Chapters
111. Mengigau
‘’Kak, apa yang terjadi pada Vania?’’ Leo kaget begitu tiba di kamar, Vania sudah terbaring di tempat tidur sementara Alin tengah membersihkan kamar. Alin sengaja tidak menyuruh ART karena, khawatir mereka mengadu pada Naya dan Arka. ‘’Kayaknya kakak gak perlu jelasin lagi deh.’’  Alin berhenti mengayunkan batang sapu. Dan lebih tertarik menatap Leo layaknya singa lapar yang tengah melihat seekor rusa.  Leo pura-pura tidak tau atau memang masa bodoh terhadap Vania, yang jelas Alin tidak menyangka bila cara Leo menyakiti Vania, melebihi cara Rendi menyakitinya. 
Read more
112. Pelecehan
Dua minggu berlalu… Sekalipun tubuhnya masih lemah, Vania berusaha menyiapkan keperluan Leo untuk ke kantor.Mengabaikan hati dan perasaannya, demi menjalankan peran sebagai seorang istri.  Sedangkan Leo, sibuk menghubungi Valerie. Nomor lama maupun baru, keduanya masih saja tidak aktif. Leo dibuat tak tenang dan Leo langsung merubah ekspresinya saat Vania menghampiri. ‘’Kamu sudah baikan?’’ Vania mengangguk lemah namun wajahnya masih pucat. Lalu segera pergi karena melihat nama Valerie muncul di gawai.
Read more
113. Tidak Ingin Terjerat Lagi
‘’Lalu bagaimana dengan yang kemarin? Apa itu juga termasuk pelecehan?’’  Leo bicara dalam jarak beberapa senti saja dengan wajah Valerie. Tapi Valerie membuang wajah ke arah berlawanan tak mau menjawab pertanyaa konyol Leo. ‘’Jawab, Sayang. Apa itu juga termasuk pelecehan? Bukankah kamu juga menikmatinya?’’ Valerie kian terdesak karena Leo kian menempelkan tubuhnya hingga mengenai payudara Valerie. ‘’Mas, sakit! Lepaskan aku!’’ ‘’Mas akan lepaskan bila kamu berjanji untuk tidak menghindari mas lagi.’’ 
Read more
114. Kembali Ke Jakarta
‘’Papi, mami, izinkan Valerie kembali ke Jakarta, ya.’’  ‘’Kenapa, Nak? Apa kamu tidak betah di sini?’’ tanya Arka. Sementara itu, Naya hampir tersedak mendengar Valerie bicara demikian. Ryan dalam gendongan sang kakek pun, ikut melihat sang ibu. Bukan tanpa alasan Valerie mengundang Arka dan Naya ke apartemenya. Tujuan Valerie memang ingin membahas hal ini. ‘’Atau, karena kamu tidak nyaman dengan posisimu sekarang?’’  Kediaman Valerie membenarkan dugaan Naya. ‘’Sudah cukup Valerie berada di tengah-tengah
Read more
115. Mengejar Valerie
‘’Kamu satu penerbangan sama beliau?’’ Valerie menggeleng tak kau karena merasa tidak melihat dokter Davi di pesawat. Valerie terlalu disibukkan dengan Ryan karena menangis terus-menerus. ‘’Berarti kalau aku ke rumah sakit besok, udah pasti beliau ada dong. Kamu temenin aku, Val.’’ ‘’Gak perlu diminta pun aku bakal temenin kamu, Del.’’ Delia tersenyum penuh arti.  Senang mendengar jawaban sahabatnya. *** Begitu mendengar Valerie sudah tidak di Kalimantan, Leo langsung terbang ke Jakarta. Tanpa membawa Vania karena terlalu
Read more
116. Jangan Serakah!
‘’Sial, sial, sial.’’   Leo membasuh muka lalu beradu tatap dengan pantulan diri pada cermin di atas wastafel. Tapi tetap saja, bayangnya sendiri pun berubah jadi Valerie.   Mas, Valerie rindu.    Mas mau Valerie masakin apa?   Mas, Valerie ngidam pepaya lagi. Ambilin ya.   Tangan Leo perlahan bergerak ke depan, ingin menyentuh wanita yang barusan bertutur lembut nan manja tersebut.   Namun benda padat yang membuat jari Leo gagal menyentuh Valerie itu menyadarkannya jika Valerie begitu jauh dalam angan-angan dan tidak bisa Leo gapai.  
Read more
117. Racun Kenangan
Leo bagai kehilangan jati dirinya. Bagaimana bisa Leo berada di samping Vania yang sedang terlelap sedangkan hatinya sudah sepenuhnya diisi oleh Valerie.   Janin hidup di kandungan Vania seharusnya menjadi penyebab cintanya pada Vania bertahan. Tapi entah kenapa cinta itu malah menghilang.   Seharusnya, janin itu menjadi pengalih Leo melupakan Valerie dan menjadi hal membahagiakan bagi Leo. Namun Valerie seakan lebih berarti dari pada sumber kebahagiaan Vania tersebut.   Dalam satu bulan bercerai, lalu beberapa minggu kemudian bertemu kembali, lalu berpisah untuk kedua kali, Leo baru sadar jika dirinya sangatlah mencintai Valerie dan tidak ada yang tersisa untuk Vania.   Ketulusan Valerie memecah arogansi Leo yang s
Read more
118. Membuat Malu
‘’Maafkan Valerie baru mengunjungi mama, ya.’’ Valerie berkata dengan nada lirih. Walau Vira terlihat bugar, tapi Valerie tau bila Vira sangat kesepian dan juga turut sedih atas nasib malang Valerie. ‘’Tidak apa-apa, Nak. Delia sering memberitahu mama tentang kamu, itu sudah cukup bagi mama.’’  Vira mencoba tersenyum walau sebenarnya sulit. Khususnya saat melihat Ryan sedang bermain bersama Inah dan Pak Sena. ‘’Tapi Valerie janji akan lebih sering main ke sini.’’ ‘’Lebih sering? Kamu tidak mau tinggal di rumah ini lagi, Val?’’  
Read more
119. Terus, Anaknya Mana?
‘’Aku udah di rumah sakit nih, Val. Kamu di mana?’’ seru Delia di telepon. ‘’Sebentar lagi aku sampai. Kamu di mananya?’’ ‘’Aku di halaman rumah sakit nih. Kamu ke sini ya.’’ ‘’Pak, berhenti di sana,’’ Valerie sudah melihat Delia dengan dress hijaunya. ‘’Aku di belakangmu,’’ kata Valerie sambil memberikan ongkos pada supir. ‘’Kamu telat lima menit,’’ seru Delia menghampiri Valerie yang baru saja keluar dari kendaraan roda empat itu. ‘’Maaf, Del. Tadi aku ke rumah mama dulu—’’
Read more
120. Mempertanyakan Perasaan
‘’Mas, tolong aku kasih tau di mana Delia.’’  Kedatangan Leo ke kantor memang bukan untuk bekerja, melainkan untuk bertemu Rendi. Tidak dilihatnya Delia selama Leo menetap di kediaman Rendi, membuat Leo yakin bila Delia tidak kembali ke Solo. Melainkan tinggal bersama Valerie. ‘’Ck, kamu ninggalin kerjaan seenaknya. Pindah ke Kalimantan dan membuat aku harus mengurus cabang di Jakarta. Dan sekarang, kedatanganmu malah menanyakan istriku dan bukan pekerjaanku?’’ ‘’Tadi pagi aku nyariin kamu, Mas. Tapi kata Kak Alin kamu sudah berangkat ke kantor.’’  ‘’Memangnya aku mau kemana lagi? Aku sibuk hanya di dua tempat. Kantor dan r
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status