Share

119. Terus, Anaknya Mana?

Penulis: GREYWIND
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-15 14:04:34

‘’Aku udah di rumah sakit nih, Val. Kamu di mana?’’ seru Delia di telepon.

‘’Sebentar lagi aku sampai. Kamu di mananya?’’

‘’Aku di halaman rumah sakit nih. Kamu ke sini ya.’’

‘’Pak, berhenti di sana,’’ Valerie sudah melihat Delia dengan dress hijaunya. ‘’Aku di belakangmu,’’ kata Valerie sambil memberikan ongkos pada supir.

‘’Kamu telat lima menit,’’ seru Delia menghampiri Valerie yang baru saja keluar dari kendaraan roda empat itu.

‘’Maaf, Del. Tadi aku ke rumah mama dulu—’’

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   120. Mempertanyakan Perasaan

    ‘’Mas, tolong aku kasih tau di mana Delia.’’Kedatangan Leo ke kantor memang bukan untuk bekerja, melainkan untuk bertemu Rendi. Tidak dilihatnya Delia selama Leo menetap di kediaman Rendi, membuat Leo yakin bila Delia tidak kembali ke Solo. Melainkan tinggal bersama Valerie.‘’Ck, kamu ninggalin kerjaan seenaknya. Pindah ke Kalimantan dan membuat aku harus mengurus cabang di Jakarta. Dan sekarang, kedatanganmu malah menanyakan istriku dan bukan pekerjaanku?’’‘’Tadi pagi aku nyariin kamu, Mas. Tapi kata Kak Alin kamu sudah berangkat ke kantor.’’‘’Memangnya aku mau kemana lagi? Aku sibuk hanya di dua tempat. Kantor dan r

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   121. Karena Minuman

    Srrrtt…Rendi menghentikan laju mobil di seberang jalan sebuah rumah mewah bercat putih. Namun, baik Leo maupun Rendi, keduanya tak langsung turun dari kendaraan.‘’Delia ada di sana. Juga Valerie,’’ ucap Rendi sambil menurunkan jendela.‘’Ini rumahmu?’’‘’Bukan. Ini rumah yang dihadiahkan papi atas kelahiran Ryan,’’ papar Rendi. Ia tau karena ia lah yang merekomendasikannya pada Arka.Dalam hati begitu lega, karena akhirnya Leo telah mengetahui di mana Valerie.‘’Mas, aku sangat berterimakasih padamu,’

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   122. Masuk Diam-Diam

    ‘’Pak, tolong berhenti. Itu sepertinya teman saya.’’Tidak sengaja Valerie melihat Nathan di jalan. Sedang berkutat dengan ban dan dongkrak sendirian.‘’Nathan,’’ Valerie mengeluarkan kepalanya saat mobil berhenti tepat di sebelah laki-laki berkemeja putih itu.‘’Val,’’ Nathan lekas berdiri. ‘’Mobilku tadi bannya kempes. Dan aku langsung menggantinya. Tapi sekarang sudah selesai.’’‘’Oh, aku kira kamu butuh bantuan.’’‘’Kok kamu lewat sini, Val? Rumahmu di sini memangnya?’’

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   123. Ada Aku Di Sini

    ‘’Sampah?’’‘’Lalu apa kalau bukan sampah? Tak hanya sebutan itu, tapi juga caramu memperlakukanku!’’Separah itukah aku menyakitinya? Hingga kata semanis itu saja dianggap bagai untaian kata tak bermakna?‘’Untuk apa masih di sini? Keluar sekarang!’’ seruan Valerie membangunkan Leo dari lamunan.‘’Apa tidak boleh kalau mas di sini meski untuk sebentar?’’‘’Untuk apa lagi? Selain kamu yang berstatus sebagai ayah Ryan, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kembali saja ke istrimu yang sangat kamu cintai itu, Mas.’’

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   124. Pilar Rapuh

    Tapi kalimat Vania tak memadamkan sakit hati Leo sekarang.Alih-alih bertahan dan membalas pelukan Vania selepas kepergian Nathan, Leo memilih untuk keluar hingga membuat Vania merasa tak dianggap.Vira dan Valerie kaget, karena tiba-tiba Leo muncul dari sisi halaman yang memang cukup gelap dan baru sadar jika ada mobil Leo di sana.Mengambil Ryan dan langsung menghapus bekas bibir Nathan menggunakan tangannya.‘’Leo, apa yang kamu lakukan, Nak?’’ Vira merasa aneh dengan sikap Leo. Begitupun Valerie.‘’Anakku tidak boleh dicium sembarangan orang, Ma.’’

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   125. Pemicu Keretakan

    Di dekat jendela dengan tirai terbuka, Vania memandang rembulan sambil mengusap perutnya yang membuncit.Malam ini, benda angkasa itu sangat cantik. Putih dan terang, menyinari bumi seperti biasa, ketika malam.Alasannya tidak pernah menutup penghalang cahaya itu ialah, pemandangan tersebut selalu berhasil menghibur kegundahan Vania. Juga berbagai macam perasaan, di mana Vania merasa sedang tidak baik-baik saja.‘’Mas, jangan ditutup!’’ pekik Vania, karena Leo ingin menggeser gorden dan menutupnya.‘’Sayang, tidak baik tidur dengan tirai terbuka seperti ini.’’‘’Tapi jen

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   126. Istrimu Nyariin

    Panjang umur sekali. Kebetulan gawai pipih itu berada di atas meja, pesan masuk di ponsel Nathan tak sengaja dilihat Delia.‘’Tuh, istrimu nyariin,’’ celetuk Delia lalu kembali melihat televisi.Mas, kamu di rumah Valerie? Aku sudah di perjalanan mau ke sana.Namun Nathan malah memasukkan ponsel ke saku tanpa membalas pesan tersebut. Menganggap pemberitahuan Lili hanyalah pesan biasa.‘’Apa menurutmu Valerie sudah tidak punya perasaan terhadapku, Del?’’‘’Seratus persen sudah gak ada!’’ ucap Delia penuh percaya diri. ‘’Kamu ngapain sih nanya-nanya kayak gitu? Eh, Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   127. Rapuh dan Kosong

    ‘’Tentu saja kamu, Li. Lalu siapa lagi?’’Tapi Lili tetap tidak percaya semudah itu. Kilat maniknya kian menunjukkan kesedihan.‘’Tapi aku tidak merasa seperti itu. Insting seorang istri itu tajam, Mas. Kamu tidak bisa membodohiku.’’Nathan langsung menepikan mobil saat melihat Lili menyeka air mata.‘’Apa hanya karena kita tidur bersama sejak lama?’’‘’Itu salah satunya. Tapi yang membuatku kian yakin, bahwa rasa cintamu tidak pernah ada, adalah caramu menatap Valerie tidak sama dengan caramu menatapku.’’

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19

Bab terbaru

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   259. Cinta Sejati Tidak Ditemukan Dari Satu Wanita

    Selain itu, walau dulunya sering bertengkar, kini Rian sangat menyayangi Gia. Tidak ada lagi aksi nakal hingga Gia menangis.Rian sudah bisa menerima Gia.Bahkan memanggil Gia dan Alia dengan julukan si kembar kedua.‘’Nggak nyangka, ya, kita jadi kakak adik.’’ Rian tersenyum pada Gia, mungkin itu untuk pertama kalinya. Entahlah, mungkin sejak lama Rian sudah peduli dan sayang pada Gia tetapi terlalu malu menunjukkannya karena Gia bukan Alia. Alias sang adik.Tetapi kini sudah resmi. Sehingga Rian tidak menutup apapun lagi.‘’Iya. Semoga kamu jadi kakak yang baik seperti baiknya kamu ke Alia.’’ Gia pun membalas senyuman tersebut. ‘’Kalau mas nggak baik, kasih tau aku saja. Nanti aku laporin ke Papi Leo,’’ celetuk Alia walau mata dan tanganya sibuk menata boneka.Ketiganya tengah main bersama. Tak lama si kembar datang bersama orang tua mereka.‘’Rian, mana kedua mami sama papimu?’’ seru Delia.‘’Di kamar, Tante.’’‘’Ngapain?’’ Alin kini yang bertanya. Padahal mereka sekeluarga beren

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   258. Rumah Sakit Jiwa

    Beberapa hari setelahnya…Vania, Valerie dan Leo kompak menuju rumah sakit jiwa. Melihat Gavi tidak sendiri di dalam dunianya. Sandra dan Elsa menemani, satu ruangan berisi tiga orang.Elsa kehilangan bayinya saat di rumah sakit dan berakhir seperti Sandra yang terobsesi pada Gavi.Hingga kini pun Sandra memanggil nama Gavi.Elsa menyebut nama Rendi.Dan Gavi menyebut nama Vania.‘’Apa ada kemungkinan bisa sembuh?’’ tanya Vania pada perawat yang mendampingi.‘’Bisa. Tapi tidak bisa sembuh total. Hanya jika gejalanya diredakan, mereka akan kembali normal. Tetapi, kemungkinan kambuhnya juga akan sangat tinggi.’’Vania tidak menyangka jika kembalinya dirinya pada Leo adalah penyebabnya. ‘’Lebih baik jangan diredakan. Dia itu kriminal. Kalaupun disembuhkan untuk menjalani pemeriksaan biar bisa dikurung di penjara.’’ Leo masih memendam dendam yang belum terlampiaskan.‘’Dia sudah mendapat hukuman setimpal. Mungkin bukan penjara tempatnya dihukum, tapi di sini.’’ Valerie menepuk bahu Vani

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   257. Buah Dari Perbuatannya Sendiri

    ‘’Kamu biadab!’’Gavi ingin sekali melayangkan tamparan, tetapi…‘’Jangan bergerak!’’ Polisi berteriak tegas.Kenyataan itu membuat peluh bercucuran membasahi tubuhnya. Penyesalan menyeruak masuk, menusuk kalbu. Berawal dari cinta dan abadi menjadi benci.Baru terasa bila memilih Sandra adalah kesalahan terbesar seumur hidup. Dan dirinya menyia-nyiakan Vania. Yang tidak sadar makin tidak ada orangnya makin Gavi jatuh cinta.Pipinya basah meneteskan air mata penyesalan.Mengapa semua diketahui ketika sudah terlambat?Apakah tidak ada lagi kesempatan kedua untuknya dan Vania bahagia dengan anak mereka?Gavi hanya ingin lepas. Bebas dari sini dan menjemput Vania dengan mulut terucap meminta maaf dan kedua tangan menangkup memohon ampun.Seorang suami pun hanya manusia biasa tidak ada yang sempurna.‘’Aku harus bertemu Vania.’’ Itulah yang terucap dari bibir Gavi.‘’Tidak akan ku biarkan kau mendekati adik iparku lagi.’’ Rendi mendesis sinis.Adik ipar?Tetapi sayangnya belum resmi. Gavi

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   256. Terkuak

    ‘’Apa-apaan…’’‘’Gav, ini anak-anak kita. Aku membawanya karena bayi kita telah gugur. Dan ini sebagai penggantinya. Lihat, lihat,’’ Sandra menarik si kembar ke depan Gavi yang kebingungan dan dua bocah itu semakin takut. ‘’Aku bisa memberimu anak. Mereka lucu juga menggemaskan. Artinya, kita tidak bercerai, bukan?’’Saat ini Sandra terlihat seperti wanita gila. Takut ditinggalkan, membutuhkan kepastian. Ternyata perkataan Gavi membuatnya putus asa sehingga menculik anak orang untuk diakui. ‘’Jika kamu tidak bisa memberiku anak, maka aku akan menceraikanmu,’’ Sandra mengulang kalimat yang pernah Gavi ucapkan. ‘’Dan mereka adalah alasan kamu tidak bisa menceraikan aku, Gav.’’Gavi kian geram dengan tingkah Sandra. Perkataannya sudah kemana-mana.‘’Yang aku maksud dari rahimmu. Bukan dari rahim orang lain!’’ desisnya. Andai bisa berteriak tentu dibarengi kekerasan. Tapi ini rumah sakit. Di mana dirinya sedang bersembunyi untuk menjalankan rencana.‘’Ini anakku, Gav. Mereka adalah anak

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   255. Leo Menggantikannya

    Senja di sore hari. Pemandangan indah untuk dinikmati dengan mata telanjang. Di saat orang-orang baru pulang dari lelahnya mencari uang, Gavi berdiri di balkon dengan earphone yang baru saja dihancurkan olehnya.Penyadap yang diletakkan di jendela tempat Vania dirawat meremukkan hatinya menghancurkan rencana yang telah disusun matang.Rasanya tidak mungkin secepat itu Vania memutuskan menikah lagi. Mungkinkah dengan trauma yang diberikannya Vania bisa membangun rumah tangga dalam waktu dekat? Apalagi menikah lagi dengan mantan suami pertama.Tidakkah Vania merasa malu?Tidakkah Vania berpikir sampai ke sana?Setelah Vania keluar dari rumah sakit, dirinya akan menculik Vania dan juga putri mereka tinggal bersamanya.Di rumah yang dibelinya ketika melihat gelagat Vania tidak mau lagi serumah dengan Yura.Gavi tidak sudi, putrinya memanggil Leo sebutan papa padahal Gia adalah anaknya.Mungkinkah Gia dipaksa? Gia dicuci otaknya agar lupa padanya yang kini menyesal menyia-nyiakan anak dan

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   254. Pertanda Mimpi

    ‘’Gia kangen dipeluk. Dicium. Dibacakan dongeng sebelum tidur.’’ Betapa bayangan Gavi mencuat ke relung hati. Tangisan itu tidak lagi tentang keinginan melainkan tentang kerinduan.Rindu dengan sang ayah.Mulai dari caranya bicara.Mengajaknya bercanda.Menyuapinya.Dada Gia kian terasa sesak, menyadari kalau itu semua tinggal kenangan. Luka yang dicurahkan sang ayah sudah terlalu dalam, mengobati pun akan percuma karena tidak akan bisa sembuh.‘’Gia mau ketemu sama papa, Nak?’’ Terasa berat sekali bertanya. Tetapi sebrengsek apapun mantan suaminya itu, tetaplah ayah bagi putrinya.Namun dengan tegas Gia menggeleng.Valerie dan Vania pun dibuat heran.Gia angkat kepala yang menyembunyikan air matanya. Lalu menyeka walau airnya masih saja keluar. Terlalu sakit sehingga butuh sedikit lebih lama untuk kembali bicara.‘’Gia nggak mau papa Gavi.’’ Intinya, Gia cukup ingat kenangannya dengan Gavi tapi tidak mau papanya Gavi lagi. Traumanya sudah mendarah daging. Gia bisa mengingat dengan

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   253. Meminang Sang Kakak

    ‘’Kamu mau menikah lagi?’’Begitulah yang didengar Leo.Valerie mendesah panjang. Membuatnya harus mengulang lagi. Mengatakannya saja sudah sangat sulit apalagi ini sampai dua kali.Wanita kuat sekalipun akan rapuh bila meminta sang suami mendua.‘’Dengar, nggak? Tolong nikahi Mbak Van,’’ ucapnya lemah tanpa berkedip.Kata-kata itu membuat Leo membesarkan matanya. Sekaligus menggelengkan kepala. Lalu tertawa merasa tidak masuk akal.‘’Sayang, pikiran kamu nggak beres di sini. Sebaiknya kita pulang ke Kalimantan. Mas pesan tiket sekarang.’’ Leo mengambil ponsel dan langsung membuka aplikasi pemesanan penerbangan, tetapi, Valerie menurunkannya.‘’Valerie serius!’’ Cara bicara Valerie bukanlah cara bicara yang biasanya. Leo merasa permintaan itu sangat konyol. Karena tidak sama seperti meminta permen ataupun tas mahal. Leo mengira jika menurut apa yang diinginkan Valerie semua akan lebih mudah ke depannya. Tetapi dugaannya salah.Dirinya pun sampai hati tidak mau membantu Vania lagi.

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   252. Memberi Separuh Atap

    ‘’Iya, Ma. Tapi Gia takut kalau nanti di sekolah ada Tante Sandra lagi. Boleh nggak, Gia bawa om-om itu besok?’’ Gia menunjuk pengawal di depan ruangan.Sebagai ibu, Vania sedih anaknya jadi merasa terancam. Seolah keselamatannya berada di ujung tanduk.Seharusnya Vania menjadi tameng terdepan untuk melindungi, tetapi di saat Gia membutuhkannya Vania malah terbaring sakit.Dan ketika bangun penyerangan itu sudah terjadi.‘’Gimana, Ma? Boleh, nggak?’’ pintanya penuh harap.‘’Jangan om itu, ya. Om lain saja. Gimana kalau Pak Sena?’’ Vania tidak mau merepotkan Valerie. Takutnya Valerie kian benci padanya.Sudah bagus Valerie ada bersamanya walau tidak berkata apapun sejak dirinya bangun. Meski sebenarnya Vania mengharapkan pelukan hangat juga beberapa kalimat dari sang adik. ‘’Tentu boleh. Gia mau yang mana?’’ Valerie mendekati ponakannya, seolah menawarkan mainan boneka.Sejak tadi menunggu waktu yang tepat, akhirnya ada pembicaraan yang bisa membuatnya terlibat.Vania menatap Valerie d

  • Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar   251. Luka Kehilangan Anak

    ‘’Siapa yang nggak punya otak, Al?’’ Tiba-tiba saja Rian sudah berada di sebelah Rico.‘’Itu tuh, Mas.’’ Menunjuk si kembar dengan mulut yang dimajukan.‘’Kalian apakan adikku?’’ ‘’Jangan salah paham, Sepupu. Kami hanya bercanda.’’ Raffi cengengesan lalu menyenggol lengan Rico untuk ikut tertawa. ‘’Dasar kalian!’’ Alia menggeleng-geleng tetapi sesaat kemudian sudah berdamai lagi.Rian melihat sedikit embun di mata Gia, tetapi tidak berkata apapun. Ingin berempati namun kelakuannya selama ini membuatnya malu untuk tiba-tiba memberi perhatian.‘’Kamu sudah nggak sedih lagi, kan?’’ ‘’Sedikit,’’ jawab Gia pelan.‘’Ayo kita main. Nanti papa aku jemput, terus ngajak kita main di mall,’’ jabar Alia dengan rasa bahagia.Lili dan Nathan sudah menganggap Gia juga sebagai anak mereka. Sangat tidak tega melihat Gia sendirian bertemankan Pak Sena dan Inah saja. Apalagi Alia sering bercerita, betapa sedihnya Gia selama sekolah.Tidak adanya kemajuan tentang Vania, berpengaruh besar pada sang pu

DMCA.com Protection Status