Semua Bab Mencari Selingkuhan Suamiku: Bab 271 - Bab 280

299 Bab

Bab 271 – Menebus Kesalahan Merayakan Ulang Tahun dan Bertemu Anak

Harry terlihat begitu antusias dan gembira saat melihatku, hingga membuatku tidak bisa berkata-kata.“Maya, kebetulan sekali. Kamu juga datang lebih awal? Kita akan pergi bersama. Aku nggak sabar ingin bertemu dengan putriku.” Harry keluar dari mobil dan menutup pintunya. Kemudian, dia bergegas menghampiriku.Aku tidak menghentikan langkahku dan ingin menjaga jarak darinya. Sejujurnya, aku benar-benar tidak ingin Adele pergi makan malam bersama Harry. Alasan yang pertama adalah aku tidak bisa merasa tenang dan alasan yang kedua adalah aku merasa tidak nyaman.Aku buru-buru menelepon ibuku. Aku takut ibu akan keluar lebih awal dan bertemu dengan Harry. Aku tidak ingin menambah beban pikiran ibuku.Baru setelah itu, aku menjemput Adele dan keluar. Adele tertegun untuk sesaat saat melihat Harry. Tanpa sadar, Adele menatapku. Aku mengerti perasaan Adele.Anak ini sudah belajar menilai perkataan orang lain dan mengamati ekspresinya, untuk menebak apa yang dipikirkan orang itu.Harry bersika
Baca selengkapnya

Bab 272 – Mengalami Kecelakaan

Seperti yang sudah kuduga. Begitu turun dari taksi, Jasmine yang mirip dengan harimau betina itu berjalan terhuyung-huyung ke arah Harry dan menyerang Adele dengan ganas.Aku berteriak kaget dan langsung menerjang ke depan, memeluk Adele yang berada dalam pelukan Harry.Jasmine menjambak rambutku dengan sekuat tenaga dengan satu tangannya, hingga kulit kepalaku mati rasa dan kepalaku juga tertarik ke belakang.Adele langsung ketakutan dan menangis histeris sambil memanggil-manggil diriku, “Ibu ... Ibu …”Semua orang di sekitar kami berteriak kaget. Mereka semua ketakutan melihat adegan yang tiba-tiba terjadi depan mereka. Jasmine adalah seorang wanita hamil dengan perut besar, tidak ada seorang pun yang berani menariknya.“Harry, apa aku ini benar-benar sudah gila? Kamu selingkuh di belakangku, tapi masih tetap menemui mereka, ‘kan? Hari ini, aku akan membunuh kedua wanita j*lang ini. Lihat saja, apa kalian masih berani berhubungan nanti!”Jasmine mengumpat sambil menjambak rambutku ma
Baca selengkapnya

Bab 273 – Mengadu Sambil Menangis

Aku menenangkan diri untuk sesaat. Tanganku gemetar. Aku menelepon James, memintanya datang kemari untuk mengambil mobil milik Harry dan bergegas pergi ke rumah sakit untuk membantu.Aku menunggu sampai James datang dan menjelaskan semuanya kepadanya, sebelum pergi bersama Adele. Apa pun yang terjadi, Adele sudah tidak mau lagi menerima boneka itu.Sesampainya di rumah, Adele langsung memeluk neneknya sambil menangis. Ibuku menatapku dengan heran.Aku menceritakan secara singkat mengenai apa yang barusan terjadi. Orang tuaku menghela napas setelah mendengarnya.Malam itu, aku tidur bersama Adele. Adele mengatakan kepadaku dengan sedih, jika dia sudah tidak lagi menginginkan ayahnya.Aku tidak bisa berkata-kata. Ayah seperti itu, sekalipun aku ingin membelanya, aku tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk melakukannya. Namun, dari kejadian hari ini, aku bisa melihat betapa menyedihkannya hidup Harry di masa yang akan datang.Aku menghibur Adele dan menceritakan beberapa kebenaran ya
Baca selengkapnya

Bab 274 – Petunjuk Yang Membingungkan

Aku dibuat bingung oleh pertanyaan ini. Aku bahkan tidak tahu bagaimana menjawabnya. Hal tersebut karena aku sama sekali tidak bisa memutuskan hal ini.Adele menatapku dengan penuh harap. Seakan-akan, jawabanku adalah satu-satunya hal yang paling dia inginkan.Aku hanya bisa menjawab dengan tidak pasti, “Akan Ibu coba.”Air mata Adele berubah menjadi tawa. “Adele akan bekerja sama dengan Ibu. Paman adalah Ayah terbaik yang pernah ada.”Akhirnya, aku pun bisa bernapas dengan lega ketika melihat Adele kembali tersenyum dan berlari menuju kelasnya. Aku berbalik untuk kembali ke mobil dan langsung pergi ke kantor.Hari ini aku datang lebih awal. Beberapa orang masih belum datang. Aku duduk di kursiku. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan pena dan menggenggamnya di tanganku. Aku berpikir dalam hati, apa hasil dari usahaku sendiri.Namun, aku tahu jika Taufan juga berusaha keras. Aku harus percaya kepadanya.Pada hari Selasa, Susan meneleponku. Susan memberitahuku bahwa dia s
Baca selengkapnya

Bab 275 – Sangat Rahasia

Aku menatap Danny. “Kayaknya Luna ini memang bermasalah. Kamu tahu ‘kan kalau orang tua Taufan meninggal dalam kecelakaan pesawat?”“Aku tahu.” Danny tidak menyangkalnya.“Kalau begitu, kita harus memeriksa Desmon, ayahnya Luna.” Firasatku mengatakan jika Desmon dan Luna pasti ada hubungannya dengan semua ini.“Aku juga berpikiran sama denganmu. Itu sebabnya, aku sudah memerintahkan mereka untuk memeriksa Desmon.”“Taufan bilang, kecelakaan pesawat yang menimpa orang tuanya nggak sesederhana itu. Aku ingin tahu, kenapa nggak sesederhana itu.” Aku menatap Danny dan berkata. “Pusatkan penyelidikanmu pada titik ini. Gali lebih dalam. Taufan juga pasti sudah menyelidikinya. Tapi, nggak ada salahnya untuk menyelidiki dari berbagai aspek.”“Oke.” Kali ini, Danny tampak agak ragu untuk menyetujuinya.Aku menatap Danny. Setelah merasa ragu-ragu untuk sesaat, akhirnya aku pun mengungkapkan apa yang ada di dalam hatiku. “Danny, apa pun hubunganmu dengan Taufan di masa lalu, aku harap kamu mau be
Baca selengkapnya

Bab 276 – Asal-usul Kartu Kehormatan

“Hmph, memangnya siapa lagi kalau bukan dia?” Fanny menggeram pelan. “Astaga, benar-benar deh orang ini. Cepat atau lambat, dia pasti akan menghancurkan dirinya sendiri nanti.”“Berhenti bicara. Kita bicarakan nanti.” Aku langsung menghentikannya. Jika tidak, Fanny pasti akan terus mengeluh tanpa henti.Saat aku sedang bicara, ada panggilan lain yang masuk ke ponselku. Aku buru-buru melihatnya. Ternyata telepon dari Taufan. Aku pun berkata kepada Fanny, “Tutup dulu teleponnya. Ada panggilan masuk.”Fanny menutup teleponnya. Aku menjawab telepon dari Taufan, “Halo?”“Kamu lagi ngobrol sama siapa?” tanya Taufan.“Sama Fanny.”“Oh … Malam ini setelah pulang kerja, pergilah ke Taman Adaline,” kata Taufan dengan nada bicara yang lagi-lagi tidak bisa dibantah.“Oh.” Aku langsung merasakan wajahku terbakar. Namun, senyuman manis tersungging di bibirku. “Apa kamu nggak sibuk?”“Bagaimana menurutmu?” Nada suara Taufan terdengar penuh perhatian. “Kamu bisa menghilangkan rasa lelah.”“B*rengsek …
Baca selengkapnya

Bab 277 – Gadis Nomor Satu Di Kota Reva

Sebenarnya, aku belum pernah bertemu secara langsung dengan pria yang bersama Hana ini. Namun, aku sudah sangat familier dengan penampilan pria itu. Bukan hanya aku saja yang familier, mungkin semua orang di Kota Reva juga mengenalnya.Dia sering muncul di televisi dan radio. Betapa mudahnya bagi media sekarang untuk menyelidiki seseorang, apalagi dia seorang selebritas.Kami berdua menaiki mobilku. Hana melanjutkan ceritanya, "Dia benar-benar sudah sangat toleran terhadapku. Orang harus tahu diri. Setelah masalah dengan Harry waktu itu, dia hanya perang dingin sebentar denganku. Tapi, kami tetap tidak bisa terpisahkan. Hei … Tiap orang mendapatkan apa yang dia butuhkan! Mungkin inilah takdir kami!"Mengenai kejadian antara Hana dan Harry, sebenarnya aku merasa sangat bersalah sekarang. Jika aku tidak membesar-besarkan masalah, mungkin Hana tidak akan terekspos ke publik dan semua orang juga nggak akan mengetahuinya.Siapa sangka, pada akhirnya kami malah menjadi teman.“Dia hampir sel
Baca selengkapnya

Bab 278 – Mati-matian Memprovokasi

Berita itu sangat mengejutkan. Aku menatap Fanny dengan bingung. "Apa maksudmu? Apa dia juga pindah ke Goldland Villa?”"Bukan hanya pindah ke Goldland Villa saja, tapi juga ke kompleks vila di daerah kalian. Harusnya jaraknya sangat dekat dengan vilamu,” kata Fanny dengan marah. "Perusahaan ini memang memanjakannya!"Entah kenapa, aku merasa agak tidak nyaman saat mendengar berita ini. Firasatku mengatakan jika suatu saat nanti, aku akan mendapat masalah dengan Yvonne ini.Yvonne juga memiliki wajah yang mirip denganku. Ketika aku melihat foto Alina, aku merasakan keakraban dengannya. Namun, ketika aku melihat wajah Yvonne, aku merasa agak tidak menyukainya.Aku tidak tahu perasaan ini. Apa kebencian Fanny terhadapnya sudah memengaruhiku? Namun, aku tidak merasa begitu. Aku bukan orang yang mudah terpengaruh.Hana menepuk Fanny. "Aku ‘kan sudah bilang, kita keluar makan untuk bersantai. Bisakah kamu ganti topiknya? Apa kamu nggak ngrasa kalau orang ini memengaruhi selera makan kita?”
Baca selengkapnya

Bab 279 – Mengamati Pertarungan dan Mengambil Keuntungan Darinya

Pertanyaan itu benar-benar mengejutkanku. Ternyata dia tahu namaku?Aku melirik Fanny dan sedikit bertanya-tanya bagaimana dia bisa tahu namaku. Padahal aku belum pernah bertemu dengannya.Ketika aku melihat raut wajah Fanny, aku pun tahu bahwa dia sama terkejutnya denganku.“Ya, itu aku,” jawabku dengan tegas.Sudut mulut Yvonne tiba-tiba terangkat membentuk senyuman di wajahnya. "Pantas saja beberapa orang mengatakan kalau ada seseorang yang mirip denganku. Tapi, aku nggak menyangka kalau kamu memang mirip denganku dalam beberapa hal!"Segera setelah mendengar dia berkata seperti itu, aku pun langsung tanggap. Naluriku mengatakan kalau dia sudah bertemu dengan seseorang."Nona Yvonne, bolehkah aku bertanya berapa umurmu?” Aku masih bicara dengan acuh tak acuh. Tidak seantusias yang ditunjukkannya padaku, tetapi juga tidak terlalu dingin.Dia tertegun sejenak dan menatapku dengan dingin. Jelas terlihat jika ekspresinya barusan hanyalah akting yang dibuat-buat olehnya.“Kenapa?” Dia me
Baca selengkapnya

Bab 280 – Sehari Tidak Bertemu Serasa Setahun

Kata-kataku membuat Hana memicingkan matanya. Dia menatapku dan bertanya, "Apa kamu benar-benar punya ide? Jangan lupa untuk membiarkanku menonton pertunjukannya nanti!"“Tentu saja,” kataku dengan angkuh.Kembali ke lantai bawah perusahaan, Hana pergi dengan mobilnya sendiri. Aku melihat jam dan waktu pulang kantor masih lama. Diam-diam aku mentertawakan diriku sendiri karena sangat menantikannya, layaknya seorang gadis ingusan yang baru saja mulai jatuh cinta.Belum lagi, aku merasa jika sehari tak bertemu serasa seperti setahun.Meskipun tidak sabar, aku harus tetap menunggu sampai waktunya tiba. Akhirnya, aku pun naik ke lantai atas.Selama menunggu, aku benar-benar merasa jika satu hari tidak ubahnya seperti satu tahun. Sepanjang sore, aku merasa gelisah. Aku merasa waktu berjalan begitu lama. Setiap menit terasa bagai siksaan bagiku. Kebetulan sore ini aku juga tidak ada pekerjaan. Aku hanya menunggu waktu berlalu detik demi detik.Dengan susah payah, aku menunggu sampai waktu pu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
252627282930
DMCA.com Protection Status