Home / CEO / Ibu, CEO Tampan itu Ayahku! / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Ibu, CEO Tampan itu Ayahku!: Chapter 221 - Chapter 230

279 Chapters

Bab 221 Difitnah

Begitu melihat isi pesan tersebut, wajah Juanita sontak memucat. Jelas, pesan itu bukan dikirimkan olehnya. Ponselnya sempat ketinggalan di bawah, yang berarti ada yang mengambilnya dan mengirim pesan kepada Ruben."Tommy, aku nggak melakukan itu. Percaya padaku," ujar Juanita yang menatap Tommy dengan cemas. Dia tahu anggota Keluarga Ador tidak mungkin memercayainya. Jika Tommy juga tidak memercayainya, nama baiknya tidak akan bisa pulih.Saat berikutnya, Soraya melangkah maju dan mengangkat tangannya untuk menampar Juanita. Suara nyaring seketika terdengar, lalu disusul makian Soraya. "Kenapa kamu nggak tahu malu begini? Kamu istri Tommy, kenapa kamu menyakitinya?"Tamparan Soraya ini tidaklah ringan. Juanita merasa wajahnya perih, bahkan kepalanya terasa pusing. Kali ini, Soraya benar-benar gusar. Sebelumnya, dia selalu dipenuhi wibawa. Bahkan, ketika mendesak Juanita meninggalkan Tommy, dia juga bersikap lembut.Ini karena Soraya tahu, wanita dari keluarga terkemuka seperti dirinya
Read more

Bab 222 Aku Punya Rencana Sendiri

Juanita mengangguk. Tommy menggandeng tangannya, berharap bisa memberinya kekuatan dari sini. Sementara itu, satu tangannya menggendong Jingga. Ketiganya sama-sama menuruni tangga.Di ruang tamu, semua orang sedang duduk di sana. Ketika melihat orang-orang di bawah mendongak menatap mereka yang menuruni tangga, langkah kaki Juanita sontak terhenti.Tommy segera menarik Juanita, lalu wanita itu baru mengikutinya selangkah demi selangkah. Tommy seolah-olah tidak melihat pandangan orang-orang itu. Dia langsung berjalan ke luar pintu.Ketika melihat putranya tidak berniat untuk berhenti, Jordy langsung membentak, "Berhenti!" Tommy baru menghentikan langkah kakinya."Kamu harus memberiku penjelasan hari ini. Wanita ini sudah melakukan hal yang begitu memalukan hari ini. Keluarga Ador nggak mungkin menerimanya," ucap Jordy dengan tegas.Sebelum Tommy turun, mereka sudah mengadakan rapat kecil di lantai bawah untuk membahas cara mengatasi masalah ini.Pada akhirnya, mereka merasa sebaiknya me
Read more

Bab 223 Tidak akan Membuatmu Menderita Lagi

Juanita awalnya mengira Tommy akan membawanya pulang. Namun, dia perlahan-lahan menyadari bahwa rutenya berbeda dari biasanya.Jingga sudah merasakan situasi aneh ini sejak awal. Dia sama sekali tidak bersuara, tetapi tatapannya terus tertuju pada Juanita dan Tommy. Dia yakin ada masalah serius yang terjadi. Kalau tidak, suasana tidak akan setegang ini.Meskipun ingin sekali menghibur ibunya, Jingga tidak berani berbicara sembarangan karena tidak tahu apa yang terjadi. Jadi, dia hanya bisa duduk dengan patuh di belakang."Tommy, sepertinya ... ini bukan jalan pulang. Kamu mau ke mana?" tanya Juanita yang agak bingung dengan pemikiran Tommy sekarang. Meskipun begitu, dia merasa sangat lega karena pria ini memilih untuk memercayainya.Tatapan Tommy masih tertuju ke depan. Ketika mendengar pertanyaan Juanita ini, dia menoleh untuk meliriknya dan menjawab, "Ke luar negeri."Juanita termangu mendengarnya. Dia tidak menyangka Tommy akan tiba-tiba membuat keputusan ini. Meskipun tidak mengert
Read more

Bab 224 Ada Aku di Sisimu

Setelah panggilan kesekian kalinya tidak diangkat, Adam benar-benar murka. Dia tidak menyangka Tommy akan menentangnya demi seorang wanita, bahkan sampai mengabaikan pekerjaannya. Apakah wanita itu benar-benar begitu penting?Menurut Adam, pasti Juanita yang telah membuat cucunya terobsesi sampai sedemikian rupa. Apakah Tommy benar-benar bisa mengabaikan semuanya untuk wanita itu?Di Kediaman Ador, Adam menggebrak meja dengan kuat. Tindakannya ini membuat semua orang yang berada di sekitarnya terperanjat."Tommy ini makin nggak berguna saja! Memangnya pantas melakukan semua itu demi seorang wanita? Masa dia nggak tahu tanggung jawab sebesar apa yang dipikulnya?" maki Adam. Saat ini, bukan hanya Adam yang panik, tetapi Jordy dan Soraya juga merasakan hal yang sama.Namun, berbeda dengan Adam, Soraya lebih mengkhawatirkan kondisi Tommy. Dia tidak tahu seperti apa kehidupan Tommy di luar negeri. Meskipun baru pergi sehari dan Tommy memiliki properti di sana, putranya pasti merasa asing te
Read more

Bab 225 Cinta yang Makin Mendalam

Keesokan hari, Tommy menyuruh Juanita untuk berganti pakaian karena akan membawanya keluar jalan-jalan. Karena masalah di Kediaman Ador dan Tommy yang membawanya ke luar negeri tanpa izin keluarga, Juanita tidak bisa merasa senang.Namun, ketika melihat ekspresi Tommy yang gembira, Juanita tidak bisa menunjukkan kesedihannya. Dia mengangguk sembari berkata, "Oke, kamu atur saja. Aku kurang mengenal lingkungan di sini. Aku ikut saja."Tommy mengusap kepala Juanita dan menimpali, "Tentu saja, memangnya kamu bisa ikut siapa lagi? Jangan terlalu dipikirkan, anggap saja kita lagi jalan-jalan. Biarkan masa-masa kelam itu berlalu."Juanita pun mengangguk. Tommy memang menyuruhnya untuk rileks, tetapi dia sulit melakukannya. Kemudian, Tommy berkata sebelum menaiki tangga, "Aku panggil Jingga dulu."Dengan demikian, ketiganya menaiki mobil hingga akhirnya tiba di destinasi pertama, yaitu Museum Lobre. Tempat ini adalah salah satu museum tertua di seluruh dunia, bahkan disebut sebagai gudang har
Read more

Bab 226 Aku Hanya Menginginkanmu

Ketika Juanita bersandar pada Tommy dan hampir ketiduran, Tommy menepuk pundaknya seraya berkata, "Juanita, bangun. Sudah saatnya kita pergi."Juanita mengucek matanya dengan enggan. Dia merasa sayang harus pulang sekarang, padahal mereka baru saja tiba tidak lama. Melihat keengganan Juanita, Tommy mencubit pelan pipinya sambil berkata, "Aku akan bawa kamu datang lagi lain kali kalau ada waktu."Tentu saja Juanita tidak menolak usulan ini. Kemudian, dia berdiri sambil dibantu oleh Tommy. Tommy juga memanggil Jingga, lalu ketiganya pulang ke vila. Setibanya di sana, ada beberapa pelayan yang telah berbaris menunggu mereka. Kondisi ini tentu membuat Juanita kaget sesaat. "Tommy, ada apa ini? Apa ada tamu yang mau datang?"Tommy menggandeng tangan Juanita dan menyuruhnya duduk di kursi samping. "Bukan ada tamu yang mau datang, aku mau membawamu ke pesta nanti malam. Ini adalah tim penata rias yang kuundang untuk merias dirimu.""Oh, baiklah," jawab Juanita tanpa bertanya panjang lebar lag
Read more

Bab 227 Berkonflik

Setelah memperkenalkan barang yang akan dilelang, sesi penawaran harga pun dimulai. Banyak sekali orang yang juga berpendapat sama terhadap Tommy. Oleh karena itu, penawaran harga kali ini semakin sengit."Kalian bisa lihat sendiri, perhiasan ini sangat berharga. Jadi, harga dasarnya dimulai dari 20 miliar," kata pembawa acara sambil meletakkan perhiasan itu di meja. Begitu ucapan itu dilontarkan, banyak juga orang lainnya yang mengurungkan niatnya. Meski ada banyak sekali konglomerat di acara pelelangan ini, 20 miliar tetap saja bukan jumlah kecil.Apalagi, dengan banyaknya orang di sini, pada akhirnya perhiasan ini pasti akan ditawar hingga makin tinggi harganya. Walaupun sebagian besar orang langsung mengurungkan niatnya untuk menawar setelah mendengar harga dasarnya, tetap ada beberapa konglomerat yang mulai bersaing dalam menawar harga."Aku tawar 40 miliar!""Aku 50 miliar!"....Di tengah keriuhan ini, Tommy juga mengangkat papan di tangannya sambil berkata, "Aku tawar 160 milia
Read more

Bab 228 Masih Saja Menyebalkan

Setelah pelelangan perhiasan ini selesai, bisa dibilang ini adalah puncak acara kecil. Bagaimanapun, bisa melelang barang berharga seperti ini bukan sebuah hal yang mudah."Baiklah, selanjutnya kami akan mengeluarkan barang berharga lainnya," lanjut pembawa acara itu dengan wajah semringah. Pasalnya, penjualan pada barang sebelumnya benar-benar sebuah kejutan baginya. "Ini adalah barang lelang terakhir kita hari ini, mahkota dari salah seorang ratu di abad pertengahan."Pembawa acara itu meletakkan mahkota tersebut dengan hati-hati di atas meja untuk dilihat semua orang. Tentu saja, banyak orang yang kaget melihat mahkota ini. Meski Tommy tidak terlalu tertarik dengan mahkota, di sisi lain Dyson terlihat sangat suka dengan mahkota ini.Sama seperti Tommy sebelumnya, Dyson juga bertekad harus mendapatkan mahkota ini. Saat tamu lainnya melihat Dyson akan memberi penawaran, suara mereka jadi mengecil. Di satu sisi, mereka sangat paham dengan status Dyson. Mahkota ini mungkin sangat berhar
Read more

Bab 229 Tidak akan Mengaku Kalah

Juanita dan Jingga dibawa oleh pelayan ke ruang tunggu di sebelah. Ruangan itu terlihat lebih santai dibandingkan dengan ruangan Dyson tadi. Jelas sekali, ruangan ini dirancang khusus bagi orang untuk beristirahat. Setelah Juanita dan Jingga duduk, pelayan langsung membawakan mereka berbagai camilan yang indah.Selain itu, tersedia berbagai minuman yang diletakkan di samping Juanita. Juanita duduk di kursi sambil melihat orang-orang yang sibuk berlalu-lalang. Dia merasa cukup kaget dengan pelayanan di tempat ini yang cukup baik. Bahkan ada pelayan yang membawakan banyak sekali mainan untuk Jingga."Nyonya, silakan beri tahu kami kalau Anda butuh sesuatu. Ini adalah pelayan yang disediakan khusus untuk memijatmu," kata salah seorang pelayan. Dari tutur bicara bahkan gerak-geriknya, terlihat bahwa pelayan ini telah dilatih secara profesional.Setelah pelayan itu selesai berbicara, orang yang berdiri di belakangnya maju untuk memijat Juanita. Tiba-tiba dihampiri oleh begitu banyak orang,
Read more

Bab 230 Tidak akan Membiarkannya Masuk Keluarga Ini

Semakin dipikirkan, Tanya merasa semakin tidak puas dan akhirnya menelepon seseorang. Setelah berbunyi beberapa kali, terdengar suara pria di telepon itu. Tanya berdeham sejenak, lalu suaranya jadi berbeda dengan saat marah tadi. Dia berkata dengan nada manja, "Kak Blake, kamu punya waktu? Bisa keluar bertemu denganku?"Pria di telepon itu langsung menyetujuinya. Tanya dan pria misterius itu janji untuk bertemu di kafe yang sangat terpencil. Begitu pria itu mendekat, Tanya memanggilnya dengan suara manja, "Kak Blake."Pria itu tersenyum dan duduk di depan Tanya, lalu berbicara dengan nada rendah, "Tanya, ada apa mencari Kakak hari ini?"Setelah minum seteguk kopi dan membenarkan posisi duduknya, Tanya menyandarkan tubuhnya ke depan. "Kak Blake, aku nggak bertele-tele lagi. Hari ini aku mencarimu untuk membantuku menghabisi seseorang."Pria misterius itu juga menyandarkan tubuhnya ke depan dan mengernyitkan alisnya, seolah-olah menjadi bersemangat. "Oh?"Setelah melihat ke sekeliling da
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
28
DMCA.com Protection Status