Juanita dan Jingga dibawa oleh pelayan ke ruang tunggu di sebelah. Ruangan itu terlihat lebih santai dibandingkan dengan ruangan Dyson tadi. Jelas sekali, ruangan ini dirancang khusus bagi orang untuk beristirahat. Setelah Juanita dan Jingga duduk, pelayan langsung membawakan mereka berbagai camilan yang indah.Selain itu, tersedia berbagai minuman yang diletakkan di samping Juanita. Juanita duduk di kursi sambil melihat orang-orang yang sibuk berlalu-lalang. Dia merasa cukup kaget dengan pelayanan di tempat ini yang cukup baik. Bahkan ada pelayan yang membawakan banyak sekali mainan untuk Jingga."Nyonya, silakan beri tahu kami kalau Anda butuh sesuatu. Ini adalah pelayan yang disediakan khusus untuk memijatmu," kata salah seorang pelayan. Dari tutur bicara bahkan gerak-geriknya, terlihat bahwa pelayan ini telah dilatih secara profesional.Setelah pelayan itu selesai berbicara, orang yang berdiri di belakangnya maju untuk memijat Juanita. Tiba-tiba dihampiri oleh begitu banyak orang,
Semakin dipikirkan, Tanya merasa semakin tidak puas dan akhirnya menelepon seseorang. Setelah berbunyi beberapa kali, terdengar suara pria di telepon itu. Tanya berdeham sejenak, lalu suaranya jadi berbeda dengan saat marah tadi. Dia berkata dengan nada manja, "Kak Blake, kamu punya waktu? Bisa keluar bertemu denganku?"Pria di telepon itu langsung menyetujuinya. Tanya dan pria misterius itu janji untuk bertemu di kafe yang sangat terpencil. Begitu pria itu mendekat, Tanya memanggilnya dengan suara manja, "Kak Blake."Pria itu tersenyum dan duduk di depan Tanya, lalu berbicara dengan nada rendah, "Tanya, ada apa mencari Kakak hari ini?"Setelah minum seteguk kopi dan membenarkan posisi duduknya, Tanya menyandarkan tubuhnya ke depan. "Kak Blake, aku nggak bertele-tele lagi. Hari ini aku mencarimu untuk membantuku menghabisi seseorang."Pria misterius itu juga menyandarkan tubuhnya ke depan dan mengernyitkan alisnya, seolah-olah menjadi bersemangat. "Oh?"Setelah melihat ke sekeliling da
Meskipun Serafina tahu Juanita tidak bersalah, sebenarnya dia juga tidak punya kesan baik terhadap Juanita. Melihat sikap ibunya yang begitu keras kepala, dia menoleh dan bertanya, "Ibu, jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? Kalau masalah ini nggak selesai, kemungkinan besar Tommy nggak akan pulang."Setelah dipikirkan dengan saksama, Serafina juga menyadari tindakan Tommy dalam hal ini sungguh keterlaluan. Dia malah mengabaikan perasaan mereka demi seorang wanita. Entah apa daya tarik Juanita hingga membuat Tommy begitu tergila-gila.Mendengar perkataan itu, Soraya juga merasa bingung dan mengernyitkan alisnya. Dia memang sangat menentang Juanita menikah ke Keluarga Ador, tetapi dia juga tidak memiliki cara yang efektif saat menghadapi sikap Tommy yang keras kepala. Apalagi, hubungan Tommy dengan mereka juga sudah sangat tegang karena Juanita. Jika tidak menyelesaikan masalah ini, mungkin Tommy akan dendam pada mereka kelak.Soraya ingin sekali putranya segera bersatu kembali den
Setelah mendapat jawaban yang puas, Serafina juga memenuhi janjinya dan memberikan cek itu ke tangan Tini. "Ambillah, kamu pantas mendapatkannya. Kalau kamu butuh bantuan kelak, cari saja aku," kata Serafina dengan ekspresi yang sangat ramah.Setelah menerima cek itu, hati Tini merasa sesak. Masalah kakaknya mungkin sudah bisa diselesaikan, tetapi dia tidak merasa senang. Bagaimanapun juga, ini adalah imbalan yang dia dapatkan dari mengkhianati Juanita. Setelah turun dari mobil, suasana hatinya masih terasa rumit. Namun, dia sudah melakukannya, tidak ada gunanya lagi menyesal. Dia mengepalkan tinjunya, lalu menuju rumah sakit. Dia sudah menyinggung Juanita, lebih baik menjaga kakaknya dengan baik.Sementara itu, Serafina juga bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Saat dia tiba di rumah, Soraya langsung menyambutnya, "Sera, bagaimana dengan kabar dari pihak Juanita?"Serafina tersenyum dan menjawab, "Ibu, aku sudah bertanya dan mendapatkan lokasi pasti mereka sekarang.""Benarkah? Bagusla
Tubuh Juanita agak gemetaran. Dia tahu bahwa hari-hari indah tanpa kekhawatiran seperti ini akan berakhir. Kebahagiaan yang mereka rasakan di Fhanlia memang hanya untuk sesaat, seolah-olah Tuhan mengasihaninya sehingga memberinya momen bahagia yang singkat.Tommy sering menyuruh Juanita percaya bahwa dia bisa mengatasi pertentangan keluarganya. Kelak, mereka berdua pasti bisa hidup bersama untuk selamanya.Juanita sudah menunggu begitu lama, tetapi malah mendapatkan hasil seperti ini. Ini jelas bukan hasil yang ingin dilihatnya.Akan tetapi, Juanita tidak akan menyalahkan Tommy atau siapa pun atas masalah ini. Semua ini adalah takdirnya. Jika bersikap keras kepala sekarang, dia hanya akan membawa kerepotan besar bagi Tommy. Juanita lebih memilih untuk pergi daripada merepotkannya.Juanita menarik napas dalam-dalam, lalu menggigit bibirnya dan menunduk. Dengan sorot mata yang suram, dia berkata, "Baiklah, aku ikut kalian kembali."Serafina tidak menyangka Juanita akan mengiakannya secep
Selesai berbicara, Juanita sontak tertawa terbahak-bahak. Semua orang pun termangu melihatnya, juga menatapnya dengan sorot mata tidak percaya.Mereka tahu bahwa Juanita ingin menjadi istri Tommy karena tergiur dengan aset Keluarga Ador. Akan tetapi, mereka tidak menduga bahwa wanita ini akan melibatkan anak dalam hal seperti ini.Adam memicingkan matanya, tidak percaya masalah ini begitu sederhana. Dia pun berkata, "Jika kamu ingin menipuku dengan cara seperti ini, harus kuakui caramu terlalu rendahan."Juanita mendongak sambil tergelak, lalu membalas, "Aku sudah pernah melahirkan, tapi bisa membuat Tommy takluk padaku. Kamu rasa, apa lagi yang nggak bisa kulakukan?"Adam adalah orang yang cerdas. Dia mengamati Juanita karena meragukan ucapannya. Ketika melihat Adam tidak percaya, Juanita menambahkan, "Kalau nggak percaya, silakan ambil cairan ketuban untuk memeriksanya."Melihat Juanita berbicara dengan begitu percaya diri dan tidak seperti orang yang sedang berbohong, raut wajah Ada
Tommy cepat atau lambat akan mengetahui semuanya. Itu sebabnya, Adam tidak menyembunyikan apa pun darinya, melainkan menjawab dengan jujur, "Nggak usah dicari lagi, dia sudah pergi."Ekspresi Tommy seketika menjadi suram. Kalau Adam bukan kakeknya, dia pasti sudah menampar pria ini saking geramnya.Meskipun Tommy berusaha keras menahan emosinya, amarah tetap berkecamuk dalam hatinya. Jadi, dia berteriak dengan lantang, "Apa yang kamu lakukan padanya?"Melihat Tommy yang bersikap begitu tidak sopan padanya, ekspresi Adam juga menjadi masam. Jelas-jelas Tommy adalah cucunya, tetapi malah berani berteriak seperti ini. Kalau orang luar tahu, Keluarga Ador yang akan malu."Tommy, kamu harus tahu posisimu," ujar Adam sambil menatap Tommy dengan tatapan suram."Posisiku?" Tommy terkekeh-kekeh, lalu meneruskan, "Aku tahu jelas posisiku. Aku pemimpin Keluarga Ador, 'kan?"Mendengar ini, ekspresi Adam pun membeku. Dia memberikan posisi ini kepada Tommy bukan untuk melihatnya menyombongkan diri s
Begitu melihat Serafina pergi, Juanita seakan-akan kehilangan seluruh tenaganya. Dia pun terduduk lemas di lantai."Mama, kenapa kita harus tinggal di sini? Kita nggak boleh keluar lagi, ya?" tanya Jingga yang duduk di samping Juanita sambil menatapnya dengan bingung.Juanita tidak tahu harus merangkai kebohongan seperti apa agar Jingga tidak merasa sedih. Akhirnya, dia menepuk-nepuk kepala anaknya sembari menjawab, "Ingga, kita hanya perlu tinggal di sini untuk sementara waktu. Setelah itu, kita sudah boleh pergi."Jingga mencemberutkan bibirnya sedikit. Jelas, dia tidak memercayai perkataan Juanita. Lagi pula, dia mendengar semua perkataan Serafina barusan.Jingga awalnya cukup menyukai Serafina, tetapi wanita ini ternyata begitu jahat. Jingga masih kurang paham dengan dunia orang dewasa. Dia tidak mengerti mengapa tantenya yang terlihat lembut malah tidak menyukai ibunya.Hal ini membuat Jingga merasa agak tertekan. Dia pun menyesal karena sudah bersikap begitu ramah pada Serafina s